Mata kuliah Resolusi Konflik
SEMESTER VI
SEMESTER VI
Military Technology and Conflict
by
Geoffrey Kemp
Transfer
Teknologi Militer dan Konflik
Sejak akhir abad
ke-19, transfer teknologi militer, baik melalui penjualan, pinjaman, maupun
hibah dari negara-negara industri
ke negara yang kurang dalam hal industri telah
menjadi pengaruh penting dalam hubungan internasional.
Kini, revolusi teknologi militer menimbulkan tantangan dan
masalah yang baru.
Selama beberapa dekade,
negara dengan kekuatan industri yang baik melakukan transfer senjata sebagai
tambahan dalam kebijakan nasional dan doktrin strategis negaranya. Dalam kasus Amerika Serikat
(AS) , penjualan
senjata dan program bantuan militer yang dilakukan
Amerika Serikat telah memperoleh
manfaat tersendiri bagi kepentingan strategis
negara ini. Pemberian perlengkapan militer AS kepada sekutunya telah berperan dalam memenangkan tiga perang
penting sepanjang masa, yaitu: Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Dingin.
Contoh lain, persenjataan AS berperan penting dalam meyakinkan Israel dan
berhasil meminimalisir harapan kemenangan militer koalisi arab. Selama tahun
1970an AS memasok persenjataan ke arab, 1980an Amerika Serikat mendapatkan izin
dari Arab Saudi untuk mengembangkan salah satu basis logistik terbesar dan
modern di dunia, yang mana basis ini penting untuk kemenangan sekutu dalam
operasi Desert Storm.
Sebagian kalangan mengkritik tentang transfer senjata AS,
mereka berpendapat bahwa kebijakan ini sering menyebabkan
bencana, membuat konfrontasi semakin kusut, termasuk pada Perang Vietnam dan skandal kontra
Iran. Selain itu kelompok ini
juga berpendapat bahwa AS
seharusnya tidak memberikan senjata kepada negara negara
yang dianggap sebagai ancaman besar karena pada akhirnya negara-negara itu akan menjadi ancaman global. Sebagai contoh, AS
memasok rudal permukaan ke udara
seperti stringer untuk pejuang Afghanistan
dalam rangka mengalahkan pasukan Soviet yang
sekarang menjadi ancaman bagi wilayah itu.
Selain itu, kritikan juga terletak pada penjualan senjata ke negara-negara
bukan demokrasi akan semakin memperkuat atau memberikan peluang pada diktator yang korup, mempromosikan perilaku yang
agresif, dan menyedot sumber daya
ekonomi yang
seharusnya bisa lebih diproduktifkan serta sumber daya manusianya.
Pada awal 1970-an muncul
fenomena baru, yaitu munculnya negara
penghasil minyak yang sangat kaya
dari Timur Tengah yang memiliki kemampuan daya beli tetapi hanya memiliki sedikit keterampilan dalam
memproduksi senjata. Penumpukan cepat senjata di Timur
Tengah dan kawasan Teluk Persia memperkuat argumen bahwa
perlombaan senjata regional adalah berbahaya dan negara penerima akan mengalami
kesulitan dalam memahami, memelihara, dan mengoperasikan peralatan canggih mereka
tanpa lanjutan dukungan yang
intens dari pemasok mereka. Contoh klasik hubungan ini bisa dilihat antara AS dan Iran 1971-1979 dan mencapai puncaknya pada
pernyataan dan upaya dari pemerintah
Khomeini untuk menjual peralatan militer kembali ke AS.
Transfer senjata
merupakan tes penting tentang pertemanan. Senjata nuklir dan
sistem yang berkaitan dengan pengirimannya adalah
senjata yang paling canggih. Satu-satunya penerima sistem pengiriman strategis
nuklir AS adalah Inggris dan Perancis, yang juga telah menjadi sekutu terdekat AS. Inggris,
khususnya, telah memiliki hubungan dalam hal nuklir yang sangat dekat dengan AS.
Sebagian besar penerima senjata AS
belum diizinkan bergabung dalam kesatuan tempur
terutama berada di garis depan dari segi
peralatan dan kunci subsistem, walaupun ketika mereka mampu membayar penuh sesuai
dengan harga pasar. Oleh karena itu dimungkinkan untuk memiliki
tingkat hubungan yang dekat antar negara sesuai dengan kualitas senjata dan dukungan
militer lainnya yang telah disediakan.
Penjualan senjata AS
ke Inggris atau sekutunya yang
tertutup itu jarang dikritik, karena
dianggap menjadi bagian dari aliansi NATO dan kebutuhan untuk mengintegrasikan
doktrin militer dan kemampuan kekuatan untuk melayani tujuan bersama. Transfer
senjata membawa pesan penting dalam hubungan antara negara-negara berkekuatan
besar dan kekuatan kecil. Persaingan AS - Soviet di dunia
ketiga membangun hubungan persaingan di
sekeliling negara pemasok dengan negara besar maupun kecil. Pasokan
persenjataan Soviet ke Mesir tahun 1955 telah membuka jalan bagi diplomasi
Soviet di wilayah tersebut. Tujuh belas
tahun kemudian, AS menggunakan bantuan senjata untuk membawa Mesir kembali ke
Barat saat presiden Anwar Sadat memutuskan hubungan militer dengan Rusia pada
tahun 1972. Tahun 1985-1986, ketika Irak dan Iran mati-matian berjuang untuk bertahan hidup
dalam perang brutal mereka, keduanya sama-sama mengandalkan pasokan dari luar untuk
menang dalam perang tersebut. Efektivitas
dari embargo senjata AS terhadap Iran adalah alasan kunci Ayatullah Khomeini
memberi instruksi untuk memperoleh senjata AS, walaupun
harus terlibat bisnis dengan AS dan Israel,
yang merupakan negara paling dibenci. AS beranggapan bisa menggunakan pasokan senjata untuk membujuk atau
menggoda Iran agar dapat menjalin hubungan yang lebih
baik lagi dan pada saat yang sama
memperoleh pembebasan sandera, Israel berpikir bahwa dengan memasok senjata
mereka bisa memperpanjang perang atau sebaliknya, mengambil hati diri dengan
para anggota rezim yang mungkin baik dibuang untuk memiliki hubungan dengan
Israel setelah Khomeini meninggalkan tempat kejadian.
Akhir Perang Dingin telah memiliki dua efek mendalam
pada kegiatan transfer senjata. Pertama, telah menyebabkan penurunan besar
dalam bantuan militer dari negara-negara adidaya, yang telah memiliki dampak
paling besar pada mantan klien Soviet. Keputusan Suriah untuk bergabung dengan
proses perdamaian Timur Tengah itu langsung berkaitan dengan keputusan
Gorbachev untuk mengakhiri bantuan militer. Kedua, penarikan negara adidaya
dari persaingan regional di Afrika, Amerika latin, dan selatan dan asia
tenggara telah memiliki hasil yang sangat berbeda. Di Afrika, kekacauan dan
konflik terus berlanjut
tetapi kurangnya keterlibatan internasional dalam konflik ini. Asia Tenggara dan Asia Selatan yang
terus membangun persediaan militer mereka (India dan Pakistan keduanya memiliki
senjata nuklir). Di Amerika latin, telah muncul rezim
yang lebih demokratis dan berkurangnya
perlombaan senjata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar