Minggu, 05 Februari 2017

Book Resume: International Political Economy Relations in the Global Economy, Thomas Oatley

Salam.
Kali ini saya akan sharing seputar resume lama saya dari Thomas Outley. Beliau sering dirujuk oleh penstudi ekonomi politik internasional, dan salah satu bukunya adalah ini:


 Hasil gambar untuk International Political Economy Relations in the Global Economy, Thomas Oatley

Selamat menikmati....
 
“International Political Economy; Interest and Institutions in the Global Economy” karya Thomas Oatley terdiri atas 9 Chapter, namun dalam resume ini akan memfokuskan pembahasan kepada chapter 1 saja yang berjudul International Political Economy.  Chapter 1 ini secara garis besar menggambarkan pandangan Oatley mengenai ekonomi politik internasional yang memegang peranan penting dalam struktur politik internasional. 
Ekonomi Politik Internasional (IPE) adalah ilmu mengenai ketertarikan ekonomi dan proses interaksi politik yang kemudian membentuk kebijakan atau aturan-aturan pemerintahan. Contoh kasus ekonomi politik internasional ialah ketika Bush membentuk kebijakan administrasi  yakni menaikkan tariff impor baja pada tahun 2002.  Kebijakan tersebut dibentuk atas dasar tarif impor baja meraih posisi yang besar dalam pasar Amerika, untuk menanggapi masalah besarnya jumlah dari penutupan pabrik dan PHK. Tiga puluh empat pabrik baja Amerika mengalami kebangkrutan pada rentang tahun 1997 dan 2002, dan menyebabkan sekitar 18,000 pekerja kehilangan pekerjaannya. Produsen baja menganggap bahwa dengan kebijakan kenaikan tarif baja tersebut akan melindungi mereka dari kompetisi dengan produser baja asing.
Karena tarif mengambil lebih menguntungkan untuk memproduksi baja di Amerika Serikat daripada itu akan meningkatkan lain, beberapa modal investasi dan pekerja yang mungkin akan dipekerjakan di industri Amerika yang sangat efisien seperti teknologi informasi atau bioteknologi akan digunakan di Amerika kurang efisien industri baja. Tarif sehingga menyebabkan Amerika Serikat untuk menggunakan terlalu banyak sumber daya dalam kegiatan ekonomi bahwa hal itu kurang baik dan terlalu sedikit sumber daya dalam kegiatan yang tidak lebih baik. Sebagai akibatnya, Amerika Serikat lebih miskin dengan tarif yang tinggi pada baja dari itu akan tanpa itu. Tarif baja juga meredistribusi pendapatan dari konsumen baja, seperti perusahaan-perusahaan Amerika yang menggunakan baja dalam produk mereka manufaktur dan konsumen Amerika yang membeli barang terbuat dari baja, kepada produsen baja. Selain itu, karena tarif yang membuatnya lebih sulit bagi perusahaan baja asing untuk menjual di pasar Amerika, meredistribusi pendapatan dari produsen baja asing untuk produsen baja Amerika.
Contoh ini mengilusrasikan bahwa fokus utama dalam ekonomi politik internasional ialah tentang; bagaimana interaksi antara economic interest, nasional, dan proses politik internasional dapat membentuk ataupun mempengaruhi terbentuknya kebijakan yang akan diadopsi oleh pemerintah. Dalam contoh kasus tersebut juga membuktikan bahwa system politik Amerika sangat berpengaruh terhadap bisnis dan pekerja dalam negaranya.
Kajian ilmu ekonomi politik internasional tak hanya memberikan perhatian terhadap Negara maupun aktor ekonomi, tetapi juga terdapat badan organisasi terhadap ekonomi politik internasional, seperti halnya WTO (World Trade Organization) yang memainkan peran dalam regulasi kebijakan ekonomi asing yang diadopsi oleh pemerintah. Hingga saat ini, terdata 144 negara telah masuk kedalam WTO. Dalam hal ini, WTO berperan sebagai pendahulunya dari terbentuknya badan-badan organisasi ekonomi politik internasional lainnya, seperti dibentuknya GATT sebagai badan Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan yang telah memungkinkan pemerintah untuk semakin menghapus tarif dan hambatan lain untuk arus lintas batas barang dan jasa. Berbagai hambatan dalam perdagangan dunia telah dibongkar, memungkinkan terjadinya perkembangan pesat dalam dunia perdagangan internasional. Terdapat juga NAFTA sebagai pengaturan perdagangan regional Amerika Utara, masing-masing blok atau Negara yang tergabung dalam NAFTA menawarkan akses khusus lain untuk pasar mereka. Sistem moneter internasional memungkinkan orang yang tinggal di berbagai negara untuk melakukan perdagangan dan transaksi keuangan dengan satu sama lain. Pembayaran internasional ini tidak hanya melibatkan transfer fisik uang dari satu negara ke negara lain, tetapi juga pertukaran satu mata uang ke yang lain. Orang-orang dan bisnis tidak akan mampu terlibat dalam transaksi ekonomi internasional kecuali fungsi-fungsi ini dilakukan dengan baik, dan itu adalah tugas dari sistem moneter internasional untuk melakukan itu.
Selain terlebih dahulu mengetahui apa itu ekonomi politik internasional, dan beberapa kajian atau fokus yang termasuk didalamnya, pertanyaan selanjutnya ialah, apa keterkaitan antara ekonomi dan politik dalam dunia internasional ini?. Dalam buku karya Thomas Oatley ini juga kemudian dijelaskan keterkaitan antara politik internasional dan ekonomi politik internasional tersebut yang dapat dilihat secara nyata dalam 2 episode besar sebagaimana Oatley gambarkan dalam bukunya, yakni pada saat krisis yang menyebabkan depresi besar dan pada saat munculnya oposisi vocal kepada globalisasi yang kemudian memulai era munculnya Negara-negara dengan kemajuan indusri pada pertengahan 1990an. Krisis ini bermula ketika bank komersial dan institusi-institusi keuangan swasta lainnya telah secara optimis menanggapi oportunitas investasi di Asia Timur, untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi, bank-bank tersebut juga kemudian mulai menyimpan uang mereka kelokasi yang lebih aman, yakni diluar Negara mereka, penyimpanan-penyimpanan besar ini yang kemudian memicu terjadinya krisis karena mata uang. Krisis ini pertama kali menyerang Thailand, dan kemudian menyebar menuju Malaysia, Indonesia, Korea Selatan, dan Filipina. Setelah mendatangkan malapetaka di Asia Timur, krisis tersebut menyebar hingga Amerika Latin, dimana terdapat destabilisasi pasar keuangan di Brazil, Argentina, Chile dan Meksiko. Dan dari Amerika Latin, krisis menjalar lagi menuju Rusia, hingga akhirnya krisis tersebut berakhir.
Pada kasus kedua terlihat ketika munculnya oposisi-oposisi terorganisir yang mendukung globalisasi pertama kali pada tahun 1997 yakni berupa respon untuk menanggapi upaya pemerintah di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Negara-negara industry terkait lainnya, untuk bernegosiasi mengenai kesepakatan internasional yang kala itu dikenal sebagai Multilateral Agreement on Investment (Kesepekatan Investasi Multilateral), yang mengatur mengenai investasi asing. Khawatir bahwa perjanjian tersebut akan menetapkan aturan yang mengatur investasi asing, khawatir bahwa kesepakatan tersebut akan terlalu berorientasi pada kepentingan bisnis dan akhirnya akan mengakibatkan melemahnya peraturan perlindungan lingkungan, para kelompok terorganisir yang menentang globalisasi protes, mereka melakukan demonstrasi, dan aktivitas lainnya yang dirancang untuk menyampaikan oposisi atau bentuk pertentangan mereka kepada pemerintah. Hingga pada 1998, pemerintah kemudian membatalkan proposal kesepakatan, hal ini tentunya dikarenakan pengaruh oposisi public.
Secara lebih luas, pemahaman perkembangan ekonomi global melalui lensa ekonomi politik internasional mengharuskan kita untuk menarik pada teori ekonomi, menjelajahi politik domestik, memeriksa dinamika interaksi politik antara pemerintah, dan membiasakan diri dengan organisasi-organisasi ekonomi internasional.
Pada akhirnya, badan terbesar dalam literature perkembangan pembelajaran ekonomi ialah pada masa postwar, dimana Negara dengan pemerintahan telah mengadopsi explicit development strategies yang mereka percayai akan meningkatkan incomes melalui promosi industru, namun kesuksesan strategi tersebut bervariasi. Beberapa Negara yang termasuk baru sebagai Negara industry dan menamakan diri mereka sebagai NICs dari Asia Timur yang mencakup; Taiwan, Korea Selatan, Singapura dan Hong Kong memang telah terbukti berhasil meningkatkan incomes perkapita negaranya melalui strategi promosi industry tersebut dan mereka tentu saja tidak dapat lagi dianggap sebagai Negara “berkembang”. Tetapi berbeda hasilnya dengan Negara-negara lain, kebanyakan Negara-negara di Afrika dan beberapa kawasan di Amerika Latin, mengalami tingkat kesuksesan yang sangat kecil. Hal ini yang kemudian akan menjadi bahan kajian bagi peneliti ilmu ekonomi politik internasional, tentang bagaimana dengan strategi yang sama, namun dapat menghasilkan hal yang berbeda bagi setiap Negara. Penstudi ilmu ekonomi politik internasional juga kemudian mempelajari bagaimana juga halnya ketika suatu Negara dapat berhasil dengan mengadopsi strategi berbeda-beda dalam meningkatkan perekonomian dan memajukan negaranya.
Pengkaji ilmu ekonomi politik internasional juga kemudian mengkaitkan strategi-strategi maupun kebijakan-kebijakan suatu Negara dapat diambil, terkait demi kepentingan ekonomi, dan bagaimana politik dapat membentu kebijakan ekonomi asing, dan pemerintahan dapat mengadopsi sebuah kebijakan melalui isu-isu yang sedang berkembang. Tentunya dalam penelitian pengkaji ilmu ekonomi politik internasional terdapat beberapa fokus yang harus dan wajib diperhatikan apabila ingin meneliti sebuah permasalahan ekonomi politik internasional, yakni; pemebelajaran ataupun penelitian terhadap ; pertukaran, uang, MNCs, dan perkembangan ekonomi. Juga pertanyaan-pertanyaan umum seperti; bagaimana ketetapan politik dapat mempengaruhi ketetapan-ketetapan lainnya yang kemudian juga mempengaruhi resources  (sumberdaya) yang tersedia atau bersangkutan dengannya?. Sebagai contoh, bagaimana masyarakat memutuskan apakah tenaga kerja dan modal yang telah tersedia akan digunakan untuk memproduksi semikonduktor atau pakaian? Sementara pertanyaan ini mungkin muncul cukup jauh dari isu-isu daerah yang dibahas di atas, koneksi yang sebenarnya cukup dekat. Kebijakan ekonomi asing bahwa pemerintah mengadopsi-nya kebijakan perdagangan, yang kebijakan nilai tukar, dan kebijakan ke arah perusahaan multinasional-mempengaruhi bagaimana sumber daya yang digunakan masyarakat. Sebuah keputusan untuk menaikkan tarif, misalnya, akan mendorong pemilik bisnis untuk berinvestasi dan pekerja untuk mencari pekerjaan di industri yang dilindungi oleh tarif. Sebuah keputusan tarif yang lebih rendah akan mendorong pemilik usaha dan pekerja saat ini bekerja di industri sekarang-diliberalisasi untuk mencari pekerjaan di industri lain. Sebuah perubahan kebijakan tarif, karena itu, akan mempengaruhi yang menggunakan sumber daya masyarakat diletakkan. Kebijakan ekonomi asing yang pada gilirannya merupakan produk politik, proses melalui mana masyarakat membuat keputusan kolektif. Dengan demikian, studi ekonomi politik internasional dalam banyak hal studi tentang bagaimana politik membentuk keputusan bahwa masyarakat membuat tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya yang mereka telah tersedia bagi mereka.
Keputusan ini rumit oleh dua pertimbangan. Di satu sisi, semua mengurangi yang terbatas. Akibatnya, pilihan tentang bagaimana mengalokasikan sumber daya yang selalu akan dibuat dengan latar belakang kelangkaan. Setiap pilihan dalam mendukung salah satu penggunaan sumber daya sehingga selalu menyiratkan pilihan untuk penggunaan lain lupa mungkin. Di sisi lain, di masyarakat banyak orang yang berbeda akan memiliki ide yang berbeda tentang bagaimana sumber daya yang tersedia harus digunakan. Beberapa kelompok akan ingin menggunakan sumber daya ini untuk memproduksi mobil dan semikonduktor. Abstrak kedua adalah pertanyaan bertanya apa konsekuensi dari pilihan yang membuat masyarakat tentang alokasi sumber daya?. Pertanyaan ini yang juga kemudian dibagi menjadi dua konsentrasi, yakni di satu sisi, keputusan tentang alokasi sumber daya memiliki konsekuensi kesejahteraan yakni, mereka menentukan tingkat masyarakat secara keseluruhan sebagai kaya seperti yang mungkin diberikan sumber daya yang ada. Pilihan lain akan menyebabkan kesejahteraan social jatuh dibahaw tingkat potensial seharusnya, di kasus berbda pilihan akan menggunakan sumberdaya akan meningkatkan kesejahteraan social.  Disisi lain, ketetapan mengenai alokasi sumberdaya akan menimbulkan konskuensi distribusional, mereka mempengaruhi bagaimana pendapatan distributd antara kelompok-kelompok dalam negeri dan antar negara dalam sistem internasional. Kedua konsekuensi yang jelas dalam dampak pada contoh kasus “Kebijakan Kenaikan Tarif Baja di Amerika Serikat”. Tarif baja, seperti dari kebijakan ekonomi kebanyakan, sangat mempengaruhi baik terhadap tingkat dan distribusi pendapatan maupun dalam masyarakat.
Kedua pertanyaan abstrak memunculkan dua tradisi penelitian yang sangat berbeda dalam ekonomi politik internasional. Salah satu tradisi berfokus pada penjelasan, kedua memperdayakan memfokuskan pada evaluasi. 1) Penjelasan studi, yang berhubungan paling erat dengan pertanyaan pertama abstrak kita, yang berorientasi menjelaskan pilihan-pilihan kebijakan luar negeri ekonomi yang pemerintah buat. 2) Penelitian evaluatif, yang terkait paling erat dengan pertanyaan kedua abstrak kita, yang berorientasi menilai hasil kebijakan, membuat penilaian tentang mereka, dan mengusulkan alternatif ketika penilaian dibuat tentang kebijakan tertentu adalah satu negatif. Sebuah evaluasi kesejahteraan terutama tertarik pada apakah pilihan kebijakan artikular menaikkan atau menurunkan kesejahteraan sosial.
Lalu kemudian, darimanakah teori-teori ekonomi politik internasional ini berasal?. Sejarah pengkajian ilmu ekonomi politik internasional berakar dari sekolah-sekolah tradisional ekonomi politik internasional, yang awalnya terdiri atas; sekolah merkantilis (nasionalism), sekolah liberal, dan sekolah Marxist, yang ketiganya kemudian membentuk perkembangan teori akan ekonomi politik internasional selama ratusan tahun. Setiap dari ketiga sekolah tradisional tersebut menawarkan jawaban khas terhadap masalah atau dalam menjawab masalah-masalah dalam ekonomi politik internasional Meskipun begitu, teori sekolah-sekolah tradisional ini tetap lebih berpengaruh dan lebih sering digunakan oleh mahasiswa ekonomi politik internasional dalam mengembangkan teori maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lingkup permasalahan ekonomi politik internasional, dengan kata lain teori-teori ini tidak ditinggalkan hingga saat ini. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan tiga sekolah ekonomi politik tradisional tersebut dapat dilihat dibawah ini:
Merkantilisme berakar dalam teori abad ketujuh belas dan kedelapan belas tentang hubungan antara aktivitas ekonomi dan kekuasaan negara. Literatur merkantilis besar dan bervariasi, namun umumnya merkantilis lakukan mematuhi tiga proposisi pusat. Pertama, merkantilis klasik berpendapat bahwa kekuatan nasional dan kekayaan yang erat terhubung. Nasional kekuatan dalam sistem negara internasional berasal sebagian besar dari kekayaan. Kekayaan pada gilirannya diperlukan untuk mengakumulasi kekuasaan. Kedua, merkantilis klasik berpendapat bahwa perdagangan memberikan salah satu cara untuk mendapatkan kekayaan negara dari luar negeri. Kekayaan dapat diperoleh melalui perdagangan, namun hanya jika negara menjalankan sebuah keseimbangan positif perdagangan, yaitu, jika negara menjual barang lebih asing daripada dibeli dari orang asing. Ketiga, merkantilis klasik berpendapat bahwa beberapa jenis kegiatan ekonomi yang lebih berharga daripada yang lain. Secara khusus, merkantilis berpendapat bahwa kegiatan manufaktur harus dipromosikan, sementara kegiatan pertanian dan non manufaktur lainnya harus berkecil hati. "Modern" merkantilisme menerapkan tiga proposisi untuk kebijakan ekonomi internasional kontemporer. Merkantilisme modern berpendapat bahwa kekuatan ekonomi adalah komponen penting dari kekuatan nasional. Perdagangan akan dihargai untuk ekspor, tapi pemerintah harus mencegah impor bila memungkinkan. Selain itu, merkantilis kontemporer berpendapat bahwa beberapa bentuk kegiatan ekonomi yang lebih berharga daripada yang lain. Manufaktur lebih disukai untuk produksi komoditas primer pertanian dan lainnya, dan industri manufaktur teknologi tinggi seperti komputer dan telekomunikasi lebih disukai untuk industri manufaktur seperti baja atau tekstil dan pakaian.
 Liberalisme, pertama kali muncul di Inggris pada abad kedelapan belas, aliran ini awalnya bangkit dilatarbelakangi untuk menantang dominasi merkantilisme di kalangan pemerintah. Adam Smith dan penulis liberal lainnya yang merupakan lulusan sarjana serupa  mencoba untuk mengubah kebijakan pemerintah ekonomi yang kemudian menjadi pelopor terbentuknya aliran ini. Liberalisme, menantang semua tiga proposisi utama dari merkantilisme. Singkatnya, pertama liberalisme berusaha untuk menarik garis yang kuat antara politik dan ekonomi. Liberalisme berpendapat bahwa tujuan dari kegiatan ekonomi adalah untuk memperkaya individu, bukan untuk meningkatkan kekuasaan negara. Kedua, liberalisme berpendapat bahwa negara tidak memperkaya diri mereka dengan menjalankan surplus perdagangan. Akhirnya, negara-negara yang belum tentu dibuat kaya dengan memproduksi diproduksi baik daripada komoditas primer. Sebaliknya, liberalisme berpendapat, negara-negara yang dibuat kaya dengan membuat produk yang mereka dapat menghasilkan biaya yang relatif rendah di rumah dan perdagangan mereka untuk barang-barang yang dapat diproduksi di rumah hanya pada biaya yang relatif tinggi. Jadi, menurut liberalisme, pemerintah harus melakukan upaya kecil untuk mempengaruhi neraca perdagangan negara atau untuk membentuk jenis barang negeri menghasilkan. Upaya pemerintah untuk mengalokasikan sumber daya hanya akan mengurangi kesejahteraan nasional.
Marxis, merupakan sekolah tradisional yang ketiga dalam akar terbentuknya teori-teori ekonomi politik internasional. Aliran Marxis seperti namanya, berasal dari Karl Marx sebagai kritik atas kapitalisme. Menurut Marx, kapitalisme dicirikan oleh dua kondisi utama: kepemilikan pribadi atas alat produksi, atau modal, dan tenaga kerja upahan. Marx berpendapat bahwa nilai barang yang diproduksi ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi mereka. Namun, kapitalis tidak membayar tenaga kerja jumlah penuh nilai yang mereka diberikan untuk barang yang mereka hasilkan. Sebaliknya, para kapitalis yang dimiliki pabrik-pabrik pekerja dibayar hanya upah subsisten dan mempertahankan sisanya sebagai keuntungan yang dapat digunakan untuk membiayai investasi tambahan. Marx meramalkan bahwa dinamika kapitalisme pada akhirnya akan mengarah pada sebuah revolusi yang akan melakukan jauh dengan milik pribadi dan dengan sistem kapitalis yang didukung milik pribadi.
Kesimpulan yang dapat ditarik dalam sejarah munculnya teori-teori ekonomi politik internasional hingga sekarang, adalah bahwa ketiga dinamik yang berawal dari ketiga sekolah tradisional bagi ilmu ekonomi politik internasional ialah sama-sama memberikan gabungan bagi perkembangan ekonomi politik internasional yang terjadi saat ini.

Jumlah Kata : 2400 kata
 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...