Sabtu, 04 Februari 2017

PENGGABUNGAN METODE KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Masih bingung soal penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif bisa atau tidak bisa dipergunakan? Saya pernah punya tugas short paper untuk ini, kembali lagi ini merupakan compose data yang masih saya miliki ketika saya masih duduk dibangku S1, mungkin berguna untuk teman-teman meskipun ringkas sekali. Dua pengertian ini saya ambil dari referensi dua buku, dan 1 buku yang dominan yaitu milik Bapak Sugiyono. Maaf jika tidak ada revisi dalam tugas ini, karena sekali lagi blog ini saya tulis awalnya adalah untuk menyimpan data-data saya ketika saya duduk dibangku S1. Take your time....


Hasil gambar untuk sugiyono 2008 metode penelitian kuantitatif dan R&D



PENGGABUNGAN METODE KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Setiap metode penelitian memiliki keunggulan dan kekurangan. Oleh karena itu, metode Kualitatif dan Kuantitatif keberadaannya tidak perlu dipertentangkan karena keduanya justru saling melengkapi (complement each other). Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk penelitian yang masalahnya sudah jelas, dan umumnya dilakukan pada populasi yang luas sehingga hasil penelitiannya kurang mendalam.
Sementara itu, metode penelitian kualitatif cocok digunakan untuk meneliti dimana masalah belum jelas, dilakukan pada situasi social yang tidak luas, sehingga hasil penelitiannya lebih mendalam dan bermakna. Metode kuantitatif cocok untuk menguji hipotesis/ teori sedangkan metode kuantitatif cocok untuk menemukan hipotesis/ teori.
Karena paradigm kedua metode tersebut berbeda, maka sangat sulit menggabungkan metode tersebut dalam satu proses penelitian yang bersamaan. Thomas D. Cook dan Charles Reichardh (1978) menyatakan bahwa “metode kualititatif dan metode kuantitatif tidak akan pernah dipakai bersama-sama, karena kedua metode tersebut memiliki paradigma yang berbeda dan perbedaannya bersifat mutually exclusive, sehingga dalam penelitian hanya dapat dipilih salah satunya”.
Akan tetapi, menurut Prof. Dr. Sugiyono (2008), kedua metode tersebut dapat digunakan bersama-sama atau digabungkan, tetapi dengan catatan sebagai berikut :
1. Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada objek yang sama, tetapi dengan tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis.  Hal ini juga dikatakan oleh Susan Stainback (1988).
2. Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitatif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
3. Metode penelitian tidak dapat digabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), seperti penggunaan tringulasi dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama misalnya menggunakan kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya untukmemperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut, atau oranglain yang memahami masalah yang sedang diteliti tersebut. Bila data antara kuesioner dan wawancara tidak sama, maka dilacak terus sampai ditemukan kebenarannya data tersebut. Bila sudah demikian maka proses pengumpulan data seperti tringulasi dalam penelitian kualitatif.
4. Dapat menggunakan metode tersebut secara bersamaan, asal kedua metode tersebut telah difahami dengan jelas, dan seseorang telah berpengalaman luas dalam melakukan penelitian. Bagi peneliti baru sebaiknya tidak berfikir untuk menggunakan metode tersebut dengan cara menggabungkan.
Selain pendapat ahli tersebut diatas, sebenarnya seiring berjalannya waktu, peneliti kuantitatif juga semakin menyadari bahwa sebagian dari data yang diperoleh mungkin tidak valid, karena sebagian responden survey salah dalam mengartikan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner sehingga salah dalam memberikan jawaban (measurement bias), atau karena ketidak akuratan pemanggilan kembali ingatan responden tentang peristiwa masa lalu (recall bias).
Dipihak lain, peneliti kualitatif mengembangkan teknik yang lebih baik untuk mengklasifikai dan menginterpretasi data deskriptif, tetapi mungkin kesulitan membuat generalisasi hasil penelitian pada populasi diluar kasus-kasus yang diteliti.
Oleh sebab itu, dalam konteks ini dibutuhkan suatu teknik yang disebut sebagai tenik Tringulasi. Tringulasi adalah metode dalam penelitian kualitatif untuk menggabungkan metode (method triangulation), sumber data (data triangulation), peneliti (investigator triangulation), maupun perspektif dan teori-teori (theoretical triangulation) (Yin, 1994; Brannen, 1999; Rica dan Ezzy, 2000). Dan secara umum, tujuan teknik tringulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretative dari penelitian kualitatif (Rice dan Ezzy, 2000), sebab sumber bukti majemuk pada intinya memberikan pengukuran-pengukuran majemuk terhadap fenomena yang sama, dengan demikian memperkuat validitas konstruk (Yin, 1994).
Penggunaan sumber bukti yang majemuk dipandang lebih kuat daripada masing-masing strategi penelitian seperti eksperimen, survey, dan catatan sejarah (Yin, 1994). Argumentasi Yin (1994), eksperimen hanya mengukur dan mencatat perilaku actual yang terjadi dalamlaboratorium, tetapi tidak dapat menangkap informasi yang bersifat verbal seperti yang biasa dilakukan oleh survey. Survei dipihak lain dapat menegaskan informasi verbal, tetapi tidak mengukur maupun mencatat perilaku actual (belum tentu sesuai dengan perilaku responden sebenarnya). Sedang sejarah dibatasi pada peristiwa masa lalu yang telah “mati”, tidak memberikan sumber bukti kontemporer dan perilaku actual seperti yang bisa didapatkan dari pengamatan langsung (direct observation) atau wawancara dengan pelaku kunci.
Duffy (1987) dan Green et al (1989) seperti yang dikutip Dixon Woods et al (2004) memberikan sejumlah alasan memadukan pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif ini, yakni;
1. Mengidentifikasi aspek-aspek, dan variable-variabel yang muncul dari pengamatan dengan penggunaan metode ganda
2. Mengidentifikasi dan memeriksa temuan-temuan kontradiktif dari sumber-sumber jamak.
3. Mendapatkan informasi yang lebih kaya
4. Memandu kebutuhan penambahan sampel, data, teknik analisis.
5. Mengilustrasikan model-model statistic kuantitatif dengan menggunakan studi kasus kualitatif.
6. Mengatasi “holistic fallacy”, kekeliruan membuat generalisasi kesimpulan penelitian kualitatif bahwa semua orang memiliki pandangan yang sama, padahal pandangan tersebut hanya berasal dari segelintir orang yang diwawancarai oleh peneliti.
7. Meningkatkan lingkup dan keluasan penelitian
8. Meningkatkan validitas konvergensi hasil
9. Meningkatkan validitas eksternal (alias generalisasi).
Artinya, tujuan pemaduan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif dapat dibagi menjadi tiga kategori (Hammersley, 1996, sebagaimana dikutip Dixon Woods et al, 2004), yakni:
1. Tringulasi – memberikan dukungan (collaboration) untuk membenarkan atau memverifikasikan temuan-temuan yang diperoleh dengan metode lainnya, memperkuat klaim-klaim kesahihan temuan dari metode lainnya.
2. Fasilitasi – memudahkan atau “membantu” metode lainnya
3. Komplementer – meneliti aspek-aspek yang berbeda tentang suatu masalah.
Dan berikut adalah contoh-contoh telah berhasil digunakannya penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif :
- Komponen kualitatif dalam penelitian kualitatif-kuantitatif Utarini et al (2003) menggunakan rapid assessment procedure (RAP) untuk memahami pengetahuan dan persepsi warga maupun penyedia pelayanan kesehatan dalam deteksi dini dan manajemen kasus malaria di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Indonesia.
Data diperoleh dari 38 free listing, 28 wawancara mendalam (in-depth interview), 7 diskusi kelompok terfokus, serta pengamatan tak terstruktur. Analisis isi sistematik (thematic content analysis) terhadap data mengungkapkan bahwa malaria dianggap merupakan sebuah penyakit biasa, ringan, tidak menyebabkan kematian. Menurut peneliti, kekurangpahaman tentang gejala dan tanda malaria menyebabkan tertundanya pengenalan dan pengobatan penyakit, sehingga tida heran jika warga masyarakat kerap melakukan pengobatan sendiri dengan dosis yang kemungkinan lebih rendah daripada yang seharusnya. Peneliti menjumpai adanya kekurangpahaman tentang mekanisme kausal antara nyamuk dan malaria, serta kerancuan pengertian tentang malaria dan demam berdarah, sehingga berakibat rendahnya apresiasi warga terhadap arti kegiatan pencegahan malaria. Intinya, peneliti menemukan kesenjangan pemahaman antara awam dan deskripsi biomedis tentang malaria. Oleh sebab itu, peneliti menyarankan perspektif diperhitungkan dalam program sebagai strategi utama pengendalian malaria. Dengan menggunakan metode kualitatif, yakni pertama ; metodologi dan proses penelitian dideskripsikan dengan akurat dan terinci, dan kedua, dengan disana-sini menggunakan bahasa vernakuler, peneliti melaporkan pandangan-pandangan tertentu dari responden dengan lebih pas.  
- Wandwalo et al (2005) menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif untuk meneliti akseptabilitas (penerimaan) pengobatan ”directly observed treatment, short-course” (DOTS) berbasis komunitas dan fasilitas  kesehatan untuk pasien tuberculosis (TB) di distrik Temeke, Dar es Salaam, Tanzania. Sebanyakan 268 pasien TB dan 103 pendukung pengobatan diwawancarai dengan menggunakan kuesioner semi-terstruktur. Dengan tujuan metode kuantitatif yakni untuk mengetahui penerimaan DOTS berbasis komunitas dan fasilitas kesehatan diantara pasien TB dan pendukung pengobatan. 8 diskusi terfokus (FGD) dilakukan dengan pasien TB, pendukung pengobatan, petugas kesehatan, dan anggota masyarakat, menggunakan pertanyaan-pertanyaan tematis yang telah diuji coba sebelumnya. Dengan tujuan metode kualitatifnya, yakni ; untuk mengetahui sikap dan persepsi pasien TB, pendukung pengobatan, petugas kesehatan, dan anggota masyarakat, terhadap DOTS. Hasil penelitian kemudian menunjukkan, kedua opsi DOTS dapat diterima masyarakat. DOTS berbasis komunitas merupakan opsi yang “viable”, dapat melengkapi dan memperkuat DOTS berbasis fasilitas kesehatan. 


##########################################################################

DAFTAR PUSTAKA


Sugiyono. 2008.“Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D”. Alfabeta : Bandung.
Murti, Bhisma. 2006. “Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dibidang Kesehatan”. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...