Minggu, 23 Februari 2014

Book Resume Asas Manajemen : Harold Koontz/ Cyril O’Donnell/Heinz Weihrich


Mata kuliah ASAS MANAJEMEN

Tugas:
Memberikan resume dari sebuah buku pengantas teori Asas Manajemen, kemudian berikan kritik dan saran atas buku tersebut!
SEMESTER IV


                                                           ASAS MANAJEMEN

Ringkasan tulisan ini berdasarkan Buku : Harold Koontz/ Cyril O’Donnell/Heinz  Weihrich   yang dipublikasikan hingga delapan kali cetakan pada tahun 1996



MANAJEMEN SEBAGAI ILMU ATAU SENI

Manajemen seperti halnya semua seni lainnya, misalnya ; kedokteran, komposisi music, rekayasa, sepak bola atau akutansi yang menggunakan dasar-dasar pengentahuan yang teorganisasi. Seni adalah suatu usaha yang manusiawi yang paling kreatif. Didalam manajemen terdapat hal-hal yang memerlukan kreatifitas, seperti pentingnya kerjasama kelompok (team works) yang efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Sementara Manajemen sebagai ilmu, yakni manajemen yang menerapkan dan mempertimbangkan realitas yang ada untuk mencapai hasil praktis yang diinginkan. Dengan demikian, sebuah praktek manajemen harus dirancang suatu cara pemecahannya yang ampuh, sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan.
Sejak Perang Dunia II, semakin disadari bahwa terjadinya kegagalan bisnis selama berabad-abad disebabkan oleh manajemen yang tidak bermutu dan tidak berpengalaman. Oleh sebab itu, mutu manajemen amat dibutuhkan dalam kehidupan modern, dan akhirnya menghasilkan analisis dan studi yang makin meluas terhadap proses penelitian manajemen, lingkungannya, dan teknik-tekniknya.
Pentingnya manajemen sebagai ilmu juga paling jelas terlihat dalam kasus dibanyak negara yang belum berkembang atau yang sedang berkembang. Peninjauan oleh ahli-ahli pengembangan perekonomian mengenai masalah ini pada tahun-tahun terakhir telah memperlihatkan bahwa perlengkapan modal atau teknologi tidak menjamin pembangunan. Dan factor penghambat pada hampir semua kasus adalah kurangnya mutu dan semangat pihak manajer.
Seni yang paling produktif selalu didasarkan pada pemahaman akan ilmu yang mendasarinya. Oleh sebab itu, seni dan ilmu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi justru saling melengkapi.


EVOLUSI PEMIKIRAN MANAJEMEN

Walaupun teori dan ilmu manajemen itu tidak eksak dan relative masih muda, namun perkembangan pemikiran mengenai manajemen, sebenarnya sudah ada  sejak manusia berusaha mencapai tujuan dengan bekerjasama dalam kelompok.
Hal tersebut terbukti dari banyaknya catatan dan ide yang berhubungan dengan manajemen yang sudah ada sejak zaman kuno. Diantaranya adalah catatan dari orang-orang Mesir, Yunani,  pengalaman dan praktek administrative dari Gereja Katolik, organisasi militer, dan para kameralis dari abad keenambelas sampai abad kedelapan belas.

a.      Manajemen pada Zaman Kuno
Interpratasi terhadap tulisan peninggalan Mesir yang sudah ada sejak tahun 1300 sebelum Masehi menunjukkan pengakuan betapa pentingnya organisasi dan administrasi dalam negara-negara demokrasi di zaman kuno.
Catatan-catatan yang serupa juga terdapat di China purba. Perumpamaan-perumpamaan dari Confucius memuat saran-saran praktis untuk administrasi negara yang baik, dan nasihat untuk memilih pejabat pemerintah yang jujur, tidak memikirkan diri sendiri dan mampu bekerja.
Meskipun catatan peninggalan Yunani tidak member banyak pengertian tentang prinsip-prinsip manajemen yang digunakan, namun dengan adanya persemakmuran di Athena, yang disertai dengan dewa-dewanya, pengadilan  rakyat, pejabat adminsitrasi, dan dewan jenderal, kita bisa melihat adanya penghargaan kepaada fungsi manajerial. Definisi Socrates tentang manajemen sebagai keterampilan yang terpisah dari pengetahuan dan pengalaman teknis sangat cocok dengan pengertian saat ini mengenai fungsi-fungsi tersebut.
Catatan mengenai manajemen dari Romawi purba dengan sangat jelas menjelaskan mengenai kompleksnya pekerjaan adminsitrasi yang menghasilkan perkembangan luar biasa dalam bidang teknik manajerialnya. Adanya para hakim Roma, dengan pembidangan menurut otoritas dan menurut tingkat kepentingannya sesuai dengan fungsinya menunjukkan adanya suatu hubungan scalar yang merupakan sifat khas dari suatu organisasi. Oleh sebab itu banyak orang berpendapat bahwa kejeniusasn yang sungguh hebat dari masyarakat Roma terletak kepada keberhasilan Kekaisaran Roma dan kemampuan orang-orangnya untuk berorganisasi. Dengan memakai prinsip scalar dan pendelegasian otoritas, kota Roma telah diperluas menjadi suatu kekaisaran dengan efisiensi organisasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
b.      Gereja Roma Katolik
Jika dinilai berdasarkan usia, maka organisasi formal yang paling efektif dalam sejarah peradaban Barat adalah organisasi Gereja Roma Katolik. Usia organisasinya yang panjang itu tidak hanya disebabkan oleh daya tarik tujuannya, tetapi  juga karena keefektifan teknik organisasi dan manajemennya. Contoh yang mencolok dari teknik-teknik tersebut adalah perkembangan hirarki otoritas dengan scalar organisasi teritorialnya, spesialisasi aktivitas sesuai dengan garis-garis fungsional, dan pemakaian cara organisasi dengan adanya staf secara cermat sejak awal.
c.       Organisi Kemiliteran
Seperti dapat diperkirakan, sejumlah prinsip dan praktek yang lebih penting dalam bidang manajemen perusahaan modern dapat ditemukan dalam organisasi-organisasi militer. Kecuali Gereja, tidak ada bentuk organisasi lainnya dalam sejarah peradaban Barat yang dipaksakan, oleh masalah-masalah dalam pemanajemenan kelompok besar, untuk mengembangkan prinsip-prinsip organisasi. Meskipun organisasi-organisasi militer tetap agak sederhana sampai belakangan ini, karena sebagain besar dibatasi oleh perbaikan dalam bidang hubungan otoritas, namun setelah berabad-abad, mereka semakin meningkatkan teknik-teknik kepemimpinan mereka. Angkatan perang terdahulu, meskipin ada yang terdiri dari prajurit sewaan, seringkali mempunyai moral yang cukup baik dan hubungan yang saling mengisi antara tujuan perorangan dan kelompok.
Sejarah penuh dengan contoh tentang pemimpin-pemimpin militer yang menyampaikan rencana dan tujuan mereka kepada prajurit-prajurit mereka, dan dengan berbuat begitu mereka mengembangkan apa yang disebut sebagai suatu “kesatuan doktrin” didalam organisasi. Bahkan seorang komandan yang bersifat otokratis seperti Napoleon, menambah kuasanya untuk memimpin dengan member keterangan cermat mengenai maksud perintah-perintahnya.
Tetapi kemudian, organisasi-organisasi militer telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen lain. Yang paling penting dari prinsip-prinsip itu antara lain adalah prinsip staf, meskipun istilah “Staf umum” telah digunakan dalam tentara Prancis pada tahun 1790, dan meskipun fungsi-fungsi staf tertetu telah member cirri kepada organisasi-organnisasi militer selama berabad-abad, namun konsep modern dari staf umum dapat ditemukan pada tentara Rusia dalam abad kesembilan belas. Kelompok  itu, yang diorganisasi dibawah seorang kepala staf, member  nasihat dan informasi yang terinci dan menyediakan jasa-jasa penolong yang menjadi cirri-ciri pokok kemiliteran maupun segala macam usaha lainnya.
d.      Para Kameralis
Para kameralis adalah sekelompok cendekiawan dan administrator negara berkebangsaan Jerman dan Austria.  Mereka semua menganut ajaran yang percaya bahwa untuk mempertinggi kedudukan suatu negara, orang perlu meningkatkan kekayaan materi semaksimal mungkin. Para kameralis menekankan administrasi sistemastis sebagai suatu sumber kekuatan, dan mereka merupakan kelompok yang paling dini melakukannya.
Para kameralis juga percaya dalam universalitas teknik manajemen, dengan manajemen, dengan mencatat bahwa mutu yang sama, yang meningkatkan kekayaan seseorang, diperlukan dalam administrasi yang baik dari negara serta departemen-departemennya. Dalam mengmbangkan prinsip-prinsip manajemen, mereka member tekanan pada spesialisasi fungsi, ketelilitian dalam seleksi dan pelatihan para bawahan untuk posisi administrative, penetapan jabatan pengawas dalam pemerintahan, pelaksanaan proses hukjum, dan penyederhanaan prosedur-prosedur administrative.

BERBAGAI PENDEKATAN TERHADAP MANAJEMEN

a.      Pendekatan Empiris atau Pendekatan Kasus
Pendekatan empiris atau pendekatan kasus, menganalisis manajemen dengan menelaah pengalaman melalui berbagai kasus. Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa melalui studi tetang keberhasilan dan kesalahan para manajer dalam setiap kasus dan upaya mereka menanggulangi berbagai masalah khusus. Didalam pendekatan empiris atau pendekatan kasus ini, dapat diketahui cara mengelola yang efektif dalam situasi yang serupa.
b.      Pendekatan Perilaku Antarpribadi
Pendekatan perilaku antar peribadi (interpersonal behavior approach) didasarkan pada gagasan bahwa manajemen merupakan upaya mencapai hasil melalui orang lain, dan karenanya, studi pendekatan ini perlu dipusatkan melalui oranglain, dan karenannya, studi pendekatan ini dipusatkan pada hubungan antar pribadi atau memusatkan perhatian pada aspek manusia dari manajemen dan pada keyakinan bahwa apabila orang-orang bekerja sama untuk mencapai sasaran.
Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa pengelolaan melibatkan prilaku manusia atau memperdebatkan bahwa telaah tentang interaksi manusia, merupakan hal yang bermanfaat. Namun didalam prinsip manajemen, pendekatan perilaku antarpribadi tidak juga mencakup semua aspek dalam manajemen, karena itu bukanlah suatu jaminan untuk mengelola secara efektif. Namun pendekatan ini sangat berguna, terutama dalam bidang kepemimpinan.
c.       Pendekatan Perilaku Kelompok
Pendekatan perilaku kelompok (Group behavior approach) erat kaitannya dengan pendekatan perilaku antar pribadi dan seringkali disamakan. Pendekatan in terutama labih menekankan perhatian pada perilaku orang-orang dalam kelompok ketimbang pada perilaku masing-masing saja.
Pendekatan perilaku kelompok sangat beraneka ragam, mulai dari studi kelompok kecil dengan pola budaya dan perilakunya sampai dengan studi tentang komposisi perilaku kelompok besar. Pendekatan ini sering juga disebut sebagai “pendekatan organisasi”.
d.      Pendekatan Sistem Sosial yang Kooperatif
Pendekatan perilaku antar pribadi dan kelompok telah mendorong dan mempertajam fokus studi tentang hubungan manusia sebagai system sosial yang koorporatif (cooperative social systems). Perubahan system sosial yang kooperatif merupakan pendekatan yang menyempurnakan pendekatan perilaku kelompok dengan lebih menekankan pada kerjasama yang terorganisasi secara baik.
e.       Pendekatan Sistem Sosioteknis
Salah satu aliran manajemen yang lebih baru diacu sebagai pendekatan, adalah pendekatan system sosioteknis (sociotechnical system approach). Yang umumnya dipandang sebagai kontribusi E.L Trist dan rekan-rekannya, dalam berbagai studi yang mereka lakukan terhadap masalah produksi dipertambangan batubara, mereka menemukan bahwa studi-studi sebelumnya masih belum cukup, karena sebenarnya, juga diperlukan telaah terhadap masalah-masalah sosial.
Dalam menangani masalah produktifitas, misalnya, mereka menemukan bahwa system teknik (mesin dan metode) memiliki dampak yang kuat atas system sosial. Dengan kata lain, sikap pribadi dan perilaku kelompok dipengaruhi  oleh system teknik ditempat kerja. Oleh sebab itu, E.L Trist dan rekan-rekannya memandang bahwa system sosial dan system teknik harus diserasikan, dan apabila terdapat ketidakcocokan, maka seyogyanya diperlukan perubahan, yang biasanya dilakukan dalam system teknik.  Dan terbukti, meskipun pemikiran pendekatan ini masih baru, namun memberikan sumbangan cukup besar bagi perkembangan manajemen. Analisis dan koordinasi yang dilakukan secara sistematis terhadap system sosial dan teknik dalap menghasilkan mashlahat (benefit) manajerial yang besar.
f.           Pendekatan Teori Keputusan
Pendekatan teori keputusan (decision theory approach) terhadap manajemen didasarkan pada keyakinan bahwa, karena para manajer mengambil keputusan, maka diperlukan perhatian pada pengambilan keputusan tersebut. Pendekatan ini membangun teori tentang pengambilan keputusan, pemilihan arah tindakan dari berbagai alternative yang mungkin, analisis proses keputusan, dan sebagainya.
g.      Pendekatan Sistem
Sebuah system pada hakikatnya adalah seperangkat atau sekumpulan hal yang saling berkaitan atau saling tergantung, sehingga membentuk suatu kesatuan yang kompleks. Didalam ilmu manajemen, jika manajer merencanakan, mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali memperhitungkan variabel-variabel eksternal seperti pasar, teknologi, kekuatan sosial, hukum, dan peraturan-peraturan. Apabila seorang manajer merancang sebuah sistem organisasi guna menyediakan suatu lingkungan bagi prestasi, mereka pasti dipengaruhi oleh pola-pola perilaku yang dibawa orang  keperkerjaan mereka dari lingkungan eksternal suatu perusahaan. System juga memainkan peranan yang penting dalam bidang pengelolaan itu sendiri, yaitu system perencanaan, system pengorganisasian, dan system pengendalian.
h.      Pendekatan Matematis atau “Ilmu Manajemen”
Beberapa teoretisi memandang pengelolaan / pemanajemenan sebagai latihan dalam proses, konsep, symbol, dan model matematis. Mereka percaya bahwa apabila pengelolaan, pengorganisasian, perencanaan, atau pengambilan keputusan merupakan proses logis, hal itu dapat diungkapkan dalam symbol dan hubungan matematis. Dan fokus dalam pendekatan matematis ini ada lah model matematis. Dengan kata lain, apabila hendak mencapai tujuan tertentu, model ini merupakan saran yang tepat untuk dilakukan.
i.            Pendekatan Kontijensi atau Situasional
Pada dasarnya, pendekatan situasional (contingency or situational approach) ini menekankan fakta bahwa hal-hal yang dilakukan para manajer dalam praktek bergantung pada keadaan tertentu / suatu kontijensi atau situasi. Menurut beberapa sarjana, teori kontijensi tidak hanya memperhitungkan situasi tertentu, tetapi juga pengaruh pemecahan tertentu pada pola perilaku suatu perusahaan. Sebagai contoh; suatu organisasi yang distruktur sesuai dengan fungsi operasional, seperti keuangang, perekayasaan, produksi dan pemasaran, mungkin paling cocok bagi situasi tertentu, tetapi para manajer yang menerapkan pendekatan ini perlu mempertimbangkan bahwa hal itu mungkin akan mendorong perkembangan pola loyalitas kelompok pada fungsi ketimbang pada perusahaan.
j.            Pendekatan Peran Manajerial
Pendekatan peran manajerial merupakan pendekatan yang termasuk baru dan memikat perhatian para akademisi dan para praktisi. Pendekatan ini, pada pokoknya adalah untuk mengamati apa yang dilakukan oleh para manajer dan dari pengamatan tersebut, kemudian ditarik kesimpulan mengenai arti atau peran manajerial tersebut. Didalam pendekatan peran manajerial, lebih disoroti secara tajam mengenai peran dari manajerial tersebut, seoerti kesimpulan bahwa sebenarnya para manajer mengisi suatu seri dari sepuluh peran, yakni ; peran antar pribadi (mencakup; peran sosial dan seremonial, peran pemimpin, dan peran penghubung), peran informasional (mencakup; peran penerima informasi, peran penyebar informasi, dan peran juru bicara yang menyiarkan informasi), dan peran sehubungan dengan keputusan (mencakup ; peran kewiraswastaan, menangani gangguan, alokasi sumber, dan peran negosiasi).
k.      Pendekatan Operasional
Pendekatan operasional (operasional approach) merupakan teori dan ilmu manajemen yang berusaha mengumpulkan pengetahuan yang berkaitan dalam bidang manajemen sambil menghubungkannya dengan pekerjaan manajerial (apa yang dilakukan oleh seorang manajer). Dengan kata lain, ilmu ini seperti ilmu-ilmu operasional lainnya, yakni mencoba memadukan konsep-konsep, prinsip,  teori, dan teknik-teknik yang menyokong tugas-tugas manajemen.
Pendekatan operasional mengakui keberadaan inti sentral dalam pengetahuan pemanajemenan, seperti ; karyawan dan staff, departementasi, pembatasan manajemen, penilaian manajerial, dan berbagai teknik pengendalian manajerial mencakup konsep-konsep dan teori yang hanya ditemukan apabila manajer terlibat didalamnya.  Oleh sebab itu, dalam penerapannya, dapat dijabarkan kembali mengenai mengenai manajer dan fungsi-fungsi manajer.

FUNGSI MANAJER

   Manajer, sebagaimana yang telah diketahui, merupakan pimpinan atau kepala didalam proses manajemen. Manajer merupakan seorang yang memiliki karakteristik kepemimpinan, dan dapat mengatur, serta mengontrol para bawahannya agar tercipta suatu proses kerja yang baik. Dan berdasarkan fungsinya, seorang Manajer memiliki fungsi, yakni :
  1. Perencanaan
Perencanaan merupakan upaya pemilihan arah tindakan yang diikuti suatu perusahaan, dan setiap departemennya. Proses perencanaan mencakup beranjak dari tujuan dan sasaran menyeluruh, sampai dengan tindakan paling rinci yang akan dilaksanakan. Perencanaan juga merupakan upaya untuk memutuskan sebelumnya apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Didalam proses perencaan tersebutlah, maka akan ditemukan kata-kata seperti ; bagaimana, bila, dan siapa yang akan melakukan / mengimplementasikan rencana tersebut.
Perencanaan menjebatani kesenjangan antara keadaan pada saat sekarang dengan keadaan yang diinginkan dimasa depan. Meskipun masa depan jarang dapat diprediksikan dengan tepat dan berbagai peristiwa yang tidak diperkirakan sebelumnya, mungkin akan mengganggu rencana yang disusun kemudian, namun apabila tidak ada perencaan, semua tindakan juga cenderung tidak baik, karena tidak memilki tujuan yang jelas, sehingga bersifat ‘untung-untungan’. Oleh sebab itu, perencanaan digunakan dalam rangka mengefektifkan upaya kelompok didalam proses manajemen.
Dan oleh sebab itu pula, manajer berperan dan diwajibkan mampu memberikan pedoman dengan berbagai macam perencanaan agar dapat menunjang keberhasilan suatu program perusahaan.
Klasifikasi Rencana
Peran manajer dalam perencanaan sangat memberikan pengaruh besar, seringkali ketidak tahuan seorang manajer dalam merumuskan tahapan perencanaan menimbulkan kesukaran dalam mengektifkan terwujudnya tujuan didalam perusahaan / organisasi yang dikendalikannya. Secara umum, perencanaan dapat diklasifikasikan / dirumuskan melalui tahapan seperti berikut :
-          Maksud atau Missi
Jika ingin suatu kegiatan terasa lebih berarti, maka setiap jenis kelompok operasi yang diorganisasikan harus memiliki suatu maksud atau misi (purpose of mission) agar tidak terjadi kekaburan dipertengahan kegiatan operasi.
-          Sasaran (objective) atau tujuan (goal)
Sasaran atau tujuan merupakan akhir yang harus dituju oleh setiap aktivitas. Sasaran dan tujuan tidak hanya melambangkan titik akhir dari sebuah perencanaan, tetapi tindakan yang juga akan menggambarkan kearah mana pengorganisasian, pengisian lowongan, pemimpinan, dan pengendalian ditujukan.
-          Strategi
Strategi tidak hanya bermakna persaingan, tetapi juga telah semakin sering digunakan untuk menggambarkan konsep operasi suatu perusahaan secara menyeluruh. Oleh sebab itu, strategi paling sering merujuk kepada program umum tindakan dan penyebaran satuan penyerang dan sumber daya dalam mencapai sasaran atau tujuan perusahaan yang komprehensif.
Anthony mendefinisikan strategi sebagai hasil dari “program penetapan tujuan organisasi, dan penetapan mengenai perubahan dalam mencapai tujuan organisasi / perusahaan, penetapan kebijakan yang akan menguasai perolehan, penggunaan, serta pengaturan sumber daya”. Sementara Chandler mendefinisikan strategi sebagai “penentuan tujuan dan sasaran jangkan panjang yang pokok dari suatu perusahaan, dan penerimaan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan sebuah tujuan”.
Dan dalam menyusun sebuah strategi, terdapat sejumlah persyaratan pokok, dan tanpa memenuhi persyaratan tersebut, maka program strategi sebuah perusahaan tidak akan terlaksana secara efektif. Sejumlah persyaratan pokok dalam penyusunan strategi adalah sebagai berikut :
Menilai Diri Sendiri (Self Appraisal)
 Hal ini mencakup masalah-masalah seputar identitas suatu perusahaan, seperti tujuan perusahaan, dan bidang usaha perusahaan tersebut. Dengan mengetahui secara detail mengenai jati diri perusahaan, maka akan dapat pula menganalisis kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam bidang fungsional – pemasaran, pengembangan produk, produksi dan bidang operasi lainnya, seperti ; keuangan, dan hubungan dengan masyarakat. Didalam self appraisal juga ditekankan mengenai pengetahuan terhadap keinginan pelanggan, serta memfokuskan pada nilai-nilai aspirasi, dan prasangka eksekutif punak. Dan dengan memahami kekuatan serta kelemahan pada perusahaan sendiri, maka tentu dituntut untuk dapat memanfaatkan kekuatan perusahaan tersebut untuk menyusun strategi yang tentunya akan memberikan peluang bahkan keuntungan bagi perusahaan tersebut.
Pengkajian Lingkungan Masa Depan
Karena suatu strategi dimaksudkan untuk beroperasi dimasa depan, maka diperlukan adanya perkiraan lingkungan masa depan. Apabila perusahaan dapat memadukan kekuatannya dengan lingkungan pelaksanaan rencananya, maka peluang (opportunity) dapat dideteksi dan dimanfaatkan. Dan untuk mengkaji lingkungan masa depan, maka dibutuhkan sebuah ramalan (forcast). Peramalan tersebut dapat dilakukan melalui teknologi dan perkembangan dunia sekitar, seperti ramalan tindakan-tindakan pemerintah yang dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan, atau dapat pula melalui peramalan lingkungan politik, atau keinginan konsumen. Jelasnya, apabila sebuah perusahaan dapat membaca lingkungan masa depannya dengan baik, dan kemudian mengarahkan strategi dan rencana pendukung dengan efektif, maka keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan akan lebih banyak lagi.
Struktur Organisasi yang Menjamin Perencanaan
Agar sebuah strategi dapat tersusun dan dilaksanakan dengan baik, diperlukan adanya pengaturan organisasi yang dapat menjamin perencanaan secara efektif. Bantuan staf diperlukan untuk meramalkan, menyusun premis, dan menganalisis. Struktur Organisasi juga dapat mengatur kinerja staf secara lebih baik, praktis dan bermanfaat lagi, dengan melakukan perencanaan dalam organisasi tersebut, seperti memberikan tanggung jawab, dan meletakkan staf-staf ditempat yang tepat. Dengan menstruktur sebuah organisasi dan meletakkan staf-staf dibidang yang tepat, maka mereka dituntut tanggung jawab masing-masing untuk memberikan perencanaan-perencanaan dibidang masing-masing, sehingga menyusun sebuah strategi akan lebih mudah lagi.
Menjaga Konsistensi Strategi
Salah satu persyaratan perencanaan strategi yang efektif adalah memastikan konsistensi strategi, yakni memastikan bahwa seluruh perenanaan telah “sesuai” satu dengan yang lainnya. Konsistensi strategi juga berarti bahwa suatu strategi perusahaan tidak dapat diubah secara tiba-tiba, walaupun telah mendapat bayangan bahwa akan mendapat keuntungan dimasa depan, karena itu memerlukan perombakan atas keseluruhan rencana pokok, dan akhirnya memperumit pelaksanaan operasi perusahaan tersebut.
Perlunya Strategi Kontingensi
Strategi kontingensi merupakan strategi cadangan, apabila terjadi suatu hal yang tidak direncanakan/ tidak diinginkan terhadap perusahaan, dan kemudian diharuskan untuk mengganti strategi yang telah dibentuk sebelumnya.
-          Kebijakan
Kebijakan juga merupakan kerangka perencanaan yang penting, karena dalam artian suatu kebijaka dapat berupa pernyataan atau pengertian umum yang membimbing dan menyalurkan pemikiran dan tindakan dalam pengambilan keputusan. Kebijakan membatasi suatu bidang didalam suatu keputusan akan diambil dan menjamin bahwa keputusan itu akan konsekuen dengan dan memberikan sumbangan kepada tujuan. Kebijakan cenderung untuk memutuskan sesuatu hal terlebih dahulu, memberikan struktur yang terpadu, dan memudahkan manajer dalam mendelegasikan wewenangnya. Kebijakan merupakan pedoman untuk memikirkan pengambilan keputusan, oleh sebab itu, dapat mempermudah dan memberikan keluasan berpikir para manajer secara logis, konsisten, dan inisiatif tetapi tetap didalam batas-batas kebijakan tersebut.
-          Prosedur
Prosedur merupakan rencana karena sebuah prosedur menetapkan suatu metode kebiasaan mengenai penanganan aktivitas dikemudian hari. Prosedur merupakan pedoman bagi suatu tindakan, dan prosedur juga merinci cara yang tepat untuk menyelesaikan aktivitas tertentu.
-          Peraturan
Peraturan adalah rencana dalam sebuah peraturan tersebut memerlukan tindakan yang telah dipilih dalam beberapa alternative. Peraturan biasanya digolongkan kedalam sebuah jenis rencana yang sederhana. Peraturan membimbing tindakan dalam suatu kegiatan operasi, sementara prosedur lebih merincikan suatu aturan-aturan / batasan-batasan termasuk urutan waktu. Oleh sebab itu, peraturan dan prosedur saling berhubungan
Sementara antara kebijakan dan peraturan, memiliki dua perbedaan, yakni kebijakan ialah untuk membimbing pemikiran dalam mengambil suatu keputusan dengan menandai bidang-bidang keleluasaan. Meskipun peraturan juga berguna sebagai pedoman, akan tetapi sebuah peraturan tidak mengijinkan adanya keleluasaan dalam penerapannnya.
-          Program
Program merupakan rangkaian bulat dari suatu tujuan, kebijakan, prosedur, peraturan, pemberian tugas, langkah-langkah yang harus diambil, sumber-sumber yang harus dimanfaatkan, dan unsur-unsur lain yang diperlukan untuk melaksanakan suatu arah tindakan yang ditentukan. Suatu program biasanya harus pula didukung oleh modal dan anggaran operasi yang diperlukan. Dan suatu program biasanya juga dapat dibedakan menjadi dua, yakni ; program pokok dan program turunan. Dan suatu program pokok, biasanya memerlukan banyak program turunan, untuk mendukung keberhasilan program pokok tersebut.
-          Anggaran (budget)
Anggaran didalam sebuah rencana adalah laporan mengenai hasil-hasil yang diharapkan dan dinyatakan dengan angka-angka, oleh sebab itu seringkali program anggaran ini disebut juga program yang ‘diangkakan’. Namun anggaran tak hanya dapat dinyatakan dengan istilah-istilah keuangan, tetapi juga dapat melalui istilah-istilah jam kerja, satuan-satuan produk, jam-jam mesin, atau istilah lainnya yang dapat diukur dengan angka.
  1. Pengorganisasian
Orang-orang yang bekerjasama dalam suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan, haruslah memiliki peran untuk dimainkan. Dengan kata lain, didalam pengorganisasian didapatkan klasifikasi tugas, wewenang, tanggungjawab dan fungsi setiap anggota. Pengorganisasian merupakan bagian dari manajemen yang mencakup upaya penyusunan struktur peran secara sengaja untuk dilaksanakan orang-orang dalam sebuah perusahaan. Penyusunan struktur peran secara sengaja dimaksudkan adalah bahwa setiap orang memang dengan sengaja dikelompokkan berdasarkan kemampuan masing-masing, sehingga suatu tugas dapat terlaksana dengan baik. Didalam penngorganisasian juga dibedakan berdasarkan manajer dan bawahan. Dan manajer juga diberikan peranan untuk mengelompokkan anggotanya berdasarkan kemampuan masing-masing
  1. Pengisian Lowongan
Pengisian lowongan atau penataan staf mencakup upaya untuk mengisi, dan menjaga telah terisinya seluruh jabatan yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi tersebut. Fungsinya adalah untuk menyusun suatu persyaratan agar dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efektif. Pengisian lowongan juga mencakup berbagai seleksi dalam meletakkan anggota didalam suatu jabatan, seperti ; training (pelatihan), ataupun aktivitas pengembangan mutu calon karyawan dan karyawan yang telah ada agar dapat bekerja lebih efektif.
  1. Pemimpinan (leading)
Pemimpinan (leading) adalah proses mempengaruhi orang-orang agar mau berusaha bekerja secara antusias untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Dengan kata lain, pemimpinan berkaitan kepada aspek antarpribadi dalam mengelola. Oleh sebab itu, pemimpinan berkaitan kepada bagaimana seorang manajer dapat mengendalikan keinginan atau kepentingan pribadi mereka dalam mengendalikan bawahannya yang akan cenderung mengikuti manajernya.
  1. Pengendalian (Controling)
Pengendalian (controlling) adalah pengukuran dan koreksi terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu telah cocok dengan rencana. Kegiatan pengawasan / pengendalian ini biasanya berkaitan dengan pengukuran prestasi dalam pencapaian tujuan. Dan kemudian mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas apa yang dikendalikannya.
  1. Koordinasi
Banyak yang mengatakan bahwa fungsi koordinasi merupakan bagian yang terpisah dari fungsi seorang manajer. Tetapi jika dilihat kembali, koordinasi dapat berfungsi untuk melihat bagaimana pekerjaan setiap anggota dapat memberikan sumbangan kepada cita-cita yang dominan dalam perusahaan. Dan setiap manajerlah yang memberikan koordinasi karena ia lah yang lebih mengerti akan tujuan atau cita-cita perusahaan tersebut, dan kemudian mengarahkan kepada anggotanya agar tujuan tersebut dapat tercapai.



KESIMPULAN 

Walaupun teori dan ilmu manajemen itu tidak eksakdan relative masih muda, namun perkembangan pemikiran mengenai manajemen sebenarnya sudah ada sejak manusia berusaha mencapai tujuan dengan bekerja sama dalam kelompoknya.
Evolusi pemikiran manajemen atau bukti bahwa sebenarnya sebelum abad ke-duapuluh, atau sebelum pelopor-pelopor ilmu manajemen mulai menuliskan hasil pengamatannya dan kemudian menyebarluaskan ilmu tersebut keseisi dunia, teori atau pengamalan manajemen telah dilakukan oleh manusia jauh sebelum itu.
Terbukti dari banyaknya catatan dan ide yang berhubungann dengan manajemen yang ditemukan pada zaman kuno. Diantaranya adalah catatan dari orang Mesir, Yunani, Gereja Roma Katolik, Organisasi Kemiliteran Perancis (1790), serta para Kameralis (cendekiawan dan para administrator berkebangsaan Jerman dan Austria) pada abad keenam belas sampai kedelapan belas.
Selain evolusi atau sejarah perkembangan ilmu manajen, perlu juga diketahui mengenai pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan dalam ilmu manajemen, karena kesemua pendekatan tersebut sebenarnya memiliki inti tersendiri didalam ilmu manajemen.
Misalnya saja dalam pendekatan operasional dalam Manajemen yang didalamnya dijelaskan mengenai peran dan fungsi seorang manajer, atau pemimpin dalam aktivitas manajemen.



KRITIK DAN SARAN

Buku manajemen karya Harold Koontz/ Cyril O’Donnell/Heinz  Weihrich yang dicetak hingga cetakan kedelapan pada tahun 1996 ini memang menjabarkan pengertian mengenai manajemen, dan aspek-aspek manajemen lengkap dengan contoh-contoh, baik real maupun rekayasa. Contoh-contoh yang diambil secara real memang menarik, hal tersebut dapat memberikan bayangan lebih jelas mengenai manajemen dan fungsi manajemen itu sendiri, menjelaskan apa, bagaimana, mengapa sehingga suatu aspek dalam manejemen tersebut kemudian dianggap penting untuk dipelajari.
Akan tetapi, mungkin karena buku ini diterbitkan pada tahun yang agak lampau (1994), maka bahasa dan kosakatanya tidak begitu luwes dan sulit dipahami. Dan mungkin juga akibat cetakan  ini merupakan cetakan yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka terkadang bahasanya menjadi lebih sulit lagi. Maknanya sering berputar-putar, ambigu (memiliki dua makna), dan seringkali tidak berhubungan.
Dalam bab-bab serta subbab-subbab juga mengalami pengulangan yang menurut saya ‘tidak penting’. Dalam menjelaskan juga setengah-setengah, dan tiba-tiba saja dibahas lagi dalam bab baru di bab-bab berikutnya, sehingga kesannya buku ini boros sekali. Makna yang dijelaskan sedikit, tetapi ditulis berulang-ulang, sehingga membuat buku tersebut semakin tebal.
Saran saya dalam buku manajemen ini adalah, tentunya yang pertama adalah memperluwes kosakata penulisan, memperingkas atau menulis yang penting-penting saja, memberikan contoh yang lebih simple lagi, dan lebih memanajemen lagi struktur penulisan buku tersebut, sehingga pembaca lebih mudah memahami isi buku tersebut, mudah mengimplementasikannya, senang membaca bukunya, dan tertarik dengan ilmu manajemen yang tertuang dalam buku tersebut. Sehingga arah atau tujuan penulisan terlaksana dengan lebih efektif dan efisien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...