Minggu, 05 Februari 2017

George Washington

"GEORGE WASHINGTON"

Hasil gambar untuk george washington

Sedikit Biografi



Latar Belakang George Washington (Biografi)

Lahir pada tanggal 22 Februari 1732 di Virginia. Bertolak dari latar belakang karier politik dan militer yang cemerlang, Washington kemudian memimpin pasukan Amerika melawan dan meraih kemenangan atas pasukan Inggris dalam Perang Kemerdekaan. Washington selanjutnya mengutuai konvensi yang kemudian melahirkan Konstitusi Amerika dan dipilih sebagai Presiden pertama Amerika Serikat selama dua periode.

Setelah pensiun, ia kembali ke Mount Vernon. Ketika ia wafat pada bulan Desember 1799, seluruh bangsa Amerika berduka selama berbulan-bulan.




Pidato George Washington

”Cinta berlebihan suatu bangsa atas bangsa lain hanya mendatangkan berbagai keburukan” : George Washington pada Pidato Perpisahan, 17 September 1796.

Sebagai Presiden pertama Amerika Serikat, George Washington menduduki tempat yang sangat istimewa dalam sejarah Amerika. Ia lahir pada tanggal 22 Februari 1732, putra seorang pemilik perkebunan di Virgina. Ia kemudian menjadi tentara dan menyaksikan babak-babak awal Perang Perancis dan Perang Indian (1754-1763), dua perang paling berdarah di Amerika selama abad ke-18.
Tahun 1759 hingga 1775 merupakan periode yang relatif tenang bagi Washington. Saat itu ia mencurahkan waktu dan perhatiannya untuk menangani tanah luasnya di sekitar Mount Vernon dan menjadi anggota House of Burgesses, lembaga legislatif lokal Virgina. Pada masa ini, ia dan para pemilik tanah lainnya kian merasa dieksploitasi dan dibatasi oleh aneka peraturan yan diterapkan oleh Kerajaan Inggris. George Washington sejak awal sudah lantang menyuarakan penolakannya.
Memasuki mum gugur 1760, pasukan Inggris telah menguasai seluruh wilayah Amerika Utara. Lalu pada tahun 1763, Perancis dipaksa menyerahkan wilayahnya di Amerika kepada Inggris dan Spanyol. Konflik antara Inggris dan suku-suku Indian penduduk asli Amerika kemudian mengakibatkan memburuknya hubungan antara Inggris dan jajahannya itu, yang berpuncak pada Perang Revolusi. Washington memainkan peran sentral dalam perang ini.
Pada tahun 1774 dan 1775, Washington mengikuti dua Kongres Kontinental yang diselenggaran oleh koloni-koloni Inggris di Amerika untuk menentang peraturan-peraturan Inggris. Pada tahun 1775, Washington menjadi Panglima Tentara Kontinental yang dibentuk oleh koloni-koloni. Pada bulan Juli di tahun yang sama, Washington mulai terjun dalam kancah Perang Kemerdekaan yang berlangsung selama enam tahun. Di bawah kepemimpinannya, pasukan Amerika berjaya, terutama setelah kemenangan pasukan dalam pertempuran Yorktown pada tahun 1781.
Pada tahun 1787, Washington memimpin konvensi Philadelphia yang merancang naskah Konstitusi Amerika. Pada akhir April 1789, ia dipilih sebagai Presiden secara aklamasi oleh seluruh delegasi yang hadir dalam konvensi tersebut. Washington diambil sumpahnya di teras Federal Hall di Wall Street, New York. Ia adalah orang pertama yang menduduki jabatan Presiden selama dua periode berturut-turut.
Sebagai Presiden, Washington memusatkan perhatiannya pada kebijakan luar negeri. Ketika Inggris dan Perancis kembali terlibat konflik, Washington berusaha agar Amerika netral. Dalam pidato perpisahannya, ia mengingatkan Amerika untuk tidak membuat persekutuan jangka panjang dengan siapapun.  
”Rekan-rekan dan seluruh warga, masa pemilihan baru seorang warga negara untuk mengelola pemerintahan eksekutif Amerika Serikat, tidak lama lagi, dan masa itu sudah dimulai ketika kalian mulai memikirkan siapa yang paling pantas dipilih untuk menyandang kepercayaan besar tersebut; oleh karena itu, rasanya pantas kalau sekarang, dipenghujung jabatan resmi ini, saya menyampaikan beberapa hal yang saya pandang penting, yang mungkin bisa menjadi catatan kecil bagi siapa saja yang nanti terpilih menggantikan saya..”
”--- Saya percaya, sekalipun sebentar lagi saya akan meninggalkan panggung politik, rasa patriotisme saya tidak akan terbendung”
”--- Namun perhatian saya terhadap kesejahteraan Anda baru akan berakhir bersamaan dengan hidup saya, dan bertolak dari perhatian itu saya ingin mengajak Anda untuk merenungkan hal-hal yang kiranya perlu diperhatikan demi kelanggengan dan kebahagiaan kita semua sebagai sebuah bangsa. Hal pertama yang sangat penting sebagaimana sering diingatkan oleh seorang sahabat adalah terjaganya kebebasan. Saya akan terus mengingatkan Anda akan pentingnya hal tersebut, apapun status yang saya sandang. Kecintaan pada kebebasan harus selalu tertanam dihati Anda, dan saya takkan pernah jemu mengingatkan Anda semua akan hal tersebut”.
”Persatuan sesungguhnya merupakan syarat utama bagi terpeliharanya kebebasan. Cinta anda harusnya membuat anda menjaga oranglain”.
”Keutuhan pemerintahan yang mengikat Anda semua sebagai satu bangsa adalah hal penting berikutnya yang ingin saya tegaskan. Inilah pilar yang akan menjaga kebebasan sejati Anda, menjaga keamanan rumah Anda, ketentraman disekitar Anda, keamanan diri dan harta benda Anda; jelas bahwa semua ini merupakan hal yang sangat berharga. Karena itu negara perlu didukung oleh semua orang, baik yang lahir maupun yang mengambil keputusan hukum untuk menjadi warga negara. Status sebagai orang Amerika, yang Anda semua miliki, harus selalu diutamakan, diatas status atau sentimen pembeda lokal lainnya. Inilah esensi patroitisme sebenarnya dan prinsip-prinsip politik. Namuns sebagai sesama orang Amerika, Anda memiliki alasan yang sama untuk mengupayakan dan menjaga kemerdekaan serta kebebasan dalam situasi sulit maupun menyenangkan.”
”Memang dalam kenyataanya, sekalipun secara ideal sangat meyakinkan, beban menjaga persatuan tidaklah mudah karena acap kali terkalahkan oleh kepentingan-kepentingan sepihak atau sesaat. Disinilah pentingnya setiap elemen bangsa berusaha terlebih dahulu menemukan motif mendasar untuk menjaga dan memelihara persatuan bangsa secara keseluruhan.... Persatuan sesungguhnya merupakan syarat utama bagi terpeliharanya kebebasan. Cinta Anda seharusnya membuat anda menjaga oranglain”.
”--- Jalinlah hubungan baik yang adil dengan semua bangsa lain, ciptakanlah perdamaian dan harmoni dengan semuanya. Agama dan moralitas menghendaki hal itu, jadi mengapa tidak kita adakan kebijakan resmi untuk mengupayakan hal itu? Akan sangat baik jika sebagai bangsa besar yang bebas dan tercerahkan memberikan contoh yang baru dan mulia tentang sekelompok orang yang dibimbing oleh kebajikan dan keadilan yang agung. Siapa yang bisa meragukan bahwa seiring berjalannya waktu, hasil dari rencana seperti itu akan memberikan keuntungan yang pantas secara sementara, yang mungkin akan hilang oleh kesetiaan abadi sebuah bangsa dengan kebajikannya? Eksperimen itu, paling tidak dianjurkan oleh seriap sentimen yang memuliakan derajat manusia. Apakah hal itu tidak mungkin?”.
”Cinta berlebihan suatu bangsa atas bangsa lain hanya akan mendatangkan berbagai keburukan. Simpati terhadap suatu bangsa lain yang kita sukai akan menciptakan ilusi kepentingan bersama yang sebenarnya tidak ada. Keterikatan seperti ini sangat mudah terkoyak sehingga dugaan pengkhiatana oleh salah satu pihak akan segera memicu pertengkaran atau bahkan perang yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Perhatian istimewa kepada suatu bangsa akan diikuti dengan pemberian berbagai macam keistimewaan kepadanya, dan tanpa disadari dalam waktu bersamaan kita mengurangi perhatian atau mengabaikan bangsa-bangsa lain. Situasi seperti ini mudah memunculkan keberpihakkan, kecemburuan, kecurigaan dan pada akhirnya konflik yang merugikan kita sendiri. Kondisi seperti ini hanya akan menyenangkan segelintir warga kita yang ambirius atau curang (yang memang mengusahakan pengistimewaan satu bangsa lain itu) dengan mengorbankan kepentingan warga lain, atau bahkan kepentingan bangsa secara keseluruhan. Segala kata dan slogan manis akan digunakan sebagai kedok publik demi melanggengkan ambisi, korupsi dan kegilaan ini, yang berpikiran picik, bahwa bahaya hanya bisa datang dari satu sisi. Patriot sejati harus menahan godaan untuk mengutamakan pihak tertenu dengan mengorbankan pihak lain, karena hal itu justru akan menyulitkan kewajiban utama mereka...”
”Aturan dasar dalam hubungan luar negeri adalah kembangkan hubungan komersial hingga seluas-luasnya, namun batasilah aspek politiknya sekecil mungkin. Kalau kita sudah terlanjur terlibat dalam suatu masalah, segera selesaikan dengan niat baik lalu keluarlah. Disitu kita harus berhenti.
”Jalinlah hubungan baik yang adil dengan semua bangsa lain, ciptakanlah perdamaian dan harmoni dengan semua”.
”Eropa memiliki serangkaian kepentingan sendiri, yang tidak ada atau tidak banyak sangkut pautnya dengan kita. Kawasan itu acapkali terlibat pertikaian dengan segala sebab musabab yang asing bagi kita. Oleh sebab itu, tidaklah bijaksana bila kita melibatkan diri dalam pertikaian kawasan itu, apalagi hanya atas dasar alasan yang dicari-cari seperti membela tanah leluhur atau demi persahabatan”.
”Situasi kita terpisah jauh dan berbeda, dan hal ini tentunya menuntut penanganan secara berbeda pula. Kalau kita tetap dapat bersatu sebagai bangsa dengan satu pemerintahan yang efisien, maka kita akan terus dapat mengrus diri sendiri dan netral, terlepas dari apakah bangsa lain suka atau tidak suka. Kita jga akan tetap bebas, dan selalu bisa menentukan pilihan damai atau perang, sepenuhnya berdasarkan prinsip-prinsi keadilan dan kepentingan kita sendiri”.
”Mengapa kita melupakan kenyataan yang sangat jelas ini? Mengapa kita melupakan pendirian kita sendiri dan terhanyut dengan pendapat atau bujukan bangsa lain? Mengapa kita campur adukkan masa depan kita dengan masa depan Eropa, bahkan melibatkan perdamaian dan kemakmurah dalam riuhnya ambisi, persaingan, kepentingan, kekonyolan, dan sikap tidak berpendirian dari Eropa?.
”Dasar kebijakan luar negeri kita adalah menjalin hubungan baik dengan semua bangsa lain didunia, menurut hemat saya, sampai sejauh ini kita masih mampu mempertahakan dasar kebijakan itu, meskipun saya mulai prihatin dengan desakan agar kita ikut campur dengan konflik asing. Dalam urusan publik maupun pribadi, saya selalu berpegang teguh pada kejujuran. Jadi, mari kita simak bersama-sama apakah keterlibatan kita di luar negeri itu baik atau tidak. Saya sendiri tetap berpendirian bahwa hal itu tidak perlu, dan tidaklah bijaksana membiarkannya terus terjadi”.
”Eropa memiliki serangkaian kepentingan sendiri, yang tidak ada atau tidak banyak sangkut-pautnya dengan kita”.
”Curahkanlah perhatian pada keadaan dan pertahanan kita sendiri, dan jika memang terpaksa, jalinlah persekutuan khusus yang sifatnya sementara saja”.
”---- dengan mencermati berbagai kekurangan pemerintahan saya, saya tidak melihat adanya kesalahan yang disengaja: namun sebagai orang yang memahami keterbatasannya, saya sadar bahwa saya tidak akan luput dari kesalahan. Apapun kesalahan itu, saya selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar membimbing saya untuk mencegah agar kesalahan itu tidak terlalu merugikan pihak lain. Selama 45 tahu mengabdi, tentu sudah banyak hal yang saya lakukan, dan banyak pula kesalahan yang saya perbuat; semuanya merupakan tanggung jawab saya pribadi”.
”Kecintaan terhadap tanah air mendorong seseorang untuk melakukan apa saja untuk membela tanah kelahiran dan warisan leluhurnya. Namun semua ada batasnya, dan kini saya siap mundur dengan sukacita. Saya akan kembali ke tengah-tengah masyarakat dan menikmati keindahan hidup seharo-hari bersama-sama dengan rekan sebangsa, sembari sepenuh hati ikut mengupayakan tegaknya segenap aturan hukum dalam pengelolaan pemerintahan yang bebas dengan segala suka dukanya”.


REFERENSI:


Montefiore, Simon Sebag. ”Speeches that Changed the World”. 2006. Penerbit Erlangga: Jakarta


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...