kali ini saya akan membagikan tugas lama saya dalam mata kuliah analisa politik luar negeri. Kembali saya ingatkan bahwa ini adalah kumpulan tugas-tugas lama saya semasa kuliah S1 di tahun 2009. Meskipun saya tidak pernah merujuk kepada sumber-sumber tidak jelas, anda tetap saya sarankan untuk memegang buku dan membaca buku yang saya referensikan dibagian akhir tulisan ini.
Karena saya sendiri menjadikan momentum TUGAS sebagai metode belajar saya dan mengharuskan diri saya untuk membaca perihal tersebut. Semoga dengan dipublikasikannya tugas lama saya kita semua bisa mengingat barangkali kalau-kalau lupa tentang hal-hal yang dibahas didalam sini. Budayakan banyak membaca!! gomawo...
“MODEL-MODEL POLITIK LUAR NEGERI”
Resume berjudul “Model-Model Politik Luar Negeri” ini ditujukan guna memenuhi tugas individu analisa politik luar negeri, dan pada prinsipnya berisi secara singkat gambaran mengenai lima perspektif atau model dari politik luar negeri berdasarkan analisis metode penelitian yang umum digunakan oleh penstudi ilmu hubungan internasional.
Model strategic adalah salah satu model politik luar negeri yang dikenal dalam metode penelitian analisa politik luar negeri. Pada prinsipnya model ini berasumsi bahwa hubungan maupun perubahan yang terjadi pada politik luar negeri didasarkan kepada pengaruh para pembuat keputusan saja, tanpa adanya pengaruh determinan lainnya. Oleh sebab itu pula maka model politik luar negeri ini dikenal juga dengan sebutan model politik luar negeri rasional, karena pembuatan ataupun pemilihan politik luar negerinya didasarkan kepada pemikiran rasional si pembuat keputusan dan keberhasilannya bergantung kepada informasi-informasi, ataupun data-data yang baik, agar dapat memilih alternative yang terbaik dari berbagai alternative baik yang tersedia. Akan tetapi tentunya hal tersebuut juga yang kemudian menjadi kelemahan bagi model strategic tersebut, karena sebenarnya belum tentu persepsi yang dianggap rasional oleh sipembuat keputusan, dapat dirasakan rasional pula oleh pihak-pihak lainnya.
Oleh sebab itu kemudian muncul “model pembuat keputusan (decision making model)” yang pertama kali diperkenalkan oleh Ricard Snyder dan kawan-kawan, sebagai respon terhadap kelemahan model strategik politik luar negeri tersebut. Pada model Snyder ini secara garis besar menyatakan bahwa factor-faktor apapun yang menjadi determinan dalam politik luar negeri harus juga diperhatikan dan dipertimbangkan oleh pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri. Model Snyder ini juga menyebutkan akan peranan organisasi politik domestic formal dan actor-aktor politik domestic lainnya terhadap perumusan politik luar negeri suatu Negara. Perspektif ini memberikan penekanan utamanya pada analisis jaringan birokrasi organisasi yang kompleks dengan prosesur-prosedur kelembagaannya. Analisis-analisis dalam perspektif ini berhubungan dengan struktur dan proses dari pengambilan keputusan politik luar negeri sampai kepada analisis keputusan-keputusan tertentu, sehingga aktivitas analisisnya berada pada pembukaan “kotak hitam (black box) dari perspektif analisis adaptif dan perspektif strategi. Peranan kepemimpinan, persepsi, dan system kepercayaan dari para pembuat keputusan, arus informasi diantara mereka, dan dampak dari berbagai kebijakan luar negeri terhadap pilihan-pilhan mereka merupakan factor-faktor penting untuk menjelaskan pilihan-pilihan kebijakan luar negeri yang diambil oleh suatu negara. Penelitian melalui perspektif ini juga peduli akan karakteristik situasional ketika proses pengambilan keputusan sedang berlangsung, misalnya apakah proses pengambilan keputusan dibuat dalam suatu situasi tertekan, krisis, dan beresiko. Model ini menyatakan bahwa faktor apapun yang menjadi determinan dalam politik luar negeri akan diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pembuat keputusan (decision-makers). Kelebihan model ini yaitu dimensi manusia dianggap lebih efektif dari proses politik luar negeri itu sendiri.
Sementara itu, muncul model lainnya yang dikenal sebagai model politik birokrasi, yang pada intinya menekankan kepada peranan birokrat dala proses pembuatan keputusan politik luar negeri, tidak hanya kepada peranan pembuat keputusan politik luar negerinya saja. Para birokrat juga bertanggungjawab pada pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sehingga mereka dapat mempengaruhi implementasi politik luar negerinya. Pada model ini pemerintah dianggap terdiri dari sekian banyak individu dan organisasi. Konsekwensi yang muncul adalah keputusan tidaklah dipandang sebagai produk rasionalitas melainkan produk dari proses interaksi dan penyesuaian dari berbagai individu dan organisasi. Dengan kata lain, politik luar negeri merupakan proses politik yang meliputi rundingan-rundingan (bargaining), kompromi (compromise), dan penyesuaian-penyesuaian (adjustment).
Model Adaptif (The Adaptive Model) berupaya untuk memisahkan beberapa pilihan politik luar negeri berdasarkan perkiraan kapabilitas yang dimiliki suatu negara dan posisi geopolitiknya. Menurut model ini politik luar negeri merupakan konsekwensi dari perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan lingkungan internal (perubahan struktural). Dengan kata lain, tindakan politik luar negeri suatu negara pada suatu waktu tertentu merupakan penjumlahan dua variabel independen, yaitu perubahan eksternal dan perubahan struktural (internal). Dalam perspektif ini semua negara-bangsa dapat dipandang sebagai suatu entitas yang selalu melakukan adaptasi terhadap lingkungannya. Maka itu analisis perspektif adaptif ini memusatkan perhatiannya pada proses tindakan adaptasi suatu Negara sebagai sutau respon terhadap lingkungan eksternal dan internalnya yang berubah dengan berpijak pada penilaian dari negara tersebut akan kapabilitas yang dimilikinya, posisi geografi, dan sebagainya. Perspektif adaptasi politik luar negeri juga mengijinkan para studiwan HI untuk melakukan studi perbandingan beberapa negara berkenaan dengan peluang dan hambatan yang dimilki oleh negara-negara tersebut, sehingga motivasi penelitiannya yakni mencoba untuk memahami factor-faktor umum, menerapkan penilaian perbandingan daripada studi kasus, mencoba merumuskan teorisasi yang menguji hipotesis, membangun prinsip-prinsip umum dari pada memberikan jawaban segera atas persoalan penelitian.
Pada model incremental (Incremental Decision-Making) memandang keputusan-keputusan politik luar negeri yang muncul sebagai proses incremental (penambahan-penambahan). Sifat ketidakpastian (uncertainty) dan kurang lengkapnya informasi yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan eksternal menyebabkan keputusan politik luar negeri yang diambil tidak dapat berdasarkan perhitungan rasional yang menyeluruh. Karena itu, para pembuat keputusan tidak mempertimbangkan semua pilihan politik luar negeri. Pilihan yang diambil tersebut sering bukan didasarkan pada apa yang paling baik untuk memecahkan masalah secara rasional melainkan pada pilihan yang dapat disetujui oleh para pembuat keputusan.
Referensi :
Anak Agung Bayu Perwira dan Yanyan Mochamad Yani. 2006. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Alison Graham T. 1971. “Essence of Decision: Explaining the Cuban Missile Crisis”. Boston: Little, Brown.
Anderson Paul A. 1987. “What Do Decision Makers Do When They Make a Foreign Policy Decision? The Implications for the Comparative Study of Foreign Policy”, in Charles E. Hermann, Charles W. Kegley Jr., and James N. Rosenau, eds., New Directions in the Study of Foreign Policy. Boston, Unwin.
John P. Lovel. 1970. Foreign Policy in Perspective: Strategy, Adaptation, Decision Making. New York, Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Richard C. Snyder, H.W. Bruck, and Burton Sapin, eds., Foreign Policy Decision-Making: An Analytical perspective to the Study of International Politics, New York, The Free Press, 1962 ; Valerie M. Hudson, Derek H. Chollet, and James M. Goldgeier, Foreign Policy Decision-Making (Revisited). New York, Palgrave Macmillan, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar