Minggu, 23 Februari 2014

Book Resume: Ideology and International Relations in the Modern World : Alan Cassels (translate & summary) - Bismarck and Monarchial Solidarity BAB V



 Mata kuliah Ideologi dan Ketahanan Nasional
SEMESTER II
 


BISMARCK DAN SOLIDARITAS MONARKI
Pada beberapa tahun setelah tahun 1870, garis lurus ideologi dalam hubungan internasional kembali kepada bentuk Pra Perang Krimea (Crimean War Shape), yakni perang yang terjadi antara kekaisaran Rusia melawan sekutu. Khususnya pada 6 Juni 1873, tiga kekuatan konservatif, yakni Austria-Hungaria, Rusia, dan Jerman Baru berkolaborasi dan membentuk Dreikaiserbund atau Liga Tiga Kaisar. Sebelumnya, kolaborasi antar ketiga Negara tersebut pernah dibicarakan dalam Konvensi Münchengrätz pada tahun 1833, dengan bahasan alasan tujuan yang juga sama dalam tujuan pembentukan Liga Tiga Kaisar saat ini. Awalnya gagasan untuk berkolaborasi muncul hanya diantara Austria – Hungaria, yang dilatarbelakangi oleh kesamaan rasa takut terhadap kebijakan kerja tujuan lintas damai yang dilancarkan oleh Kekaisaran Ottoman terhadap Wina dan St. Petersburg, yang kemudian bersatu pada tahun 1872. 
Selain itu Austria – Hungaria merupakan Negara yang sama-sama baru keluar dari kekuasaan Itali dan Jerman, dan keduanya tengah berupaya untuk memulihkan prestise mereka di Balkan. Hal tersebut yang kemudian mendorong keinginan untuk berkolaborasi, hingga pada tahun 1833, Prussia (Jerman Prusia) bergabung dalam kesepakatan dan sekaligus menegaskan keterikatan solidaritas monarkis diantara ketiganya. Konvensi Münchengrätz kemudian diselenggarakan, dengan agenda pertama yakni untuk melayani masalah di Wina dan St. Petersburg, membantu mencapai tujuan Austria-Hungaria, dan untuk menangani masalah Rusia yang tengah  berlindung dibelakang Perang Franko-Prusia dan niat baik kelompok Bismark untuk menanggalkan demiliterisasi paska perang Krimea di Laut Hitam.. Selain itu Dreikaiserbund (Liga Tiga Kaisar) juga berfungsi dalam perbaikan hubungan antara Austro-dan Rusia.
Seiring dengan munculnya Liga Tiga Kaisar, muncul ideology baru di era hubungan internasional, yang dikenal dengan sebutan Bismark. Paham Bismark mengusung simbol semangat kekuatan revolusioner, sebagaimana dilakukan oleh kaum Bonaparte di Perancis. Fokus perhatian Bismark memang terhadap Perancis, kelompok ini menentang adanya kekuasaan yang dipegang oleh tiga Negara besar, tetapi lebih baik apabila lima Negara besar, dengan salah satunya adalah Negara Perancis, dan menjadikan Perancis sebagai bündnisfähig (sekutu kredibel) dengan Prusia. Oleh sebab itu adanya pembentukan kerjasama Tiga Negara Konservatif (Liga Tiga Emperor) memiliki keterkaitan dengan paham Bismark, karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni menyatukan Austro dengan Rusia, yang selama ini memiliki hubungan sangat buruk, dengan warisan dendam turun-temurun, terutama saat kemenangan Prusia pada tahun 1870 terhadap Perancis.  
Akan tetapi, tujuan tersebut tidak tercapai dengan lancar, berbagai kendala berat terjadi, dan memuncak pada perang mengerikan tahun 1875, dengan Jerman sebagai pencetus perang pada tahun 1870. Kelompok Bismark muncul dan mengancam dengan diplomasi, akan tetapi upaya tersebut gagal, menjadi rekor pertama ketidak mampuan Liga Tiga Kaisar. Namun perang 1875 tersebut bukanlah hambatan besar satu-satunya, pada tahun 1820-an dan 1850-an muncul masalah yang lebih besar di Timur. Timur mendeklarasikan ideologinya yang disebut sebagai Slavisme, yang dipromosikan oleh Duta Pan-Slavisme Rusia di Konstantinopel. Munculnya ideology baru tersebut, seiring dengan diperintahkannya tentara Serbia oleh Rusia untuk merambah Balkan dan menantang Habsburg. Pembentukan Liga Tiga Kaisar selama kurun waktu hampir tiga tahun, justru membuka konflik, terutama setelah munculnya Pan-Slavisme yang diusung Rusia, dan Bismark yang dianut oleh Austro-Hungaria, yang terjalin dalam jalur Balkan, sementara itu disisi lain, kanselir Jerman berusaha menghindari keterlibatan langsung dalam konflik tersebut.
Dapat diprediksikan, krisis yang terjadi di Timur tersebut telah membawa Inggris keluar dalam kediamannya. Sebagaimana dalam Perang Krimea, reaksi Inggris sangat emosional dalam menanggapi perang Rusia dan Negara sekutunya. Hal ini dikarenakan masalah yang ditimbulkan oleh konflik tersebut yang dapat mengganggu jalur perdagangan dan hubungan Inggris ke India, selain itu dapat menimbulkan benturan filsafat politik, sebagaimana ditulis oleh Gladstone dalam Horrors Bulgaria (1876) mengenai Perang Krimea, yang terjual hingga 40.000 eksemplar dalam beberapa bulan. Selain itu, bertentangan dengan apa yang ditulis oleh Gladstone, yang lebih mendukung untung memerangi Perang Krimea dan berupaya untuk menghidupkan paham liberalisme idealis, Disraeli juga menulis mengenai konflik Timur ini, dalam tulisannya perang Timur di jalur Balkan ini, tidak hanya memberi dampak bagi benturan filsafat politik dan jalur perdagangan, akan tetapi juga kepada munculnya imperialisme baru yang akan merevolusi urusan internasional.

Actually this isn't my work part. This should belong to my friend. But he couldnt make it. So i help him. Although we are in the same team work. So... if he to long working this translate. He will put me too in dangerous. Anyway, Alan Cassels is one of my Favorite writers in International Relation. in his books, when i read it, always i could discover, explore, something new, or term that i never heard before. If u want to read the book also, u can mention me!

Love to share this Monday :) Have a Nice Day~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...