Mata kuliah Organisasi dan Administrasi Internasional
SEMESTER VI
SEMESTER VI
Organisasi
Internasional dan Studi Politik Dunia
Organisasi Internasional dan Studi Politik Dunia
Peter J. Katzenstein, Robert O.
Keohane,
dan Stephen D. Krasner
Tulisan ini merupakan resume dari artikel tulisan Peter J.
Katzenstein, Robert O. Keohane, dan Stephen D. Krasner yang berjudul International
Organization and the Study of World Politics. Di dalam tulisan ini dipaparkan mengenai cara
memahami dan memandang politik dunia yang direpresentasikan dalam konteks
Organisasi Internasional yang berkembang dekade ini melalui dua pendekatan
teoritik yaitu teori rasionalis dan teori konstruktivis. Penulis juga memfokuskan pemaknaan
teori pada dua hal yaitu berorientasi pada teori umum dan program penelitian
yang spesifik. Adapun isi artikel ini dimulai dengan penjelasan awal berdirinya
Organisasi Internasional sebagai awal pengkajian EPI secara keilmuan,
dilanjutkan dengan penjelasan mengenai perdebatan antara realis dan liberalis,
perubahan dan evolusi politik domestik dan pendekatan rasionalis, perubahan
konstelasi politik dunia dan munculnya pendekatan-pendekatan baru pada masa dan
pasca perang dingin, dan perlunya pengintegrasian penuh EPI ke dalam SHI.
Pada awalnya Ekonomi Politik
Internasional (EPI) bukanlah sub-studi yang berdiri sendiri di bawah Studi
Hubungan Internasional. Adalah ahli-ahli ekonomi yang melakukan kajian-kajian
pada EPI dengan menggunakan perspektif-perspektif dari SHI yang membahas
meliputi seperti perdagangan, keuangan, politik, dan perusahaan multinasional.
Namun, seiring perkembangan SHI, EPI kemudian menjadi substudi dalam SHI.
EPI sangat
erat kaitannya dengan ilmu politik dan ilmu ekonomi. Sehingga banyak
teori-teori umum yang diadopsi dari kedua disiplin ilmu tersebut. Teori
rasionalis misalnya, teori ini diadopsi dari teori ekonomi yang menyatakan
bahwa jika memiliki teka-teki, maka rumuskan hal itu menjadi masalah bagi aktor
rasional tanpa ada keraguan dan bersaing dalam kondisi terjadinya kelangkaan.
Teori rasional dalam EPI mencakup liberalis yang menekankan kerelaan
bekerjasama dan realis yang fokus pada kekuasaan dan ancaman. Teori
konstruktivis berasalah dari sosiologi yang sisi kemanusiaan dan sosiologi
untuk memahami realitas yang ada dan juga kepentingan yang sebenarnya merupakan
representasi dari identitas aktor internasional disebutkan dikonstruksi secara
sosial.
Ada dua fokus pemaknaan teori yang
digunakan penulis dalam tulisan ini yaitu Program penelitian khusus dan Orientasi Teori Umum. Program
penelitian khusus dilakukan dengan menghubungkan berbagai variabel penjelas. Melalui program ini diupayakan untuk mencari jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan seperti tentang efek distribusi kekuasaan atau demokrasi pada negara-negara
yang cenderung melakukan perang untuk menyelesaikan konflik, tentang kapan
lembaga internasional benar-benar mempromosikan kerjasama, tentang bagaimana
hubungan institusi dalam hubungan negara masyarakat dalam menjelaskan variasi
berbagai berbagai kebijakan ekonomi.Orientasi
teori umum berupa realisme, marxisme, liberalisme, statisme, pluralisme,
institusionalisme historis, institusionalisme pilihan rasional, dan
konstruktivisme atau disebut pendekatan generik yang selama ini telah
memberikan banyak sumbangan SHI termasuk substudi EPI.
Terjadinya perkembangan sistem
internasional kemudian membuat beberapa teori generik ini kurang relevan untuk
mengkaji EPI. Bukan berarti teori-teori awal ini kehilangan pamornya tetapi
perubahan dunia internasional telah membuka peluang kemunculan
alternatif-alternatif pendekatan dan konsep-konsep alternatif baru. Pada awal
kemunculan EPI fokus utama yang dikaji adalah sistem internasional dan
interaksi antara politik domestik dan ekonomi politik internasional. Pendekatan
yang mendominasi adalah realis yang menyatakan pentingnya distribusi kekuasaan
antara negara-negara. Selain itu para teoritikus liberalis juga mengembangkan
pendekatan liberalis dalam memahami EPI terutama berkaitan dengan bersatunya
Eropa, meningkatnya peran perusahaan multinasional, dan peningkatan saling
ketergantungan internasional (hal.647). perdebatan antara kedua teori ini terus
berlanjut seiring dengan munculnya varian baru dari kedua teori ini pada tahun
1980-an yaitu neorealis dan neoliberalis.
AN INTELLECTUAL OPENING (1968–1978)
Tahun 1960-an berbagai literatur
tentang OI telah banyak terbit seirng dengan terintegrasinya Eropa. Yang
memberikan tantangan baru bagi pemikiran realisme oleh karena OI identik dengan
kerjasama dan ketergantungan ekonomi. Pada tahun1968 studi keilmuan tentang EPI
telah ada dan diakui.
Perkembangan OI tahun 1947-1967
OI mulai berdiri selama dan pasca
perang dunia ke-dua sampai dengan perang dingin. Berdirinya OI berfungsi untuk menganalisis
pembentukan OI dan persaingan negara-negara besar yang memiliki power besar. Salah satu OI yang berdiri
dekade ini adalah PBB. Namun, pada awal perkembangannya PBB mengalami semacam
dilema oleh karena bayang-bayang kegagalan Liga Bangsa-Bangasa (LBB) yang
dikatakan hanya berkedok liga tetapi pada kenyataannya adalah alat kekuasaan
negara-negara besar.
Di era ini banyak terbit
tulisan-tulisan seputar OI dan PBB seperti Leland M. Goodrich yang menulis
mengenai ketidaknyamanan PBB akibat kemiripannya dengan LBB serta topik-topik
lain seperti peran organisasi internasional dalam politik dunia, politik
angkutan udara internasional dan pengoperasian Dewan Keamanan PBB, dan perang
dingin. Akademisi lain yang juga memberikan sumbangan pada perkembangan OI di
masa ini adalah L. Claude, Jr.
dan Stanley Hoffmann yang secara
apik mengomentari politik organisasi internasional dan batas-batas konsekuensi
seperti operasi penjaga perdamaian PBB di Suez dan Kongo. Literatur-literatur
yang terbit ini kurang memperhatikan teori
keilmuan sosial tetapi lebih menekankan pada analisis deskriptif realistis.
Adalah Robert Cox dan analisis Harold Jacobson yang mencoba melakukan pengujian
argumen alternatif.
PBB sebagai OI terbesar masa ini
dapat dikatakan gagal menjalankan fungsinya. Negara besar seperti AS tidak mau
patuh pada PBB. Bahkan seolah-olah PBB itu milik AS. Keberadaan PBB dinilai
tidak relevan lagi dengan politik dunia pada masa itu. Fenomena ini memunculkan
ketidakpuasan dikalangan para teoritikus.. Pengalaman sejarah yang terjadi
mulai dari Perang Dunia II, kegagalan LBB sampai berdirinya PBB, Perang Dingin
adalah sejumlah pengalaman historis yang menyumbang perdebatan teoritis dalam
SHI mulai dari idealisme vs realisme, realisme vs liberalisme, neorealisme vs
liberalisme.
Realisme adalah adalah teori yang
berkembang pesat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar perilaku negara
seperti AS dan US. Banyak akademisi yang menulis mengenai politik dan keamana nyang merupakan hiarauan utama dari realisme. Sebut saja Thomas Schelling memperkenalkan analisis pilihan rasional untuk
urusan internasional, Henry Kissinger
menulis tentang fenomena nuklir AS dan strategi aliansi di Eropa, Kenneth N. Waltz yang memberikan
sumbangan konseptual tentang perang dan damai.
Sementara untuk EPI adalah para
pemikir besar ekonomi politik seperti Albert
Hirschman, Eugene Staley, Charles Kindleberger, dan Yakub Viner, dan Hirschman
yang menjelaskan bagaimana perdagangan luar negeri digunakan sebagai instrumen
tekanan politik. Ada juga Viner dan
Kindleberger yang mengulas mengenai dalam sistem moneter dan finansial internasional. Staley menulis tentang hambatan dalam perdagangan internasional
serta Edward Hallett Carr yang
menganalisis runtuhnya tatanan internasional, termasuk ekonomi internasional
pada periode perang dengan gabungan pendekatan Marxisme dan realisme. Beberapa pemikir
politik juga memberikan sumbangan pemikiran seperti JP Nettl tentang negara, Samuel
Huntington tentang politik. Kenneth Waltz
yang menulis tentang keunggulan sistem internasional dalam membentuk kebijakan
negara yang dikatakan sebagai awal kelahiran teori politik internasional.
Selain itu Waltz juga menulis
tentang teori kebijakan luar negeri.
Walaupun literatur-literatur ilmiah
banyak terbit, tahun1960-an EPI belum menjadi suatu hal yang penting dalam SHI
yang pada masa itu masih didominasi teori diplomatik, teori perang dan
perdamaian, dan isu-isu kebijakan dan mengenai politik pembendungan.
European Integration as an Intellectual Opening
Beberapa akademisi yang melakukan
kajian dan penelitian secara khusus tentang integrasi antara lain Stanley Hoffmann meneliti mengenai
seberapa pentingnya pentingnya integrasi politik bagi negara-bangsa. Selain itu
ada Ernest Haas yang mengembangkan
pemikiran David Mitrany tentang
integrasi politik, teori modernisasi, dan teori fungsionalisme yang merujuk
pada teori liberal secara umum dan adanya kemungkinan aktor lain dalam sistem
internasional selain negara.
Pada tahun 1970 OI menerbitkan jurnal tentang
integrasi regional yang diedit oleh Leon
Lindberg dan Stuart Scheingold.
Artikel-artikel dalam buku ini mewakili upaya untuk menggunakan perilaku ilmu
sosial untuk memperhitungkan variasi dalam keberhasilan upaya integrasi regional.
Studi integrasi regional mengalami stagnasi dengan pemikiran yang terlalu
optimis bahwa neofungsionalisme akan sukses dalam sistem internasional ditandai
dengan beberapa peristiwa seperti manuver Charles De Gaulle yang sempat menyebabkan
stagnasi integrasi Eropa. Teori intergrasi kemudian mengalami kegagalan
terutama setelah diterbitkannya buku karya Ernest
Haas B. yang menyatakan telah gagalnya teori integrasi. Kegagalan teori
integrasi terutama tentang neofungsionalisme hampir sama dengan yang dialami
neorealisme yang memiliki rasa percaya diri yang terlalu tinggi.
Kegagalan teori integrasi mengubah
minat para akademisi beralih untuk melakukan kajian-kajian dalam bidang baru
seperti ekonomi politik internasional dan studi komparatif. Walaupun teori
integrasi telah menunjukkan kegagalannya, akademisi di Eropa masih tetap mengkaji
tentang Masyarakat Eropa dan pada era tahun1980-an penstudi dari AS menaruh
minat kembali pada bidang ini. Akan tetapi, bagaimanapun teori integrasi telah
memberikan sumbangan yang berarti pada EPI dengan kajian-kajiannya tentang
ekonomi dan politik.
The Emergence of IPE (Kelahiran EPI)
Studi
tentang EPI semakin penting ditandai dengan adanya pergeseran perhatian dunia
internasional yang semula sangat didominasi oleh isu keamanan kini telah
diramaikan dengan munculnya isu-isu baru akibat perkembangan sistem
internasional. Berbagai peristiwa diberbagai dunia menandai pentingnya politik
dalam ekonomi misalnya kebangkitan ekonomi Eropa dan Jepang,
tekanan inflasi di Amerika Serikat, ditinggalkannya sistem Bretton Woods pada tahun 1971, dan embargo minyak OPEC 1973-1974.
Adanya perubahan dalam sistem dunia
menarik perhatian para akademisi untuk mengkaji perubahan-perubahan dalam
ekonomi politik internasional, terutama dengan adanya ulasan mengenai saling
ketergantungan ekonomi oleh Richard
Cooper dan pada perusahaan multinasional oleh Raymond Vernon. Tahun 1971 OI juga menerbitkan jurnal tentang
hubungan transnasional yang isinya difokuskan pada upaya perluasan studi
politik dunia dengan melibatkan aktor non-negara dan hubungan transgovernmental dalam SHI.
Hubungan
transnasional semakin penting seiring dengan perkembangan sistem dunia yang
semakin kompleks. Robert O. Keohane
dan Joseph S. Nye adalah pemikir-pemikir
tentang hubungan ketergantungan antar negara yang memfokuskan argumen tentang trade-off antara manfaat ekonomi dan
biaya politik yang saling ketergantungan. Sementara itu Robert Gilpin berpendapat bahwa hubungan transnasional hanya bisa
dipahami dalam konteks hubungan politik antarnegara. Namun, dalam karya-karya Gilpin
selanjutnya sudah tidak lagi mendukung argumentasinya yang awal, Gilpin semakin
menyadari besarnya peran aktor non-negara dan semakin meningkatnya
interdependensi antar negara. Gilpin berupaya menjelaskan tentang peran negara
dan pasar dalam ekonomi politik internsional. Konsep interdependensi semakin
digali dan dicoba diukur. Argumen utama adalah tentang terjadinya globalisasi,
dikatakan bahwa''wewenang pemerintah dari semua negara, besar dan kecil, kuat
dan lemah, telah melemah sebagai akibat dari teknologi dan keuangan perubahan
dan percepatan integrasi ekonomi nasional ke dalam satu ekonomi pasar tunggal
global.''(hal. 657).
IPE: LIBERAL CHALLENGES
TO REALISM (EPI: TANTANGAN LIBERALISME TERHADAP
REALISME)
Perkembangan hubungan
antar negara ke arah yang semakin dinamis dan kompleks memberikan pengaruh pada
tingkat kajian akademik dan teoritik. Berbagai teori yang ada memiliki
argumentasi andalan. Distribusi kekuasaan bagi realisme, kerjasama dan
kepentingan bagi liberalsime, dan kritik terhadap kapitalisme bagi marxis. Perdebatan
pertama yang terjadi adalah perdebatan antara realisme dengan liberalisme.
Asumsi dasar dari realisme adalah: (1) negara adalah aktor-aktor kunci dalam
politik dunia; (2) menyatakan dapat diperlakukan sebagai unit homogen bertindak
atas dasar kepentingan diri sendiri, (3) analisis dapat dilanjutkan atas dasar
asumsi bahwa negara bertindak seolah-olah mereka rasional, dan (4)-anarki
internasional tidak adanya otoritas yang sah dalam sistem internasional berarti
bahwa konflik antara kepentingan diri negara memerlukan bahaya perang dan
kemungkinan pemaksaan (hal. 658). Pemikir
utama realisme adalah Hans J. Morgenthau
yang menghasilkan buku Politics Among
Nations: Struggle for Power serta Kenneth
Waltz yang pemikirannya kemudian dikenal sebagai neorealisme.
Realisme merupakan
teori yang lemah, terutama asumsinya yang menyatakan bahwa pemimpin negara
merupakan aktor pengambil keputusan yang rasional, karena pada kenyataannya
pengambilan keputusan suatu negara pasti melalui berbagai proses dan pengaruh
berbagai kelompok keperntingan dan juga pengaruh dari kondisi masyarakat negara
ataupun birokrasi politik suatu negara. Intinya kebijakan yang dihasilkan suatu
negara merupakan hasil kesepakatan antara berbagai aktor birokrasi yang bisa
saja berlainan kepentingannya.
Kemunculan EPI pada tahun
1970-an menguatkan argumen pluralis yang menyebutkan kemungkinan adanya aktor
lain selain negara termasuk dari masyarakat sipil. Aktor-aktor non-pemerintah
ini bisa saja langsung berhubungan melintasi negara tanpa selalu melalui
kontrol atau pengawasan negara.
Politik birokrasi melihat kompleksitas dalam pembuatan kebijakan suatu negara,
hubungan transnasional mengalami kesulitan besar dalam mengoperasionalisasikan
suatu variable dan politik birokrasi ini bukanlah alternatif yang menarik bagi
perspektif realis.
Domestic Politics and IPE (Politik Domestik dan EPI)
Jarak dan batas antar negara seolah-olah sudah tidak ada
lagi sejak kemunculan EPI. Realisme dan liberalisme sebagai teori memiliki program
penelitian khusus dan terarah: statisme bagi realisme, dan teori pluralisme
serta agregasi kepentinganbagi liberalisme (hal. 664). Analis ekonomi politik
internasional terus menekankan bagaimana variasi dalam politik domestik terkena
dampak kebijakan luar negeri dan untuk mengetahui cara-cara di mana sistem
internasional dapat mempengaruhi struktur politik domestik dan kepentingan maka
akan dibahas melalui marxis, statisme, dan pendekatan struktur politik.
a.
Marxisme
Marxisme
berusaha untuk menjelaskan bahwa Mengacu pada perkembangan kapitalisme global
yang menciptakan kesenjangan ekonomi. Menekan negara-negara berkembang untuk
kepentingan-kepentingan negara kapitalis melalui lembaga-lembaga keuangan internasional.
Interaksi aktor-aktor politik global membuat negara-negara diklasifikasikan
menurut pembagian kerja internasional. Namun, marxisme ini memiliki banyak kekurangan
mulai dari ketidakmampuannya dalam menjawab kebangkitan ekonomi di Asia Timur,
kesulitan dalam menjelaskan tingkat pertumbuhan yang tidak merata di
negara-negara Dunia Ketiga.
b.
Statisme:
Reaksi Terhadap Liberalisme dan Marxisme
Statisme
muncul sebagai hasil dari upaya pencarian kembali tentang otonomi lembaga
negara. Statisme menaruh perhatian yang lebih besar pada lembaga-lembaga
negara, yang berkaitan stabilitas dan kesejahteraan keseluruhan. Negara dapat
dipahami sebagai aktor tanpa mengabaikan masyarakatnya yang juga menentukan
kekuatan dan ketangguhan negara. Kelemahan dari statisme ini adalah
ketidakmampuannya dalam menangkap dan menjelaskan hubungan yang terjadi antara
masyarakat dengan negara.
Domestic Structures and
Their Relation to the International System (Struktur
Domestik dan Hubungannya ke dalam Sistem Internasional)
Terdapat
hubungan yang istimewa antara struktur domestik dan hubungan internasional.
Struktur domestik suatu negara yang saling berlainan tentunya akan memberikan
pengaruh dan hasil yang berlainan pula bagi suatu pencapaian suatu negara.
Sebut saja misalnya tentang terjadinya industrialisasi di Inggris, hal ini
mengalami perbedaan dengan apa yang terjadi Jepang. Komposisi masyarakat yang
saling berlainan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pengambilan
kebijakan suatu negara dan itu dapat terlihat dari misalnya perumusan kebijakan
ekonomi terkait perdagangan dan investasi.
Studi
perbandingan ekonomi politik telah menyebar ke Eropa, Asia, Anglo-Amerika, dan
lain-lain. Pada perkembangan selanjutnya studi perbandingan ekonomi politik
menyebar sampai ke Amerika Latin, negara-negara baru pecahan US, Eropa Timur
dan Tengah, dan bahkan di RRC melalui kapitalisme Leninisme. Robert Putnam
menerapkan konsep dua tingkat permainan sebagai salah satu upaya untuk secara
sistematis mengintegrasikan struktur domestik, peluang dan kendala sistemik,
dan kebijakan ekonomi asing. Suatu negara dapat meningkatkan bargaining position-nya jika pemimpin
negara tersebut dapat membuat negara lain bahwa mereka hanya akan mendapat
keuntungan kecil.
Secara
umum sistem perdagangan dunia internasional yang semakin transparan dan terbuka
akan mempengaruhi berbagai faktor-faktor domestik seperti tentang tenaga kerja,
penanaman modal, dan tentang kepemilikan. Tokoh-tokoh yang berupaya
mengembangkan pendekatan ini adalah Rogowski, Frieden, Helen Milner, dan David
Lake.
Terjadinya
globalisasi meningkatkan arus mobilitas antar negara. Bahkan pada abad ke-19
terjadi gelombang perpindahan tenaga kerja antar negara, yang disebut-sebut
sebagai mobilitas tenaga kerja terbesar. Globalisasi memberikan pemahaman baru
mengenai politik dan kegiatan lintas batas negara. Argumen ini fokus pada
lembaga-lembaga politik domestik, perusahaan, kelompok kepentingan, dan sektor
ekonomi sebagai unit analisis. Studi politik dalam negeri meningkatkan
pemahaman tentang neorealis dan neoliberalis. Selama
perang dingin terjadi ketidakpuasan para teoritikus terhadap teori realis
walaupun pada masa itu realisme dinilai sangat relevan dengan kondisi politik
internasional semasa Perang Dingin.
Terminological
Differences and Research Complementarities (Perbedaan
terminologi dan melengkapi Penelitian)
Rasionalis dan konstruktivis memiliki perbedaan walaupun keduanya
hirau pada apa yang disebut pemahaman atau keyakinan teoritis. Walaupun
keduanya memiliki hirauan yang sama, rasionalis dan konstruktivis memiliki
perbedaan konsep dalam melakukan analisa. Konsep-konsep dalam rasionalis adalah
preferensi,
informasi, strategi, dan pengetahuan umum. Rasionalis tidak menawarkan cara
untuk memahami pengetahuan umum dan argumen. Istilah-istilah utama dalam
konstruktivis adalah identitas, norma, pengetahuan, dan kepentingan.
konstruktivis tidak menyediakan cara untuk menganalisis strategi.
Terminologi:
teori permainan digunakan untuk melakukan analisis rasionalis secara umum. Rasionalitas
memiliki asumsi rasionalitas instrumental yang menjelaskan bagaimana hubungan
antara lingkungan dengan perilaku aktor internasional. Game theory memberikan kesempatan untuk melakukan dan memilih
berbagai strategi dengan berbagai probabilitas. Dalam EPI memiliki asumsi
preferensi lebih banyak kekayaan dan strategi menyimpulkan dari struktur,
terutama posisi kompetitif faktor, sektor, atau perusahaan dalam perekonomian
dunia politik.
Konstruktivis
bersikeras pada keunggulan struktur intersubjektif yang memberi makna dunia
material. Struktur ini memiliki komponen yang berbeda yang membantu dalam
menentukan kepentingan yang memotivasi tindakan: norma-norma, identitas,
pengetahuan, dan budaya. Norma biasanya menggambarkan harapan kolektif dengan
efek''''regulatif pada perilaku yang tepat dari pelaku dengan identitas yang
diberikan.
Epistemis pengetahuan
juga merupakan bagian dari suatu proses sosial dengan mana dunia material
memperoleh makna. Akhirnya, budaya adalah label yang luas yang menunjukkan
model kolektif dari otoritas atau identitas, dibawa oleh adat atau hukum.
Budaya mengacu pada kedua standar evaluatif (seperti norma-norma dan
nilai-nilai) dan standar kognitif (seperti aturan dan model) yang
mendefinisikan aktor sosial yang ada dalam suatu sistem, bagaimana mereka
beroperasi, dan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain( hal. 680)
Pengetahuan
umum: Rasionalisme dan konstruktivisme merupakan orientasi teoritis generik yang saling
melengkapi pada beberapa poin penting. Game-teori
dari rasionalis biasanya menganggap keberadaan pelaku, yang telah ada
sebelumnya preferensi dan berbagi pengetahuan dari permainan yang memungkinkan
mereka untuk terlibat dalam perundingan strategis. Penelitian konstruktivis
berfokus pada sumber aktor 'identitas-dalam permainan-teori istilah,
preferensi-dan mereka interpretasi mereka dari konteks tindakan mereka:
pengetahuan umum. Oleh karena itu rasionalisme dan konstruktivisme memiliki
hirauan yang sama dalam keyakinan atau
pengetahuan. Teori permainan memberikan kosa kata dan gambar visual yang
menyoroti tidak hanya di mana argumen rasionalis dan konstruktivis berpisah
tetapi juga di mana mereka bisa eksis bersama-sama.
Perbedaan dan kesalingmelengkapi
antara rasionalisme dan konstruktivisme diilustrasikan oleh perlakuan persuasi.
Rasionalis menafsirkan persuasi dalam bahasa insentif, tawar-menawar strategis,
dan informasi. Mereka menganalisis penyediaan informasi baru, kadang-kadang
melalui istilah yang rumit dan menarik bagi khalayak. Konstruktivis sebaliknya
menekankan pentingnya proses sosial yang menghasilkan perubahan dalam keyakinan
normatif, seperti yang diingingkan oleh gerakan antiperbudakan abad kesembilan
belas, kampanye kontemporer untuk hak-hak perempuan sebagai hak asasi manusia,
atau propaganda nasionalis. Bagi konstruktivis persuasi melibatkan perubahan
preferensi dengan merujuk pada identitas, kewajiban moral, dan norma-norma
dipahami sebagai standar perilaku yang sesuai.
Jumlah
Kata: 2807
PS: This resume, that i can remember is translate, resuming, and also editing in a team work. So, this is not my only work, but also my friends in here. Glad i was working with person like u guys! :). I though it would be worst when i work with somebody else
Tidak ada komentar:
Posting Komentar