Mata kuliah ASAS MANAJEMEN
Tugas:
Memberikan resume dari sebuah buku pengantas teori Asas Manajemen, kemudian berikan kritik dan saran atas buku tersebut!
Tugas:
Memberikan resume dari sebuah buku pengantas teori Asas Manajemen, kemudian berikan kritik dan saran atas buku tersebut!
SEMESTER IV


ASAS MANAJEMEN
Ringkasan tulisan ini berdasarkan Buku : Harold
Koontz/ Cyril O’Donnell/Heinz Weihrich yang dipublikasikan hingga delapan kali cetakan pada tahun 1996
MANAJEMEN SEBAGAI ILMU ATAU SENI
Manajemen seperti halnya semua seni lainnya,
misalnya ; kedokteran, komposisi music, rekayasa, sepak bola atau akutansi yang
menggunakan dasar-dasar pengentahuan yang teorganisasi. Seni adalah suatu usaha
yang manusiawi yang paling kreatif. Didalam manajemen terdapat hal-hal yang
memerlukan kreatifitas, seperti pentingnya kerjasama kelompok (team works) yang efektif dan efisien
untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Sementara Manajemen sebagai ilmu, yakni manajemen
yang menerapkan dan mempertimbangkan realitas yang ada untuk mencapai hasil
praktis yang diinginkan. Dengan demikian, sebuah praktek manajemen harus
dirancang suatu cara pemecahannya yang ampuh, sehingga dapat mencapai hasil
yang diinginkan.
Sejak Perang Dunia II, semakin disadari bahwa
terjadinya kegagalan bisnis selama berabad-abad disebabkan oleh manajemen yang
tidak bermutu dan tidak berpengalaman. Oleh sebab itu, mutu manajemen amat
dibutuhkan dalam kehidupan modern, dan akhirnya menghasilkan analisis dan studi
yang makin meluas terhadap proses penelitian manajemen, lingkungannya, dan
teknik-tekniknya.
Pentingnya manajemen sebagai ilmu juga paling jelas
terlihat dalam kasus dibanyak negara yang belum berkembang atau yang sedang
berkembang. Peninjauan oleh ahli-ahli pengembangan perekonomian mengenai
masalah ini pada tahun-tahun terakhir telah memperlihatkan bahwa perlengkapan
modal atau teknologi tidak menjamin pembangunan. Dan factor penghambat pada
hampir semua kasus adalah kurangnya mutu dan semangat pihak manajer.
Seni yang paling produktif selalu didasarkan pada
pemahaman akan ilmu yang mendasarinya. Oleh sebab itu, seni dan ilmu bukanlah
sesuatu yang bertentangan, tetapi justru saling melengkapi.
EVOLUSI PEMIKIRAN MANAJEMEN
Walaupun teori dan ilmu manajemen itu tidak eksak
dan relative masih muda, namun perkembangan pemikiran mengenai manajemen,
sebenarnya sudah ada sejak manusia
berusaha mencapai tujuan dengan bekerjasama dalam kelompok.
Hal tersebut terbukti dari banyaknya catatan dan ide
yang berhubungan dengan manajemen yang sudah ada sejak zaman kuno. Diantaranya
adalah catatan dari orang-orang Mesir, Yunani,
pengalaman dan praktek administrative dari Gereja Katolik, organisasi
militer, dan para kameralis dari abad keenambelas sampai abad kedelapan belas.
a.
Manajemen
pada Zaman Kuno
Interpratasi terhadap tulisan peninggalan Mesir yang
sudah ada sejak tahun 1300 sebelum Masehi menunjukkan pengakuan betapa
pentingnya organisasi dan administrasi dalam negara-negara demokrasi di zaman
kuno.
Catatan-catatan yang serupa juga terdapat di China
purba. Perumpamaan-perumpamaan dari Confucius memuat saran-saran praktis untuk
administrasi negara yang baik, dan nasihat untuk memilih pejabat pemerintah
yang jujur, tidak memikirkan diri sendiri dan mampu bekerja.
Meskipun catatan peninggalan Yunani tidak member
banyak pengertian tentang prinsip-prinsip manajemen yang digunakan, namun
dengan adanya persemakmuran di Athena, yang disertai dengan dewa-dewanya,
pengadilan rakyat, pejabat adminsitrasi,
dan dewan jenderal, kita bisa melihat adanya penghargaan kepaada fungsi
manajerial. Definisi Socrates tentang manajemen sebagai keterampilan yang
terpisah dari pengetahuan dan pengalaman teknis sangat cocok dengan pengertian
saat ini mengenai fungsi-fungsi tersebut.
Catatan mengenai manajemen dari Romawi purba dengan
sangat jelas menjelaskan mengenai kompleksnya pekerjaan adminsitrasi yang
menghasilkan perkembangan luar biasa dalam bidang teknik manajerialnya. Adanya
para hakim Roma, dengan pembidangan menurut otoritas dan menurut tingkat
kepentingannya sesuai dengan fungsinya menunjukkan adanya suatu hubungan scalar
yang merupakan sifat khas dari suatu organisasi. Oleh sebab itu banyak orang
berpendapat bahwa kejeniusasn yang sungguh hebat dari masyarakat Roma terletak
kepada keberhasilan Kekaisaran Roma dan kemampuan orang-orangnya untuk
berorganisasi. Dengan memakai prinsip scalar dan pendelegasian otoritas, kota
Roma telah diperluas menjadi suatu kekaisaran dengan efisiensi organisasi yang
belum pernah terjadi sebelumnya.
b.
Gereja
Roma Katolik
Jika dinilai berdasarkan usia, maka organisasi
formal yang paling efektif dalam sejarah peradaban Barat adalah organisasi
Gereja Roma Katolik. Usia organisasinya yang panjang itu tidak hanya disebabkan
oleh daya tarik tujuannya, tetapi juga
karena keefektifan teknik organisasi dan manajemennya. Contoh yang mencolok
dari teknik-teknik tersebut adalah perkembangan hirarki otoritas dengan scalar
organisasi teritorialnya, spesialisasi aktivitas sesuai dengan garis-garis
fungsional, dan pemakaian cara organisasi dengan adanya staf secara cermat sejak
awal.
c.
Organisi
Kemiliteran
Seperti dapat diperkirakan, sejumlah prinsip dan
praktek yang lebih penting dalam bidang manajemen perusahaan modern dapat
ditemukan dalam organisasi-organisasi militer. Kecuali Gereja, tidak ada bentuk
organisasi lainnya dalam sejarah peradaban Barat yang dipaksakan, oleh
masalah-masalah dalam pemanajemenan kelompok besar, untuk mengembangkan
prinsip-prinsip organisasi. Meskipun organisasi-organisasi militer tetap agak
sederhana sampai belakangan ini, karena sebagain besar dibatasi oleh perbaikan
dalam bidang hubungan otoritas, namun setelah berabad-abad, mereka semakin
meningkatkan teknik-teknik kepemimpinan mereka. Angkatan perang terdahulu,
meskipin ada yang terdiri dari prajurit sewaan, seringkali mempunyai moral yang
cukup baik dan hubungan yang saling mengisi antara tujuan perorangan dan
kelompok.
Sejarah penuh dengan contoh tentang
pemimpin-pemimpin militer yang menyampaikan rencana dan tujuan mereka kepada
prajurit-prajurit mereka, dan dengan berbuat begitu mereka mengembangkan apa
yang disebut sebagai suatu “kesatuan doktrin” didalam organisasi. Bahkan
seorang komandan yang bersifat otokratis seperti Napoleon, menambah kuasanya
untuk memimpin dengan member keterangan cermat mengenai maksud
perintah-perintahnya.
Tetapi kemudian, organisasi-organisasi militer telah
menerapkan prinsip-prinsip manajemen lain. Yang paling penting dari
prinsip-prinsip itu antara lain adalah prinsip staf, meskipun istilah “Staf
umum” telah digunakan dalam tentara Prancis pada tahun 1790, dan meskipun
fungsi-fungsi staf tertetu telah member cirri kepada organisasi-organnisasi
militer selama berabad-abad, namun konsep modern dari staf umum dapat ditemukan
pada tentara Rusia dalam abad kesembilan belas. Kelompok itu, yang diorganisasi dibawah seorang kepala
staf, member nasihat dan informasi yang
terinci dan menyediakan jasa-jasa penolong yang menjadi cirri-ciri pokok
kemiliteran maupun segala macam usaha lainnya.
d.
Para
Kameralis
Para kameralis adalah sekelompok cendekiawan dan
administrator negara berkebangsaan Jerman dan Austria. Mereka semua menganut ajaran yang percaya
bahwa untuk mempertinggi kedudukan suatu negara, orang perlu meningkatkan
kekayaan materi semaksimal mungkin. Para kameralis menekankan administrasi
sistemastis sebagai suatu sumber kekuatan, dan mereka merupakan kelompok yang
paling dini melakukannya.
Para kameralis juga percaya dalam universalitas
teknik manajemen, dengan manajemen, dengan mencatat bahwa mutu yang sama, yang
meningkatkan kekayaan seseorang, diperlukan dalam administrasi yang baik dari
negara serta departemen-departemennya. Dalam mengmbangkan prinsip-prinsip
manajemen, mereka member tekanan pada spesialisasi fungsi, ketelilitian dalam
seleksi dan pelatihan para bawahan untuk posisi administrative, penetapan
jabatan pengawas dalam pemerintahan, pelaksanaan proses hukjum, dan
penyederhanaan prosedur-prosedur administrative.
BERBAGAI PENDEKATAN TERHADAP MANAJEMEN
a.
Pendekatan
Empiris atau Pendekatan Kasus
Pendekatan empiris atau pendekatan kasus,
menganalisis manajemen dengan menelaah pengalaman melalui berbagai kasus.
Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa melalui studi tetang
keberhasilan dan kesalahan para manajer dalam setiap kasus dan upaya mereka
menanggulangi berbagai masalah khusus. Didalam pendekatan empiris atau
pendekatan kasus ini, dapat diketahui cara mengelola yang efektif dalam situasi
yang serupa.
b.
Pendekatan
Perilaku Antarpribadi
Pendekatan perilaku antar peribadi (interpersonal behavior approach)
didasarkan pada gagasan bahwa manajemen merupakan upaya mencapai hasil melalui
orang lain, dan karenanya, studi pendekatan ini perlu dipusatkan melalui
oranglain, dan karenannya, studi pendekatan ini dipusatkan pada hubungan antar
pribadi atau memusatkan perhatian pada aspek manusia dari manajemen dan pada
keyakinan bahwa apabila orang-orang bekerja sama untuk mencapai sasaran.
Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa pengelolaan
melibatkan prilaku manusia atau memperdebatkan bahwa telaah tentang interaksi
manusia, merupakan hal yang bermanfaat. Namun didalam prinsip manajemen,
pendekatan perilaku antarpribadi tidak juga mencakup semua aspek dalam
manajemen, karena itu bukanlah suatu jaminan untuk mengelola secara efektif.
Namun pendekatan ini sangat berguna, terutama dalam bidang kepemimpinan.
c.
Pendekatan
Perilaku Kelompok
Pendekatan perilaku kelompok (Group behavior approach) erat kaitannya dengan pendekatan perilaku
antar pribadi dan seringkali disamakan. Pendekatan in terutama labih menekankan
perhatian pada perilaku orang-orang dalam kelompok ketimbang pada perilaku
masing-masing saja.
Pendekatan perilaku kelompok sangat beraneka ragam,
mulai dari studi kelompok kecil dengan pola budaya dan perilakunya sampai
dengan studi tentang komposisi perilaku kelompok besar. Pendekatan ini sering
juga disebut sebagai “pendekatan organisasi”.
d.
Pendekatan
Sistem Sosial yang Kooperatif
Pendekatan perilaku antar pribadi dan kelompok telah
mendorong dan mempertajam fokus studi tentang hubungan manusia sebagai system
sosial yang koorporatif (cooperative
social systems). Perubahan system sosial yang kooperatif merupakan
pendekatan yang menyempurnakan pendekatan perilaku kelompok dengan lebih
menekankan pada kerjasama yang terorganisasi secara baik.
e.
Pendekatan
Sistem Sosioteknis
Salah satu aliran manajemen yang lebih baru diacu
sebagai pendekatan, adalah pendekatan system sosioteknis (sociotechnical system approach). Yang umumnya dipandang sebagai
kontribusi E.L Trist dan rekan-rekannya, dalam berbagai studi yang mereka
lakukan terhadap masalah produksi dipertambangan batubara, mereka menemukan
bahwa studi-studi sebelumnya masih belum cukup, karena sebenarnya, juga
diperlukan telaah terhadap masalah-masalah sosial.
Dalam menangani masalah produktifitas, misalnya,
mereka menemukan bahwa system teknik (mesin dan metode) memiliki dampak yang
kuat atas system sosial. Dengan kata lain, sikap pribadi dan perilaku kelompok
dipengaruhi oleh system teknik ditempat
kerja. Oleh sebab itu, E.L Trist dan rekan-rekannya memandang bahwa system
sosial dan system teknik harus diserasikan, dan apabila terdapat
ketidakcocokan, maka seyogyanya diperlukan perubahan, yang biasanya dilakukan
dalam system teknik. Dan terbukti,
meskipun pemikiran pendekatan ini masih baru, namun memberikan sumbangan cukup
besar bagi perkembangan manajemen. Analisis dan koordinasi yang dilakukan
secara sistematis terhadap system sosial dan teknik dalap menghasilkan
mashlahat (benefit) manajerial yang besar.
f.
Pendekatan Teori Keputusan
Pendekatan teori keputusan (decision theory approach) terhadap manajemen didasarkan pada
keyakinan bahwa, karena para manajer mengambil keputusan, maka diperlukan
perhatian pada pengambilan keputusan tersebut. Pendekatan ini membangun teori
tentang pengambilan keputusan, pemilihan arah tindakan dari berbagai
alternative yang mungkin, analisis proses keputusan, dan sebagainya.
g.
Pendekatan
Sistem
Sebuah system pada hakikatnya adalah seperangkat
atau sekumpulan hal yang saling berkaitan atau saling tergantung, sehingga
membentuk suatu kesatuan yang kompleks. Didalam ilmu manajemen, jika manajer
merencanakan, mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali memperhitungkan
variabel-variabel eksternal seperti pasar, teknologi, kekuatan sosial, hukum,
dan peraturan-peraturan. Apabila seorang manajer merancang sebuah sistem
organisasi guna menyediakan suatu lingkungan bagi prestasi, mereka pasti
dipengaruhi oleh pola-pola perilaku yang dibawa orang keperkerjaan mereka dari lingkungan eksternal
suatu perusahaan. System juga memainkan peranan yang penting dalam bidang pengelolaan
itu sendiri, yaitu system perencanaan, system pengorganisasian, dan system
pengendalian.
h.
Pendekatan
Matematis atau “Ilmu Manajemen”
Beberapa teoretisi memandang pengelolaan /
pemanajemenan sebagai latihan dalam proses, konsep, symbol, dan model matematis.
Mereka percaya bahwa apabila pengelolaan, pengorganisasian, perencanaan, atau
pengambilan keputusan merupakan proses logis, hal itu dapat diungkapkan dalam
symbol dan hubungan matematis. Dan fokus dalam pendekatan matematis ini ada lah
model matematis. Dengan kata lain, apabila hendak mencapai tujuan tertentu,
model ini merupakan saran yang tepat untuk dilakukan.
i.
Pendekatan Kontijensi atau Situasional
Pada dasarnya, pendekatan situasional (contingency or situational approach) ini
menekankan fakta bahwa hal-hal yang dilakukan para manajer dalam praktek
bergantung pada keadaan tertentu / suatu kontijensi atau situasi. Menurut
beberapa sarjana, teori kontijensi tidak hanya memperhitungkan situasi
tertentu, tetapi juga pengaruh pemecahan tertentu pada pola perilaku suatu
perusahaan. Sebagai contoh; suatu organisasi yang distruktur sesuai dengan
fungsi operasional, seperti keuangang, perekayasaan, produksi dan pemasaran,
mungkin paling cocok bagi situasi tertentu, tetapi para manajer yang menerapkan
pendekatan ini perlu mempertimbangkan bahwa hal itu mungkin akan mendorong
perkembangan pola loyalitas kelompok pada fungsi ketimbang pada perusahaan.
j.
Pendekatan Peran Manajerial
Pendekatan peran manajerial merupakan pendekatan
yang termasuk baru dan memikat perhatian para akademisi dan para praktisi.
Pendekatan ini, pada pokoknya adalah untuk mengamati apa yang dilakukan oleh
para manajer dan dari pengamatan tersebut, kemudian ditarik kesimpulan mengenai
arti atau peran manajerial tersebut. Didalam pendekatan peran manajerial, lebih
disoroti secara tajam mengenai peran dari manajerial tersebut, seoerti
kesimpulan bahwa sebenarnya para manajer mengisi suatu seri dari sepuluh peran,
yakni ; peran antar pribadi (mencakup; peran sosial dan seremonial, peran pemimpin,
dan peran penghubung), peran informasional (mencakup; peran penerima informasi,
peran penyebar informasi, dan peran juru bicara yang menyiarkan informasi), dan
peran sehubungan dengan keputusan (mencakup ; peran kewiraswastaan, menangani
gangguan, alokasi sumber, dan peran negosiasi).
k.
Pendekatan
Operasional
Pendekatan operasional (operasional approach) merupakan teori dan ilmu manajemen yang
berusaha mengumpulkan pengetahuan yang berkaitan dalam bidang manajemen sambil
menghubungkannya dengan pekerjaan manajerial (apa yang dilakukan oleh seorang
manajer). Dengan kata lain, ilmu ini seperti ilmu-ilmu operasional lainnya,
yakni mencoba memadukan konsep-konsep, prinsip,
teori, dan teknik-teknik yang menyokong tugas-tugas manajemen.
Pendekatan operasional mengakui keberadaan inti
sentral dalam pengetahuan pemanajemenan, seperti ; karyawan dan staff,
departementasi, pembatasan manajemen, penilaian manajerial, dan berbagai teknik
pengendalian manajerial mencakup konsep-konsep dan teori yang hanya ditemukan
apabila manajer terlibat didalamnya. Oleh
sebab itu, dalam penerapannya, dapat dijabarkan kembali mengenai mengenai manajer
dan fungsi-fungsi manajer.
FUNGSI MANAJER
Manajer,
sebagaimana yang telah diketahui, merupakan pimpinan atau kepala didalam proses
manajemen. Manajer merupakan seorang yang memiliki karakteristik kepemimpinan,
dan dapat mengatur, serta mengontrol para bawahannya agar tercipta suatu proses
kerja yang baik. Dan berdasarkan fungsinya, seorang Manajer memiliki fungsi,
yakni :
- Perencanaan
Perencanaan merupakan upaya pemilihan arah tindakan
yang diikuti suatu perusahaan, dan setiap departemennya. Proses perencanaan
mencakup beranjak dari tujuan dan sasaran menyeluruh, sampai dengan tindakan
paling rinci yang akan dilaksanakan. Perencanaan juga merupakan upaya untuk
memutuskan sebelumnya apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Didalam proses
perencaan tersebutlah, maka akan ditemukan kata-kata seperti ; bagaimana, bila,
dan siapa yang akan melakukan / mengimplementasikan rencana tersebut.
Perencanaan menjebatani kesenjangan antara keadaan
pada saat sekarang dengan keadaan yang diinginkan dimasa depan. Meskipun masa
depan jarang dapat diprediksikan dengan tepat dan berbagai peristiwa yang tidak
diperkirakan sebelumnya, mungkin akan mengganggu rencana yang disusun kemudian,
namun apabila tidak ada perencaan, semua tindakan juga cenderung tidak baik,
karena tidak memilki tujuan yang jelas, sehingga bersifat ‘untung-untungan’.
Oleh sebab itu, perencanaan digunakan dalam rangka mengefektifkan upaya kelompok
didalam proses manajemen.
Dan oleh sebab itu pula, manajer berperan dan
diwajibkan mampu memberikan pedoman dengan berbagai macam perencanaan agar
dapat menunjang keberhasilan suatu program perusahaan.
Klasifikasi
Rencana
Peran manajer dalam perencanaan sangat memberikan
pengaruh besar, seringkali ketidak tahuan seorang manajer dalam merumuskan
tahapan perencanaan menimbulkan kesukaran dalam mengektifkan terwujudnya tujuan
didalam perusahaan / organisasi yang dikendalikannya. Secara umum, perencanaan
dapat diklasifikasikan / dirumuskan melalui tahapan seperti berikut :
-
Maksud atau Missi
Jika ingin suatu kegiatan terasa lebih berarti, maka
setiap jenis kelompok operasi yang diorganisasikan harus memiliki suatu maksud
atau misi (purpose of mission) agar
tidak terjadi kekaburan dipertengahan kegiatan operasi.
-
Sasaran (objective) atau tujuan (goal)
Sasaran atau tujuan merupakan akhir yang harus
dituju oleh setiap aktivitas. Sasaran dan tujuan tidak hanya melambangkan titik
akhir dari sebuah perencanaan, tetapi tindakan yang juga akan menggambarkan
kearah mana pengorganisasian, pengisian lowongan, pemimpinan, dan pengendalian
ditujukan.
-
Strategi
Strategi tidak hanya bermakna persaingan, tetapi
juga telah semakin sering digunakan untuk menggambarkan konsep operasi suatu
perusahaan secara menyeluruh. Oleh sebab itu, strategi paling sering merujuk
kepada program umum tindakan dan penyebaran satuan penyerang dan sumber daya
dalam mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang komprehensif.
Anthony mendefinisikan strategi sebagai hasil dari
“program penetapan tujuan organisasi, dan penetapan mengenai perubahan dalam
mencapai tujuan organisasi / perusahaan, penetapan kebijakan yang akan
menguasai perolehan, penggunaan, serta pengaturan sumber daya”. Sementara Chandler
mendefinisikan strategi sebagai “penentuan tujuan dan sasaran jangkan panjang
yang pokok dari suatu perusahaan, dan penerimaan arah tindakan serta alokasi
sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan sebuah tujuan”.
Dan dalam menyusun sebuah strategi, terdapat
sejumlah persyaratan pokok, dan tanpa memenuhi persyaratan tersebut, maka
program strategi sebuah perusahaan tidak akan terlaksana secara efektif.
Sejumlah persyaratan pokok dalam penyusunan strategi adalah sebagai berikut :
Menilai Diri Sendiri
(Self Appraisal)
Hal ini
mencakup masalah-masalah seputar identitas suatu perusahaan, seperti tujuan
perusahaan, dan bidang usaha perusahaan tersebut. Dengan mengetahui secara
detail mengenai jati diri perusahaan, maka akan dapat pula menganalisis kekuatan
serta kelemahan perusahaan dalam bidang fungsional – pemasaran, pengembangan
produk, produksi dan bidang operasi lainnya, seperti ; keuangan, dan hubungan
dengan masyarakat. Didalam self appraisal
juga ditekankan mengenai pengetahuan terhadap keinginan pelanggan, serta
memfokuskan pada nilai-nilai aspirasi, dan prasangka eksekutif punak. Dan
dengan memahami kekuatan serta kelemahan pada perusahaan sendiri, maka tentu
dituntut untuk dapat memanfaatkan kekuatan perusahaan tersebut untuk menyusun
strategi yang tentunya akan memberikan peluang bahkan keuntungan bagi
perusahaan tersebut.
Pengkajian Lingkungan
Masa Depan
Karena suatu strategi dimaksudkan untuk beroperasi
dimasa depan, maka diperlukan adanya perkiraan lingkungan masa depan. Apabila
perusahaan dapat memadukan kekuatannya dengan lingkungan pelaksanaan
rencananya, maka peluang (opportunity)
dapat dideteksi dan dimanfaatkan. Dan untuk mengkaji lingkungan masa depan,
maka dibutuhkan sebuah ramalan (forcast).
Peramalan tersebut dapat dilakukan melalui teknologi dan perkembangan dunia
sekitar, seperti ramalan tindakan-tindakan pemerintah yang dapat mempengaruhi
keuntungan perusahaan, atau dapat pula melalui peramalan lingkungan politik,
atau keinginan konsumen. Jelasnya, apabila sebuah perusahaan dapat membaca
lingkungan masa depannya dengan baik, dan kemudian mengarahkan strategi dan
rencana pendukung dengan efektif, maka keuntungan yang diperoleh suatu
perusahaan akan lebih banyak lagi.
Struktur Organisasi
yang Menjamin Perencanaan
Agar sebuah strategi dapat tersusun dan dilaksanakan
dengan baik, diperlukan adanya pengaturan organisasi yang dapat menjamin
perencanaan secara efektif. Bantuan staf diperlukan untuk meramalkan, menyusun
premis, dan menganalisis. Struktur Organisasi juga dapat mengatur kinerja staf
secara lebih baik, praktis dan bermanfaat lagi, dengan melakukan perencanaan
dalam organisasi tersebut, seperti memberikan tanggung jawab, dan meletakkan
staf-staf ditempat yang tepat. Dengan menstruktur sebuah organisasi dan
meletakkan staf-staf dibidang yang tepat, maka mereka dituntut tanggung jawab
masing-masing untuk memberikan perencanaan-perencanaan dibidang masing-masing,
sehingga menyusun sebuah strategi akan lebih mudah lagi.
Menjaga Konsistensi
Strategi
Salah satu persyaratan perencanaan strategi yang
efektif adalah memastikan konsistensi strategi, yakni memastikan bahwa seluruh
perenanaan telah “sesuai” satu dengan yang lainnya. Konsistensi strategi juga
berarti bahwa suatu strategi perusahaan tidak dapat diubah secara tiba-tiba,
walaupun telah mendapat bayangan bahwa akan mendapat keuntungan dimasa depan,
karena itu memerlukan perombakan atas keseluruhan rencana pokok, dan akhirnya
memperumit pelaksanaan operasi perusahaan tersebut.
Perlunya Strategi
Kontingensi
Strategi kontingensi merupakan strategi cadangan,
apabila terjadi suatu hal yang tidak direncanakan/ tidak diinginkan terhadap
perusahaan, dan kemudian diharuskan untuk mengganti strategi yang telah
dibentuk sebelumnya.
-
Kebijakan
Kebijakan juga merupakan kerangka perencanaan yang penting,
karena dalam artian suatu kebijaka dapat berupa pernyataan atau pengertian umum
yang membimbing dan menyalurkan pemikiran dan tindakan dalam pengambilan
keputusan. Kebijakan membatasi suatu bidang didalam suatu keputusan akan
diambil dan menjamin bahwa keputusan itu akan konsekuen dengan dan memberikan
sumbangan kepada tujuan. Kebijakan cenderung untuk memutuskan sesuatu hal
terlebih dahulu, memberikan struktur yang terpadu, dan memudahkan manajer dalam
mendelegasikan wewenangnya. Kebijakan merupakan pedoman untuk memikirkan
pengambilan keputusan, oleh sebab itu, dapat mempermudah dan memberikan
keluasan berpikir para manajer secara logis, konsisten, dan inisiatif tetapi
tetap didalam batas-batas kebijakan tersebut.
-
Prosedur
Prosedur
merupakan rencana karena sebuah prosedur menetapkan suatu metode kebiasaan
mengenai penanganan aktivitas dikemudian hari. Prosedur merupakan pedoman bagi
suatu tindakan, dan prosedur juga merinci cara yang tepat untuk menyelesaikan
aktivitas tertentu.
-
Peraturan
Peraturan adalah rencana dalam sebuah peraturan
tersebut memerlukan tindakan yang telah dipilih dalam beberapa alternative.
Peraturan biasanya digolongkan kedalam sebuah jenis rencana yang sederhana. Peraturan
membimbing tindakan dalam suatu kegiatan operasi, sementara prosedur lebih
merincikan suatu aturan-aturan / batasan-batasan termasuk urutan waktu. Oleh
sebab itu, peraturan dan prosedur saling berhubungan
Sementara antara kebijakan dan peraturan, memiliki
dua perbedaan, yakni kebijakan ialah untuk membimbing pemikiran dalam mengambil
suatu keputusan dengan menandai bidang-bidang keleluasaan. Meskipun peraturan
juga berguna sebagai pedoman, akan tetapi sebuah peraturan tidak mengijinkan
adanya keleluasaan dalam penerapannnya.
-
Program
Program merupakan rangkaian bulat dari suatu tujuan,
kebijakan, prosedur, peraturan, pemberian tugas, langkah-langkah yang harus
diambil, sumber-sumber yang harus dimanfaatkan, dan unsur-unsur lain yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu arah tindakan yang ditentukan. Suatu
program biasanya harus pula didukung oleh modal dan anggaran operasi yang
diperlukan. Dan suatu program biasanya juga dapat dibedakan menjadi dua, yakni
; program pokok dan program turunan. Dan suatu program pokok, biasanya
memerlukan banyak program turunan, untuk mendukung keberhasilan program pokok
tersebut.
-
Anggaran (budget)
Anggaran didalam sebuah rencana adalah laporan
mengenai hasil-hasil yang diharapkan dan dinyatakan dengan angka-angka, oleh
sebab itu seringkali program anggaran ini disebut juga program yang
‘diangkakan’. Namun anggaran tak hanya dapat dinyatakan dengan istilah-istilah
keuangan, tetapi juga dapat melalui istilah-istilah jam kerja, satuan-satuan
produk, jam-jam mesin, atau istilah lainnya yang dapat diukur dengan angka.
- Pengorganisasian
Orang-orang yang bekerjasama dalam suatu kelompok
untuk mencapai suatu tujuan, haruslah memiliki peran untuk dimainkan. Dengan
kata lain, didalam pengorganisasian didapatkan klasifikasi tugas, wewenang,
tanggungjawab dan fungsi setiap anggota. Pengorganisasian merupakan bagian dari
manajemen yang mencakup upaya penyusunan struktur peran secara sengaja untuk
dilaksanakan orang-orang dalam sebuah perusahaan. Penyusunan struktur peran
secara sengaja dimaksudkan adalah bahwa setiap orang memang dengan sengaja dikelompokkan
berdasarkan kemampuan masing-masing, sehingga suatu tugas dapat terlaksana
dengan baik. Didalam penngorganisasian juga dibedakan berdasarkan manajer dan
bawahan. Dan manajer juga diberikan peranan untuk mengelompokkan anggotanya
berdasarkan kemampuan masing-masing
- Pengisian
Lowongan
Pengisian lowongan atau penataan staf mencakup upaya
untuk mengisi, dan menjaga telah terisinya seluruh jabatan yang telah
ditetapkan dalam struktur organisasi tersebut. Fungsinya adalah untuk menyusun
suatu persyaratan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efektif.
Pengisian lowongan juga mencakup berbagai seleksi dalam meletakkan anggota
didalam suatu jabatan, seperti ; training (pelatihan), ataupun aktivitas
pengembangan mutu calon karyawan dan karyawan yang telah ada agar dapat bekerja
lebih efektif.
- Pemimpinan
(leading)
Pemimpinan (leading) adalah proses mempengaruhi
orang-orang agar mau berusaha bekerja secara antusias untuk mencapai tujuan
organisasi atau kelompok. Dengan kata lain, pemimpinan berkaitan kepada aspek
antarpribadi dalam mengelola. Oleh sebab itu, pemimpinan berkaitan kepada
bagaimana seorang manajer dapat mengendalikan keinginan atau kepentingan
pribadi mereka dalam mengendalikan bawahannya yang akan cenderung mengikuti
manajernya.
- Pengendalian
(Controling)
Pengendalian (controlling) adalah pengukuran dan
koreksi terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana
itu telah cocok dengan rencana. Kegiatan pengawasan / pengendalian ini biasanya
berkaitan dengan pengukuran prestasi dalam pencapaian tujuan. Dan kemudian
mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas apa yang dikendalikannya.
- Koordinasi
Banyak yang mengatakan bahwa fungsi koordinasi
merupakan bagian yang terpisah dari fungsi seorang manajer. Tetapi jika dilihat
kembali, koordinasi dapat berfungsi untuk melihat bagaimana pekerjaan setiap
anggota dapat memberikan sumbangan kepada cita-cita yang dominan dalam
perusahaan. Dan setiap manajerlah yang memberikan koordinasi karena ia lah yang
lebih mengerti akan tujuan atau cita-cita perusahaan tersebut, dan kemudian
mengarahkan kepada anggotanya agar tujuan tersebut dapat tercapai.
KESIMPULAN
Walaupun teori dan ilmu manajemen itu tidak eksakdan
relative masih muda, namun perkembangan pemikiran mengenai manajemen sebenarnya
sudah ada sejak manusia berusaha mencapai tujuan dengan bekerja sama dalam
kelompoknya.
Evolusi pemikiran manajemen atau bukti bahwa
sebenarnya sebelum abad ke-duapuluh, atau sebelum pelopor-pelopor ilmu
manajemen mulai menuliskan hasil pengamatannya dan kemudian menyebarluaskan
ilmu tersebut keseisi dunia, teori atau pengamalan manajemen telah dilakukan
oleh manusia jauh sebelum itu.
Terbukti dari banyaknya catatan dan ide yang
berhubungann dengan manajemen yang ditemukan pada zaman kuno. Diantaranya adalah
catatan dari orang Mesir, Yunani, Gereja Roma Katolik, Organisasi Kemiliteran
Perancis (1790), serta para Kameralis (cendekiawan dan para administrator
berkebangsaan Jerman dan Austria) pada abad keenam belas sampai kedelapan
belas.
Selain evolusi atau sejarah perkembangan ilmu
manajen, perlu juga diketahui mengenai pendekatan-pendekatan yang dapat
dilakukan dalam ilmu manajemen, karena kesemua pendekatan tersebut sebenarnya
memiliki inti tersendiri didalam ilmu manajemen.
Misalnya saja dalam pendekatan operasional dalam
Manajemen yang didalamnya dijelaskan mengenai peran dan fungsi seorang manajer,
atau pemimpin dalam aktivitas manajemen.
KRITIK DAN SARAN
Buku manajemen karya Harold Koontz/ Cyril
O’Donnell/Heinz Weihrich yang dicetak
hingga cetakan kedelapan pada tahun 1996 ini memang menjabarkan pengertian
mengenai manajemen, dan aspek-aspek manajemen lengkap dengan contoh-contoh,
baik real maupun rekayasa. Contoh-contoh yang diambil secara real memang
menarik, hal tersebut dapat memberikan bayangan lebih jelas mengenai manajemen
dan fungsi manajemen itu sendiri, menjelaskan apa, bagaimana, mengapa sehingga
suatu aspek dalam manejemen tersebut kemudian dianggap penting untuk
dipelajari.
Akan tetapi, mungkin karena buku ini diterbitkan
pada tahun yang agak lampau (1994), maka bahasa dan kosakatanya tidak begitu
luwes dan sulit dipahami. Dan mungkin juga akibat cetakan ini merupakan cetakan yang kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka terkadang bahasanya menjadi lebih
sulit lagi. Maknanya sering berputar-putar, ambigu (memiliki dua makna), dan
seringkali tidak berhubungan.
Dalam bab-bab serta subbab-subbab juga mengalami
pengulangan yang menurut saya ‘tidak penting’. Dalam menjelaskan juga
setengah-setengah, dan tiba-tiba saja dibahas lagi dalam bab baru di bab-bab
berikutnya, sehingga kesannya buku ini boros sekali. Makna yang dijelaskan
sedikit, tetapi ditulis berulang-ulang, sehingga membuat buku tersebut semakin
tebal.
Saran saya dalam buku manajemen ini adalah, tentunya
yang pertama adalah memperluwes kosakata penulisan, memperingkas atau menulis
yang penting-penting saja, memberikan contoh yang lebih simple lagi, dan lebih
memanajemen lagi struktur penulisan buku tersebut, sehingga pembaca lebih mudah
memahami isi buku tersebut, mudah mengimplementasikannya, senang membaca
bukunya, dan tertarik dengan ilmu manajemen yang tertuang dalam buku tersebut.
Sehingga arah atau tujuan penulisan terlaksana dengan lebih efektif dan
efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar