Jumat, 28 Februari 2014

Spoil Parenting Could be Dangerous & Sending Your Kids to Mental illness a.k.a CRAZY!

The fact that most people aren't aware of is that spoiling a child is as dangerous as neglecting his needs and both actions have severe psychological effects on the development of his personality .


Fakta yang kebanyakan orang tidak menyadari adalah bahwa: memanjakan anak adalah sama berbahayanya dengan mengabaikan kebutuhan anak, dan tindakan lain yang memiliki efek psikologis parah bagi perkembangan kepribadian anak.

Kebanyakan orangtua memanjakan anak-anak mereka sebagai cara untuk mendukung dan mencegah anak-anak mereka mengelami penderitaan yang pernah mereka derita di masa mereka masih kecil dan semasa hidupnya.
Dan kebanyakan orangtua yang lain, memiliki alasan, bahwa memanjakan anak adalah pilihan mereka untuk menebus rasa bersalah mereka, karena tidak dapat meluangkan waktu secara penuh kepada anak-anak mereka, karena bekerja.
Kebanyakan orangtua kemudian menjadi bersikap terlalu lunak, karena tidak ingin menyakiti perasaan anak mereka, atau mendengar anak mereka menangis. 
Namun apa yang tidak orangtua kebanyakan ketahui ialah, tindakan tersebut hanya bersifat jangka pendek, kenyataannya mereka justru merusak anak-anak mereka, dan meruntuhkan kepribadiannya.





What happens when a parent spoils their children?

ketika anak merasa dan menyadari bahwa "semua" tuntutannya akan terpenuhi, jika mereka menangis, berteriak, dan bermanipulasi menyatakan bahwa diri mereka terluka. Maka pada saat itu pula dapat dilihat bahwa ia tidak akan pernah mampu untuk mengembangkan keterampilan hidup yang diperlukannya baik saat ini maupun dikemudian hari. Ini membawa pola pikir: "Jika saya bisa mendapatkan semua yang saya inginkan dengan hanya menangis, merengek, berteriak, mengatakan terluka, jadi mengapa saya harus repot-repot untuk belajar tentang kehidupan?"

Sebagai hasil dari pola asuh ini, orangtua justru menyeret anak mereka menderita penyakit kejiwaan, penyakit mental, penyakit psikologis sedikit demi sedikit. Mereka menjadi semakin tidak mampu untuk menghadapi masalah hidup mereka sendiri, dan akan selaluuu kembali ke orangtua mereka ketika mereka merasa terjebak.
Anak manja tidak mampu bergantung kepada dirinya sendiri. Dan oleh sebab itu ia cenderung akan mencari pasangan (pacar), mudah terjerumus kedalam hal tersebut, dengan motif sedang mencari kasih sayang. Pola asuh ini menyebabkan anak menjadi rendah diri (kehilangan kepercayaan diri).

Sebagai orangtua, tidak masalah apabila berkeinginan untuk memberikan kasih sayang dan membuat anak-anak mereka bahagia. Namun akan berbahaya jadinya apabila diberikan secara berlebihan, dan tidak pada waktu atau usia yang tepat, baik secara sosial, mental, psikologis, maupun perkembangannya yang lain.

Anak-anak manja tidak memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Mereka tidak memiliki keterampilan hidup yang diperlukan untuk dapat berhasil sebagaimana tuntutan waktu bahwa ia akan menjadi orang dewasa.

1. Dependency (Bergantung)

Anak-anak manja dapat menjadi terlalu bergantung kepada orangtua mereka, yang dapat menyebabkan mereka mengalami kesulitan membuat diri mereka bahagia. Sebagaimana disebutkan dalam hasil studi penelitian Connie Dawson dan David J Bredehoft membuktikan bahwa anak-anak yang tumbuh tidak dimanja cenderung lebih percaya diri dan lebih bahagia dibandingkan dengan anak-anak yang dimanja. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa anak manja tidak mengetahui batasan dari pencapaian kebahagiaan itu sendiri, dan tidak tahu, serta tidak mampu untuk mendapatkannya. Anak manja yang terlalu bergantung kepada orangtuanya tidak belajar untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, dan sebaliknya bergantung kepada orang disekitarnya untuk membuatnya bahagia.
Menurut Aha Parenting, ketidak bahagiaan ini disebabkan bahwa persepsi kebahagiaan anak manja adalah kecenderungannya untuk mengejar hal-hal yang menurutnya akan membuatnya bahagia, namun tidak pernah menemukan kepuasan pada akhirnya. Hal ini berbeda dengan anak yang diasuh oleh orangtua yang bijak, yang telah memiliki keterampilan hidup yang penting untuk menjadi dewasa, mampu bekerja menuju tujuan, dan yang penting untuk kebahagiaan.


2. Irresponsibility (Tidak Bertanggung Jawab)



Baton Roughe dalam Parent Magazine menjelaskan bahwa anak manja cenderung tidak memiliki sikap bertanggung jawab, karena tentunya mereka tidak diajarkan bagaimana bertanggung jawab oleh orangtua mereka. Anak manja tidak dapat memahami konsep batas-batas sebagai orang dewasa. Mereka juga cenderung tidak dapat mengembangkan masalah, tidak kreatif, malas, tidak dapat memecahkan masalah, dan kurang matang secara emosional.
Menurut American Counseling Association, memanjakan anak anda dapat menyebabkan ketidak matangan emosional, dan kemampuan memecahkan masalah yang buruk. Anak manja cenderung memiliki sangaaat sedikit batasan pada perilakunya, dan menyebabkan ia tidak dapat bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat, dan kemudian suka menyalahkan oranglain atas kesalahan yang ia lakukan.

3. Disrespect and Defiance (Tidak Hormat dan Suka Membantah)

Tidak hormat dan suka membantah adalah satu dari banyak dampak perilaku (behaviour) yang lain akibat dimanjakan secara berlebihan. Mereka cenderung MERENGEK, MENGEMIS, MENGABAIKAN, MEMANIPULASI untuk mendapatkan jalan mereka,   Seringkali, akibat terlalu dimanjakan, mereka tidak dapat menemukan cara atau jalan lain untuk mendapatkan keinginan mereka, selain melalui dan menunjukkan perilaku negatif mereka. Pemberontakan, menjerit-jerit dapat menjadi respon alami (respon yang sering kali dipergunakan) pada anak-anak tersebut.



4. Poor Relationship Skills (Keterampilan Berteman yang Rendah)

Mereka cenderung sendiri atau penyendiri, karena tidak mampu dan tidak tahu bagaimana memulai suatu pertemanan. Terutama apabila tanpa sokongan orangtua mereka, seperti benda, atau alat-alat tertentu. Mereka dapat bergantung kepada kendaraan, seperti mobil, agar dapat berteman, dan dapat menangis menjerit-jerit apabila kehilangan fasilitas tersebut. Hanya sedikit orang-orang yang mampu tetap bertahan dengan anak-anak tipe seperti ini, terutama mentoleransi sikapnya yang suka mengamuk.

Satu hal yang anak pelajari akibat pola asuh over-dimanjakan ialah ia belajar untuk memanipulasi sejak awal kehidupannya.  Kecenderungan merengek, mengemis untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, mengabaikan figur lain untuk mendapatkan jalannya, seperti teman-temannya, atau orang lainnya. Ia tidak mengenal bagaimana mengekspresikan dirinya secara positif. Mereka tidak mampu dan tidak mau mempertimbangkan kebutuhan orang lain.   

How much is too much to give your children? Consider this: For everything you give your child, you are taking something away. This applies to buying your teenager a new car, giving them the down payment on a home, or leaving them $100,000 when you die. The typical parent, at all income levels, imbibes the fiction that it is their responsibility to take away the struggle in their children's lives. Most parents dream their children will have better lives than they do. In recent generations "a better life" has become defined as financial stability. But often in assisting them, a parent dulls the character, integrity, work ethic, and socialization skills their children need to become responsible adults.

Berapa banyak yang Anda berikan kepada anak anda? Apakah terlalu banyak?. Pertimbangkan ini: Bahwa atas SEGALA SESUATU yang anda berikan kepada anak anda, anda telah membawa hal yang lebih jauh dari apa yang telah anda berikan kepada anak anda tersebut. Seperti berapa uang yang anda keluarkan untuk membelikannya mobil baru, rumah baru, atau hal-hal lainnya. Maka pada saat yang sama, seharusnya anda juga membebani mereka tanggung jawab yang serupa dengan harga tersebut, serta perjuangan apakah ia pantas atau tidak mendapatkan benda tersebut. 




Selain itu anak-anak manja berdasarkan riset rentan terhadap GANGGUAN JIWA.  Pola asuh ini jelas membuktikan salah dan sangat memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan anak. Dr. Tuti Herwini, Sp.K.J mengungkapkan hasil penelitiannya tentang "ANAK ISTIMEWA" dalam Disertasinya di Universitas Airlangga, yang memfokuskan penelitiannya terhadap seorang anak perempuan. Sejak 1988, Dr. Tuti Herwini menjadi psikiater jenis anak-anak manja. Untuk menemukan jawaban apakah anak yang terlalu dimanjakan akan menjadikan mereka menderita gangguan jiwa, dibuktikan dengan meneliti 110 pasien yang seluruhnya merupakan anak yang over dimanjakan. Dan berdasarkan risetnya, terdapat 55 pasen menderita skizofrenia atau GILA secara keseluruhan. Berdasarkan disertasinya, Dr. Tuti Herwini membagi kategori anak yang ditelitinya menjadi 4 pola, yang dapat mengarah kepada kegilaan, yakni:
    1. Pola Asuh Berlebihan (over-indulgence): yakni misalnya sudah besar, tapi masih di suapi, atau dikeloni orang tuanya. sudah kuliah, tapi ketika tidur masih dikeloni orang tuanya, sudah kuliah tapi menyelesaikan segala masalah memanggil orangtuanya, sudah kuliah bertengkar sedikit dengan orang lain minta dibela orangtuanya dan sebagainya. 
    2. Pola Asuh Overprotective              : yakni pola asuh yang terlalu melindungi. anak selalu dilarang. karena takut membahayakan dirinya. kemana-mana diantar.
    3. Pola Asuh Penolakan (Rejection) : Biasanya ini terjadi kepada anak-anak yang berasal dari pernikahan atau kehamilan yang tidak diinginkan
    4. Pola Perfeksionis                               : Menuntut anaknya untuk sempurna

    Namun dalam disertasinya, anak yang diasuh secara berlebihan berpeluang lebih besar mengidap penyakit kepribadian, dan gila (skizofrenia), dan cenderung memiliki sifat-sifat negatif, seperti:

    1. Berbohong
    2. Bermuka dua : Misalnya berpura-pura manis ketika teman datang meminjam majalahnya. Namun begitu teman pergi atau berbalik badan. Ia langsung nge-dumel "minjam melulu, beli sendiri kenapa?". Anak belajar bersikap munafik, pura-pura baik supaya dianggap baik.
    3. Tidak sportif : Ini akibat Ibu yang selalu membela anaknya. Misalnya dalam suatu lomba, anaknya kalah, si Ibu langsung berkata "Duh sayang, kok kamu bisa kalah ya? padahal kamu tadi oke banget loh! jurinya pasti salah pilih". akibatnya anak menjadi belajar menyalahkan orang lain, tidak mampu menghibur dirinya sendiri, dan tidak belajar bercermin apa yang membuatnya kalah dari orang lain.
    4. Melanggar Peraturan
    5. Menghindari Kesalahan
    6. Menyalahkan Orang lain

     Untuk itu, Dr. Tuti Herwini, Sp.K.J menjabarkan beberapa jalan keluar untuk mencegah hal-hal ini terjadi pada anak, yakni:

    1. Bijak dalam melakukan tindakan atau memberikan sesuatu kepada anak anda. Pikirkan terlebih dahulu, apakah dampak negatif nya jika ini saya berikan kepada anak saya? rundingkan pula dengan suami/ istri anda.
    2. Mengatur prioritas. Apa yang dibutuhkan anak anda sesuai usianya. Jangan terlalu berlebihan.
    3. Sesuaikan asuhan anda pada usia anak anda. Sadari perkembangan anak anda. Anak anda terus tumbuh. Oleh sebab itu USIANYA MENENTUKAN PERILAKUNYA.
    4. Buat aturan. Anda harus tetapkan aturan. dan ini tidak saja berlaku untuk setiap anak anda, namun juga pada diri anda. jangan lemah dalam aturan yang anda buat tersebut untuk anak anda, dan benar-benar menjalankannya. Jika anak anda harus dihukum, maka ia harus dihukum.
    5.  Konsisten. 
    6. Tidak memanjakan, bukan berarti tidak mencintai. Anak memang membutuhkan cinta, tetapi tidak harus dimanjakan. Justru apabila anda memanjakannya, anda tidak mencintai anak anda.



    BEBERAPA GANGGUAN KEJIWAAN YANG RENTAN MENJANGKIT ANAK-ANAK OVER-DIMANJAKAN terbagi atas beberapa Cluster, yakni

    Cluster A  ANEH & EKSENTRIK
    - Gila ketakutan
    - Selalu curiga (merasa orang lain jahat kepada dirinya, meskipun sudah ada bukti nyata yang menunjukkan bahwa hal tersebut tidak benar)
    - Merasa minder
    - Cenderung menyimpan dendam (Skizofrenia)
    - Emosional (berlebihan atau tidak ada sama sekali)
    - Melihat atau mendengar hal-hal aneh di dalam pikirannya

    Cluster B DRAMA, EMOSIONAL BERLEBIHAN DAN TIDAK MENENTU
    - Anti sosial (tidak suka bergaul)
    - Tidak perduli dengan banyak perasaan orang lain
    - Mudah frustasi
    - Cenderung agresif
    - Keinginan berbuat jahat kepada orang lain
    - Merasa sulit berhubungan dekat dengan orang lain
    - Melakukan hal-hal untuk mengganggu orang lain, tanpa berpikir tentang orang tersebut
    - Tidak merasa bersalah atau apa yang ia lakukan
    - Tidak belajar dari pengalaman
    - Emosional tidak stabil (borderline)
    - Impulsif (kesulitan mengontrol emosi)
    - Sering merasa buruk tentang diri sendiri
    - Sering menyakiti diri, seperti: upaya bunuh diri, mencoba memotorong urat nadi sendiri, dsb.
    - Merasa "kosong"
    - Sering merasa paranoid, atau Depresi
    - Sering stress, dan mungkin mendengar suara-suara dalam dirinya
    - Munafik 
    - Mendramatisir peristiwa secara over (berlebihan)
    - Egosentris
    - Memiliki emosi yang kuat dan berubah dengan cepat (tidak berlangsung lama)
    - Mementingkan diri sendiri
    - Menghayal untuk sukses, namun tidak bercermin kepada kekuatan, atau intelektual diri sendiri
    - Selalu mendambakan perhatian orang lain

    Cluster C "CEMAS & TAKUT"
    - perfeksionis - selalu memeriksa hal-hal yang anda lakukan
    - sangat hati-hati, sibuk, dan rinci,
    - terlalu khawatir melakukan hal yang salah
    - merasa sulit beradaptasi dengan situasi baru
    - merasa memiliki standar moral yang tinggi, kemudian menghakimi orang lain
    - sensitif terhadap kritik
    - Suka berprasangka buruk
    - Cemas (avoidant)
    - Khwatir terlalu banyak
    - Suka mengandalkan orang lain untuk membuat keputusan untuk dirinya
    - Melakukan apa yang orang lain ingin anda lakukan
    - Merasa kesulitan menghadapi tugas sehari-hai
    - Merasa putus asa dan tidak kompeten
    - Merasa tidak cocok dengan semua hal

    APA INI ADALAH SEBUAH PENYAKIT???
    Gangguan kepribadian tidak seperti gangguan dalam hal penyakit fisik, atau otak, namun secara psikologis, dan oleh sebab itu pendidikan dan lingkungan memainkan peran sangat besar dalam hal ini. Dan gangguan/ penyakit kepribadian ini memang tidak dapat diuur melalui tes darah atau tes kimia. Dan dalam pengobatan/ perawatannya, dapat memanfaatkan bantuan psikiatris, yang memiliki teknik-teknik pengobatan psikologis seperti fokus  terapi, terapi dinamis, mentalis, dan sebagainya. Dan diberikan obat-obat seperti antispsikotik (mengurangi kecurigaan, paranoid), serotonin antidepresesan (SSRI), stabilitator mood, lithium, carbamazepine, valproate natrium, dan sebagainya yang dapat mengurangi agresi seseorang, dan depresi. Biasanya rumahsakit jiwa adalah jalan terakhir. Lebih banyak diperlukan dukungan dari orang-orang sekitar dalam bentuk tidak memperparahnya, namun mendukung pengobatan nya, untuk belajar menjadi pribadi yang seharusnya.

    PS:
    I share this because some how, i've been long concerned about some children behavior around, that showing too much reaction in their social life. some people close to me, and relate to me is also affect my concern. What they were doing is pull my interest to search the article that can answer my question. So... i collect all information relate to this... the information i got is not from random or carelessly article, but from official website you can trust, the organization of child world, summary of the dissertation, thesis, etc.

    Looking by their action and reaction, like screaming everytime, crying to get everything they want, or dropping other people, blaming other person for their fault, dramaticaly to their life, making me grateful for what parent that i have. I am grateful that my parent actually saved me from this CRAZY ill, my parents really taught me to live independently, and thankful for everything is true that their do to educate me. and well, i achieve my happiness now, when i am adult. I even considered more mature then any children around me at the same age.

    and so...
    this is real! most of people in your life is just have wrong parenting like this. the fact is the longer time, is more and more parent will do this!. Maybe, you too! you will send ur kids too in to Asylum (Rumah Sakit Jiwa) without ur known it. Except! you quickly realize this is totally wrong and totally dangerous!
    and you should meet the one, for make it sure. Like ME :)
    BYE.
    HAVE A NICE DAY <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...