Kamis, 09 Februari 2017

Resume: International Organization and the Study of World Politics: Peter J. Katzentstein, Robert O. Keohane, Stephen D. Krasner


Mata kuliah Organisasi dan Administrasi Internasional
SEMESTER VI



Organisasi Internasional dan Studi Politik Dunia

Peter J. Katzenstein, Robert O. Keohane,
dan Stephen D. Krasner


            Tulisan ini merupakan resume dari artikel tulisan Peter J. Katzenstein, Robert O. Keohane, dan Stephen D. Krasner yang berjudul International Organization and the Study of World Politics. Di dalam tulisan ini dipaparkan mengenai cara memahami dan memandang politik dunia yang direpresentasikan dalam konteks Organisasi Internasional yang berkembang dekade ini melalui dua pendekatan teoritik yaitu teori rasionalis dan teori konstruktivis. Penulis juga memfokuskan pemaknaan teori pada dua hal yaitu berorientasi pada teori umum dan program penelitian yang spesifik. Adapun isi artikel ini dimulai dengan penjelasan awal berdirinya Organisasi Internasional sebagai awal pengkajian EPI secara keilmuan, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai perdebatan antara realis dan liberalis, perubahan dan evolusi politik domestik dan pendekatan rasionalis, perubahan konstelasi politik dunia dan munculnya pendekatan-pendekatan baru pada masa dan pasca perang dingin, dan perlunya pengintegrasian penuh EPI ke dalam SHI.
            Pada awalnya Ekonomi Politik Internasional (EPI) bukanlah sub-studi yang berdiri sendiri di bawah Studi Hubungan Internasional. Adalah ahli-ahli ekonomi yang melakukan kajian-kajian pada EPI dengan menggunakan perspektif-perspektif dari SHI yang membahas meliputi seperti perdagangan, keuangan, politik, dan perusahaan multinasional. Namun, seiring perkembangan SHI, EPI kemudian menjadi substudi dalam SHI.
            EPI sangat erat kaitannya dengan ilmu politik dan ilmu ekonomi. Sehingga banyak teori-teori umum yang diadopsi dari kedua disiplin ilmu tersebut. Teori rasionalis misalnya, teori ini diadopsi dari teori ekonomi yang menyatakan bahwa jika memiliki teka-teki, maka rumuskan hal itu menjadi masalah bagi aktor rasional tanpa ada keraguan dan bersaing dalam kondisi terjadinya kelangkaan. Teori rasional dalam EPI mencakup liberalis yang menekankan kerelaan bekerjasama dan realis yang fokus pada kekuasaan dan ancaman. Teori konstruktivis berasalah dari sosiologi yang sisi kemanusiaan dan sosiologi untuk memahami realitas yang ada dan juga kepentingan yang sebenarnya merupakan representasi dari identitas aktor internasional disebutkan dikonstruksi secara sosial.
Ada dua fokus pemaknaan teori yang digunakan penulis dalam tulisan ini yaitu Program penelitian khusus dan Orientasi Teori Umum. Program penelitian khusus dilakukan dengan menghubungkan berbagai variabel penjelas. Melalui program ini diupayakan untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seperti tentang efek distribusi kekuasaan atau demokrasi pada negara-negara yang cenderung melakukan perang untuk menyelesaikan konflik, tentang kapan lembaga internasional benar-benar mempromosikan kerjasama, tentang bagaimana hubungan institusi dalam hubungan negara masyarakat dalam menjelaskan variasi berbagai berbagai kebijakan ekonomi.Orientasi teori umum berupa realisme, marxisme, liberalisme, statisme, pluralisme, institusionalisme historis, institusionalisme pilihan rasional, dan konstruktivisme atau disebut pendekatan generik yang selama ini telah memberikan banyak sumbangan SHI termasuk substudi EPI.
Terjadinya perkembangan sistem internasional kemudian membuat beberapa teori generik ini kurang relevan untuk mengkaji EPI. Bukan berarti teori-teori awal ini kehilangan pamornya tetapi perubahan dunia internasional telah membuka peluang kemunculan alternatif-alternatif pendekatan dan konsep-konsep alternatif baru. Pada awal kemunculan EPI fokus utama yang dikaji adalah sistem internasional dan interaksi antara politik domestik dan ekonomi politik internasional. Pendekatan yang mendominasi adalah realis yang menyatakan pentingnya distribusi kekuasaan antara negara-negara. Selain itu para teoritikus liberalis juga mengembangkan pendekatan liberalis dalam memahami EPI terutama berkaitan dengan bersatunya Eropa, meningkatnya peran perusahaan multinasional, dan peningkatan saling ketergantungan internasional (hal.647). perdebatan antara kedua teori ini terus berlanjut seiring dengan munculnya varian baru dari kedua teori ini pada tahun 1980-an yaitu neorealis dan neoliberalis.

AN INTELLECTUAL OPENING (1968–1978)

Tahun 1960-an berbagai literatur tentang OI telah banyak terbit seirng dengan terintegrasinya Eropa. Yang memberikan tantangan baru bagi pemikiran realisme oleh karena OI identik dengan kerjasama dan ketergantungan ekonomi. Pada tahun1968 studi keilmuan tentang EPI telah ada dan diakui.

Perkembangan OI tahun 1947-1967

OI mulai berdiri selama dan pasca perang dunia ke-dua sampai dengan perang dingin. Berdirinya OI berfungsi untuk menganalisis pembentukan OI dan persaingan negara-negara besar yang memiliki power besar. Salah satu OI yang berdiri dekade ini adalah PBB. Namun, pada awal perkembangannya PBB mengalami semacam dilema oleh karena bayang-bayang kegagalan Liga Bangsa-Bangasa (LBB) yang dikatakan hanya berkedok liga tetapi pada kenyataannya adalah alat kekuasaan negara-negara besar.
Di era ini banyak terbit tulisan-tulisan seputar OI dan PBB seperti Leland M. Goodrich yang menulis mengenai ketidaknyamanan PBB akibat kemiripannya dengan LBB serta topik-topik lain seperti peran organisasi internasional dalam politik dunia, politik angkutan udara internasional dan pengoperasian Dewan Keamanan PBB, dan perang dingin. Akademisi lain yang juga memberikan sumbangan pada perkembangan OI di masa ini adalah L. Claude, Jr. dan Stanley Hoffmann yang secara apik mengomentari politik organisasi internasional dan batas-batas konsekuensi seperti operasi penjaga perdamaian PBB di Suez dan Kongo. Literatur-literatur yang  terbit ini kurang memperhatikan teori keilmuan sosial tetapi lebih menekankan pada analisis deskriptif realistis. Adalah Robert Cox dan analisis Harold Jacobson yang mencoba melakukan pengujian argumen alternatif.
PBB sebagai OI terbesar masa ini dapat dikatakan gagal menjalankan fungsinya. Negara besar seperti AS tidak mau patuh pada PBB. Bahkan seolah-olah PBB itu milik AS. Keberadaan PBB dinilai tidak relevan lagi dengan politik dunia pada masa itu. Fenomena ini memunculkan ketidakpuasan dikalangan para teoritikus.. Pengalaman sejarah yang terjadi mulai dari Perang Dunia II, kegagalan LBB sampai berdirinya PBB, Perang Dingin adalah sejumlah pengalaman historis yang menyumbang perdebatan teoritis dalam SHI mulai dari idealisme vs realisme, realisme vs liberalisme, neorealisme vs liberalisme.
Realisme adalah adalah teori yang berkembang pesat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar perilaku negara seperti AS dan US. Banyak akademisi yang menulis mengenai politik dan keamana nyang merupakan hiarauan utama dari realisme. Sebut saja Thomas Schelling memperkenalkan analisis pilihan rasional untuk urusan internasional, Henry Kissinger menulis tentang fenomena nuklir AS dan strategi aliansi di Eropa, Kenneth N. Waltz yang memberikan sumbangan konseptual tentang perang dan damai.
Sementara untuk EPI adalah para pemikir besar ekonomi politik seperti Albert Hirschman, Eugene Staley, Charles Kindleberger, dan Yakub Viner, dan Hirschman yang menjelaskan bagaimana perdagangan luar negeri digunakan sebagai instrumen tekanan politik. Ada juga Viner dan Kindleberger yang mengulas mengenai dalam sistem moneter dan finansial  internasional. Staley menulis tentang hambatan dalam perdagangan internasional serta Edward Hallett Carr yang menganalisis runtuhnya tatanan internasional, termasuk ekonomi internasional pada periode perang dengan gabungan pendekatan Marxisme dan realisme. Beberapa pemikir politik juga memberikan sumbangan pemikiran seperti JP Nettl tentang negara, Samuel Huntington tentang politik. Kenneth Waltz yang menulis tentang keunggulan sistem internasional dalam membentuk kebijakan negara yang dikatakan sebagai awal kelahiran teori politik internasional. Selain itu Waltz juga menulis tentang teori kebijakan luar negeri.
Walaupun literatur-literatur ilmiah banyak terbit, tahun1960-an EPI belum menjadi suatu hal yang penting dalam SHI yang pada masa itu masih didominasi teori diplomatik, teori perang dan perdamaian, dan isu-isu kebijakan dan mengenai politik pembendungan.


European Integration as an Intellectual Opening

Beberapa akademisi yang melakukan kajian dan penelitian secara khusus tentang integrasi antara lain Stanley Hoffmann meneliti mengenai seberapa pentingnya pentingnya integrasi politik bagi negara-bangsa. Selain itu ada Ernest Haas yang mengembangkan pemikiran David Mitrany tentang integrasi politik, teori modernisasi, dan teori fungsionalisme yang merujuk pada teori liberal secara umum dan adanya kemungkinan aktor lain dalam sistem internasional selain negara.
Pada tahun 1970 OI menerbitkan jurnal tentang integrasi regional yang diedit oleh Leon Lindberg dan Stuart Scheingold. Artikel-artikel dalam buku ini mewakili upaya untuk menggunakan perilaku ilmu sosial untuk memperhitungkan variasi dalam keberhasilan upaya integrasi regional. Studi integrasi regional mengalami stagnasi dengan pemikiran yang terlalu optimis bahwa neofungsionalisme akan sukses dalam sistem internasional ditandai dengan beberapa peristiwa seperti manuver Charles De Gaulle yang sempat menyebabkan stagnasi integrasi Eropa. Teori intergrasi kemudian mengalami kegagalan terutama setelah diterbitkannya buku karya Ernest Haas B. yang menyatakan telah gagalnya teori integrasi. Kegagalan teori integrasi terutama tentang neofungsionalisme hampir sama dengan yang dialami neorealisme yang memiliki rasa percaya diri yang terlalu tinggi.
Kegagalan teori integrasi mengubah minat para akademisi beralih untuk melakukan kajian-kajian dalam bidang baru seperti ekonomi politik internasional dan studi komparatif. Walaupun teori integrasi telah menunjukkan kegagalannya, akademisi di Eropa masih tetap mengkaji tentang Masyarakat Eropa dan pada era tahun1980-an penstudi dari AS menaruh minat kembali pada bidang ini. Akan tetapi, bagaimanapun teori integrasi telah memberikan sumbangan yang berarti pada EPI dengan kajian-kajiannya tentang ekonomi dan politik.

The Emergence of IPE (Kelahiran EPI)

            Studi tentang EPI semakin penting ditandai dengan adanya pergeseran perhatian dunia internasional yang semula sangat didominasi oleh isu keamanan kini telah diramaikan dengan munculnya isu-isu baru akibat perkembangan sistem internasional. Berbagai peristiwa diberbagai dunia menandai pentingnya politik dalam ekonomi misalnya kebangkitan ekonomi Eropa dan Jepang, tekanan inflasi di Amerika Serikat, ditinggalkannya sistem Bretton Woods pada tahun 1971, dan embargo minyak OPEC 1973-1974.
            Adanya perubahan dalam sistem dunia menarik perhatian para akademisi untuk mengkaji perubahan-perubahan dalam ekonomi politik internasional, terutama dengan adanya ulasan mengenai saling ketergantungan ekonomi oleh Richard Cooper dan pada perusahaan multinasional oleh Raymond Vernon. Tahun 1971 OI juga menerbitkan jurnal tentang hubungan transnasional yang isinya difokuskan pada upaya perluasan studi politik dunia dengan melibatkan aktor non-negara dan hubungan transgovernmental dalam SHI.
            Hubungan transnasional semakin penting seiring dengan perkembangan sistem dunia yang semakin kompleks. Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye adalah pemikir-pemikir tentang hubungan ketergantungan antar negara yang memfokuskan argumen tentang trade-off antara manfaat ekonomi dan biaya politik yang saling ketergantungan. Sementara itu Robert Gilpin berpendapat bahwa hubungan transnasional hanya bisa dipahami dalam konteks hubungan politik antarnegara. Namun, dalam karya-karya Gilpin selanjutnya sudah tidak lagi mendukung argumentasinya yang awal, Gilpin semakin menyadari besarnya peran aktor non-negara dan semakin meningkatnya interdependensi antar negara. Gilpin berupaya menjelaskan tentang peran negara dan pasar dalam ekonomi politik internsional. Konsep interdependensi semakin digali dan dicoba diukur. Argumen utama adalah tentang terjadinya globalisasi, dikatakan bahwa''wewenang pemerintah dari semua negara, besar dan kecil, kuat dan lemah, telah melemah sebagai akibat dari teknologi dan keuangan perubahan dan percepatan integrasi ekonomi nasional ke dalam satu ekonomi pasar tunggal global.''(hal. 657).  

IPE: LIBERAL CHALLENGES TO REALISM (EPI: TANTANGAN LIBERALISME TERHADAP REALISME)

Perkembangan hubungan antar negara ke arah yang semakin dinamis dan kompleks memberikan pengaruh pada tingkat kajian akademik dan teoritik. Berbagai teori yang ada memiliki argumentasi andalan. Distribusi kekuasaan bagi realisme, kerjasama dan kepentingan bagi liberalsime, dan kritik terhadap kapitalisme bagi marxis. Perdebatan pertama yang terjadi adalah perdebatan antara realisme dengan liberalisme. Asumsi dasar dari realisme adalah: (1) negara adalah aktor-aktor kunci dalam politik dunia; (2) menyatakan dapat diperlakukan sebagai unit homogen bertindak atas dasar kepentingan diri sendiri, (3) analisis dapat dilanjutkan atas dasar asumsi bahwa negara bertindak seolah-olah mereka rasional, dan (4)-anarki internasional tidak adanya otoritas yang sah dalam sistem internasional berarti bahwa konflik antara kepentingan diri negara memerlukan bahaya perang dan kemungkinan pemaksaan (hal. 658).  Pemikir utama realisme adalah Hans J. Morgenthau yang menghasilkan buku Politics Among Nations: Struggle for Power serta Kenneth Waltz yang pemikirannya kemudian dikenal sebagai neorealisme.
Realisme merupakan teori yang lemah, terutama asumsinya yang menyatakan bahwa pemimpin negara merupakan aktor pengambil keputusan yang rasional, karena pada kenyataannya pengambilan keputusan suatu negara pasti melalui berbagai proses dan pengaruh berbagai kelompok keperntingan dan juga pengaruh dari kondisi masyarakat negara ataupun birokrasi politik suatu negara. Intinya kebijakan yang dihasilkan suatu negara merupakan hasil kesepakatan antara berbagai aktor birokrasi yang bisa saja berlainan kepentingannya.
Kemunculan EPI pada tahun 1970-an menguatkan argumen pluralis yang menyebutkan kemungkinan adanya aktor lain selain negara termasuk dari masyarakat sipil. Aktor-aktor non-pemerintah ini bisa saja langsung berhubungan melintasi negara tanpa selalu melalui kontrol atau pengawasan negara. Politik birokrasi melihat kompleksitas dalam pembuatan kebijakan suatu negara, hubungan transnasional mengalami kesulitan besar dalam mengoperasionalisasikan suatu variable dan politik birokrasi ini bukanlah alternatif yang menarik bagi perspektif realis.

Domestic Politics and IPE (Politik Domestik dan EPI)

            Jarak dan batas antar negara seolah-olah sudah tidak ada lagi sejak kemunculan EPI. Realisme dan liberalisme sebagai teori memiliki program penelitian khusus dan terarah: statisme bagi realisme, dan teori pluralisme serta agregasi kepentinganbagi liberalisme (hal. 664). Analis ekonomi politik internasional terus menekankan bagaimana variasi dalam politik domestik terkena dampak kebijakan luar negeri dan untuk mengetahui cara-cara di mana sistem internasional dapat mempengaruhi struktur politik domestik dan kepentingan maka akan dibahas melalui marxis, statisme, dan pendekatan struktur politik.

a.                  Marxisme
Marxisme berusaha untuk menjelaskan bahwa Mengacu pada perkembangan kapitalisme global yang menciptakan kesenjangan ekonomi. Menekan negara-negara berkembang untuk kepentingan-kepentingan negara kapitalis melalui lembaga-lembaga keuangan internasional. Interaksi aktor-aktor politik global membuat negara-negara diklasifikasikan menurut pembagian kerja internasional. Namun, marxisme ini memiliki banyak kekurangan mulai dari ketidakmampuannya dalam menjawab kebangkitan ekonomi di Asia Timur, kesulitan dalam menjelaskan tingkat pertumbuhan yang tidak merata di negara-negara Dunia Ketiga.

b.                  Statisme: Reaksi Terhadap Liberalisme dan Marxisme
Statisme muncul sebagai hasil dari upaya pencarian kembali tentang otonomi lembaga negara. Statisme menaruh perhatian yang lebih besar pada lembaga-lembaga negara, yang berkaitan stabilitas dan kesejahteraan keseluruhan. Negara dapat dipahami sebagai aktor tanpa mengabaikan masyarakatnya yang juga menentukan kekuatan dan ketangguhan negara. Kelemahan dari statisme ini adalah ketidakmampuannya dalam menangkap dan menjelaskan hubungan yang terjadi antara masyarakat dengan negara.


Domestic Structures and Their Relation to the International System (Struktur Domestik dan Hubungannya ke dalam Sistem Internasional)

            Terdapat hubungan yang istimewa antara struktur domestik dan hubungan internasional. Struktur domestik suatu negara yang saling berlainan tentunya akan memberikan pengaruh dan hasil yang berlainan pula bagi suatu pencapaian suatu negara. Sebut saja misalnya tentang terjadinya industrialisasi di Inggris, hal ini mengalami perbedaan dengan apa yang terjadi Jepang. Komposisi masyarakat yang saling berlainan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pengambilan kebijakan suatu negara dan itu dapat terlihat dari misalnya perumusan kebijakan ekonomi terkait perdagangan dan investasi.
            Studi perbandingan ekonomi politik telah menyebar ke Eropa, Asia, Anglo-Amerika, dan lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya studi perbandingan ekonomi politik menyebar sampai ke Amerika Latin, negara-negara baru pecahan US, Eropa Timur dan Tengah, dan bahkan di RRC melalui kapitalisme Leninisme. Robert Putnam menerapkan konsep dua tingkat permainan sebagai salah satu upaya untuk secara sistematis mengintegrasikan struktur domestik, peluang dan kendala sistemik, dan kebijakan ekonomi asing. Suatu negara dapat meningkatkan bargaining position-nya jika pemimpin negara tersebut dapat membuat negara lain bahwa mereka hanya akan mendapat keuntungan kecil.
            Secara umum sistem perdagangan dunia internasional yang semakin transparan dan terbuka akan mempengaruhi berbagai faktor-faktor domestik seperti tentang tenaga kerja, penanaman modal, dan tentang kepemilikan. Tokoh-tokoh yang berupaya mengembangkan pendekatan ini adalah Rogowski, Frieden, Helen Milner, dan David Lake.
            Terjadinya globalisasi meningkatkan arus mobilitas antar negara. Bahkan pada abad ke-19 terjadi gelombang perpindahan tenaga kerja antar negara, yang disebut-sebut sebagai mobilitas tenaga kerja terbesar. Globalisasi memberikan pemahaman baru mengenai politik dan kegiatan lintas batas negara. Argumen ini fokus pada lembaga-lembaga politik domestik, perusahaan, kelompok kepentingan, dan sektor ekonomi sebagai unit analisis. Studi politik dalam negeri meningkatkan pemahaman tentang neorealis dan neoliberalis. Selama perang dingin terjadi ketidakpuasan para teoritikus terhadap teori realis walaupun pada masa itu realisme dinilai sangat relevan dengan kondisi politik internasional semasa Perang Dingin.

Terminological Differences and Research Complementarities (Perbedaan terminologi dan melengkapi Penelitian)

            Rasionalis dan konstruktivis memiliki perbedaan walaupun keduanya hirau pada apa yang disebut pemahaman atau keyakinan teoritis. Walaupun keduanya memiliki hirauan yang sama, rasionalis dan konstruktivis memiliki perbedaan konsep dalam melakukan analisa. Konsep-konsep dalam rasionalis adalah preferensi, informasi, strategi, dan pengetahuan umum. Rasionalis tidak menawarkan cara untuk memahami pengetahuan umum dan argumen. Istilah-istilah utama dalam konstruktivis adalah identitas, norma, pengetahuan, dan kepentingan. konstruktivis tidak menyediakan cara untuk menganalisis strategi.
Terminologi: teori permainan digunakan untuk melakukan analisis rasionalis secara umum. Rasionalitas memiliki asumsi rasionalitas instrumental yang menjelaskan bagaimana hubungan antara lingkungan dengan perilaku aktor internasional. Game theory memberikan kesempatan untuk melakukan dan memilih berbagai strategi dengan berbagai probabilitas. Dalam EPI memiliki asumsi preferensi lebih banyak kekayaan dan strategi menyimpulkan dari struktur, terutama posisi kompetitif faktor, sektor, atau perusahaan dalam perekonomian dunia politik.
            Konstruktivis bersikeras pada keunggulan struktur intersubjektif yang memberi makna dunia material. Struktur ini memiliki komponen yang berbeda yang membantu dalam menentukan kepentingan yang memotivasi tindakan: norma-norma, identitas, pengetahuan, dan budaya. Norma biasanya menggambarkan harapan kolektif dengan efek''''regulatif pada perilaku yang tepat dari pelaku dengan identitas yang diberikan.
Epistemis pengetahuan juga merupakan bagian dari suatu proses sosial dengan mana dunia material memperoleh makna. Akhirnya, budaya adalah label yang luas yang menunjukkan model kolektif dari otoritas atau identitas, dibawa oleh adat atau hukum. Budaya mengacu pada kedua standar evaluatif (seperti norma-norma dan nilai-nilai) dan standar kognitif (seperti aturan dan model) yang mendefinisikan aktor sosial yang ada dalam suatu sistem, bagaimana mereka beroperasi, dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain( hal. 680)


Pengetahuan umum: Rasionalisme dan konstruktivisme merupakan  orientasi teoritis generik yang saling melengkapi pada beberapa poin penting. Game-teori dari rasionalis biasanya menganggap keberadaan pelaku, yang telah ada sebelumnya preferensi dan berbagi pengetahuan dari permainan yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam perundingan strategis. Penelitian konstruktivis berfokus pada sumber aktor 'identitas-dalam permainan-teori istilah, preferensi-dan mereka interpretasi mereka dari konteks tindakan mereka: pengetahuan umum. Oleh karena itu rasionalisme dan konstruktivisme memiliki hirauan yang sama  dalam keyakinan atau pengetahuan. Teori permainan memberikan kosa kata dan gambar visual yang menyoroti tidak hanya di mana argumen rasionalis dan konstruktivis berpisah tetapi juga di mana mereka bisa eksis bersama-sama.
            Perbedaan dan kesalingmelengkapi antara rasionalisme dan konstruktivisme diilustrasikan oleh perlakuan persuasi. Rasionalis menafsirkan persuasi dalam bahasa insentif, tawar-menawar strategis, dan informasi. Mereka menganalisis penyediaan informasi baru, kadang-kadang melalui istilah yang rumit dan menarik bagi khalayak. Konstruktivis sebaliknya menekankan pentingnya proses sosial yang menghasilkan perubahan dalam keyakinan normatif, seperti yang diingingkan oleh gerakan antiperbudakan abad kesembilan belas, kampanye kontemporer untuk hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia, atau propaganda nasionalis. Bagi konstruktivis persuasi melibatkan perubahan preferensi dengan merujuk pada identitas, kewajiban moral, dan norma-norma dipahami sebagai standar perilaku yang sesuai.

Jumlah Kata: 2807


PS: This resume, that i can remember is translate, resuming, and also editing in a team work. So, this is not my only work, but also my friends in here. Glad i was working with person like u guys! :). I though it would be worst when i work with somebody else


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...