Mata kuliah Resolusi Konflik
SEMESTER VI
SEMESTER VI

Military Technology and Conflict
by
Geoffrey Kemp
Proliferasi
dan Asimetri Peperangan
Ini akan menjadi sebuah ironi yang
penting, jika salah satu efek dari peningkatan senjata non-nuklir adalah untuk
menciptakan senjata kimia, senjata biologi, dan senjata nuklir (CNB) pilihan
jalan terburuk untuk biaya kekuatan konvensional yang tinggi. Tidak ada
keraguan bahwa kedua Iran dan Irak menanggap senjata CNB sebagai kekuatan equalizer ketika mempertimbangkan
konflik dengan Amerika Serikat.
Pelajaran dari Perang Teluk dan
selanjutnya dalam konflik di Kosovo, mendorong minat yang lebih besar dalam
pengembangan strategi asimetri yang memberikan kemungkinan bagi negara-negara
terkecil dan termiskin untuk mencegah kekuatan utama. Hal ini menunjukkan keadaan bahwa jika tidak mampu untuk
mensejajarkan kapabilitas teknologi canggih dan kekuasaan, maka solusi lain
adalah dengan mempergunakan kemampuan apapun yang dimiliki yang dapat
dipergunakan untuk melawan ataupun mengancam ketangguhan kekuatan Barat, yang
tentu saja memiliki toleransi yang rendah dalam konteks perang.
Pada dasarnya terdapat dua cara
untuk mengancam Achilles Barat, yaitu 1) melalui terorisme yang disponsori oleh
negara, dan; 2) dengan mengembangkan senjata pemusnah masal (WMD/ Weapons of Mass Destruction), keduanya
dapat dipergunakan baik secara langsung untuk melawan kekuatan Barat atau diberikan
pada grup teroris untuk melakukan
operasi rahasia melawan militer Barat dan target-target sipil. Sedangkan
keunggulan teknis dari pasukan militer Barat telah menghilang dari kekuatan ke
kekuatan pada dekade lampau, kekhawatiran parallel tentang kerentanan
masyarakat Barat terhadap terorisme dan senjata pemusnah masal telah tumbuh. Penggunaan
julukan “rogue states” oleh
pemerintah Amerika Serikat kepada negara-negara yang memiliki kemampuan atas
jenis strategi ini menjadi lumrah pada
setengah tahun setelah tahun 1990an. Keprihatinan dimotivasi oleh aksi negara-negara seperti Korea Utara,
Irak, Iran, dan Libya, juga beberapa negara kategori rendah seperti, Syria, dan
Kuba. Korea Utara, Irak, Iran, dan Libya telah mendemonstrasikan ketersediaan
mereka untuk mendukung terorisme internasional dalam melawan target-target
Barat sebagaimana kapasitas untuk mengembangkan senjata kimia, biologi, dan
senjata nuklir, serta rudal sebagai sarana penyampaian. Akibatnya, Amerika
Serikat telah mengembangkan sejumlah strategi proliferasi perlawanan yang
sangat rumit, yang dirancang untuk mencegah, dan jika perlu, mengimbangi
perkembangan tersebut. Beberapa upaya telah berhasil melebihi yang lainnya.
Sebagai senjata, termasuk pemusnah missal, terus berkembang biak di daerah
konflik ekstrim seperti Teluk Persia dan kawasan Asia Selatan dan Asia Timur,
ada peningkatan harapan dan tekanan untuk mengembangkan dan menyebarkan system
pertahanan rudal yang dapat melindungi mereka dari kekuatan serangan Amerika
Serikat. Namun, apakah teknologi modern tersebut dapat melindungi mereka dari
serangan terorisme?.
Peristiwa pemboman WTC (World Trade Center) pada 26 Februari
1992, merupakan pertanda dramatis terhadap sesuatu yang akan muncul. Enam orang
tewas dalam serang ini, namun menurut hakim ketua di pengadilan, serangan itu
dimaksudkan untuk menggulingkan satu menara ke menara lainnya di awan gas
sianida, dan akan menyebabkan pulahan dari ratusan orang Amerika akan tewas.
Kristal gas seharusnya menguap dalam ledakan, namun dalam peristiwa ini gas
tersebut justru terbakar. Pada tahun 1995 di Tokyo, kaum fanatik melepaskan gas
sarin di kereta bawah tanah, peristiwa ini juga sangat janggal, karena apabila
gas tersebut bekerja sebagaimana direncanakan, maka ribuan warga Tokyo akan
tewas, dan tidak sulit untuk menciptakan kekacauan dan kengerian selanjutnya. Kejadian
di Tokyo dan WTC merupakan kegagalan. Di Rusia juga pernah terjadi, ketika
pemberontak Chechnya menyandera ribuan orang dalam tindakan perjuangan mereka
untuk menciptakan kemerdekaan melawan Moskow. Peristiwa-peristiwa seperti ini
merupakan kategori tindakan terorisme yang besar (megaterorisme) terutama terkait kepada upaya untuk membunuh atau
menyandera ribuan orang. Namun itu bukan satu-satunya forum terorisme,
pertumbuhan internet dan perkembangan dunia maya sebagai sarana berkomunikasi
dengan orang-orang diseluruh dunia, dan kepekaannya yang luar biasa terhadap
pasar keuangan dunia, dan hal-hal yang sangat teknis lainnya, meningkatkan
kemungkinan kemudian terjadinya terorisme dalam bentuk cyber. Cyber Terorism bahkan memiliki skala yang lebih besar, karena
kemampuannya untuk meruntuhkan lembaga keuangan, memicu kekacauan diseluruh
system komunikasi militer, dan sebagainya.
Kerentanan masyarakat modern
terhadap tindakan terorisme memang bukanlah sebuah hal yang baru, akan tetapi
munculnya kelompok-kelompok yang terlibat dalam tindakan-tindakan terorisme
tersebut selalu menjadi hal yang baru. Terdapat banyak sekali spekulasi tentang
teroris nuklir, control senjata nuklir sejauh ini terbukti relative sukses. Tidak
demikian halnya dengan dampak yang ditimbulkan oleh senjata kimia, biologi,
ataupun internet dan dunia maya. Seperti juga halnya dapat dilihat dari tragedy
pemboman Oklahoma pada Mei 1995 yang menunjukkan dampak sangat dasyat bagi
terwujudnya kewaspadaan akibat terror. Namun terlepas dari hal tersebut,
masyarakat internasional tetap harus memperlakukan ancaman terorisme ini
sebagai prioritas tinggi. Terutama karena sumber terorisme begitu menyebar dan
motif pelakunya juga sangat bervariasi, khususnya dalam mencegah terciptanya
senjata-senjata baru pemusnah masal ataupun nuklir. Akan lebih banyak dana yang
harus dikeluarkan untuk memperluas dan mempercepat penerapan dan peningkatan
system keamanan, mencakup kontrol, persediaan, perlindungan. Langkah
fundamental lain yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan kerjasama antar
instansi pemerintah yang memantau kegiatan kelompok teroris. Dalam contoh kasus
WTC, misalnya, nyaris tidak ada penghubung atau tindak lanjut antara instansi
dalam negeri yang bertanggung jawab dengan badan-badan intelijen yang ahli
dalam menangani terorisme yang disponsori oleh negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar