Mata kuliah Ideologi dan Ketahanan Nasional
SEMESTER II

BISMARCK DAN SOLIDARITAS MONARKI
Pada
beberapa tahun setelah tahun 1870, garis lurus ideologi dalam hubungan
internasional kembali kepada bentuk Pra Perang Krimea (Crimean War Shape), yakni perang yang terjadi antara kekaisaran
Rusia melawan sekutu. Khususnya pada 6 Juni 1873, tiga kekuatan konservatif,
yakni Austria-Hungaria, Rusia, dan Jerman Baru berkolaborasi dan membentuk Dreikaiserbund atau Liga Tiga Kaisar. Sebelumnya,
kolaborasi antar ketiga Negara tersebut pernah dibicarakan dalam Konvensi
Münchengrätz pada tahun 1833, dengan bahasan alasan tujuan yang juga sama dalam
tujuan pembentukan Liga Tiga Kaisar saat ini. Awalnya gagasan untuk
berkolaborasi muncul hanya diantara Austria – Hungaria, yang dilatarbelakangi
oleh kesamaan rasa takut terhadap kebijakan kerja tujuan lintas damai yang
dilancarkan oleh Kekaisaran Ottoman terhadap Wina dan St. Petersburg, yang
kemudian bersatu pada tahun 1872.
Selain itu Austria – Hungaria merupakan
Negara yang sama-sama baru keluar dari kekuasaan Itali dan Jerman, dan keduanya
tengah berupaya untuk memulihkan prestise mereka di Balkan. Hal tersebut yang
kemudian mendorong keinginan untuk berkolaborasi, hingga pada tahun 1833,
Prussia (Jerman Prusia) bergabung dalam kesepakatan dan sekaligus menegaskan
keterikatan solidaritas monarkis diantara ketiganya. Konvensi Münchengrätz
kemudian diselenggarakan, dengan agenda pertama yakni untuk melayani masalah di
Wina dan St. Petersburg, membantu mencapai tujuan Austria-Hungaria, dan untuk
menangani masalah Rusia yang tengah berlindung
dibelakang Perang Franko-Prusia dan niat baik kelompok Bismark untuk
menanggalkan demiliterisasi paska perang Krimea di Laut Hitam.. Selain itu Dreikaiserbund (Liga Tiga Kaisar) juga
berfungsi dalam perbaikan hubungan antara Austro-dan Rusia.
Seiring
dengan munculnya Liga Tiga Kaisar, muncul ideology baru di era hubungan
internasional, yang dikenal dengan sebutan Bismark. Paham Bismark mengusung
simbol semangat kekuatan revolusioner, sebagaimana dilakukan oleh kaum
Bonaparte di Perancis. Fokus perhatian Bismark memang terhadap Perancis,
kelompok ini menentang adanya kekuasaan yang dipegang oleh tiga Negara besar,
tetapi lebih baik apabila lima Negara besar, dengan salah satunya adalah Negara
Perancis, dan menjadikan Perancis sebagai bündnisfähig (sekutu kredibel)
dengan Prusia. Oleh sebab itu adanya pembentukan kerjasama Tiga Negara
Konservatif (Liga Tiga Emperor) memiliki keterkaitan dengan paham Bismark,
karena keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni menyatukan Austro dengan
Rusia, yang selama ini memiliki hubungan sangat buruk, dengan warisan dendam
turun-temurun, terutama saat kemenangan Prusia pada tahun 1870 terhadap
Perancis.
Akan
tetapi, tujuan tersebut tidak tercapai dengan lancar, berbagai kendala berat
terjadi, dan memuncak pada perang mengerikan tahun 1875, dengan Jerman sebagai
pencetus perang pada tahun 1870. Kelompok Bismark muncul dan mengancam dengan
diplomasi, akan tetapi upaya tersebut gagal, menjadi rekor pertama ketidak
mampuan Liga Tiga Kaisar. Namun perang 1875 tersebut bukanlah hambatan besar
satu-satunya, pada tahun 1820-an dan 1850-an muncul masalah yang lebih besar di
Timur. Timur mendeklarasikan ideologinya yang disebut sebagai Slavisme, yang
dipromosikan oleh Duta Pan-Slavisme Rusia di Konstantinopel. Munculnya ideology
baru tersebut, seiring dengan diperintahkannya tentara Serbia oleh Rusia untuk
merambah Balkan dan menantang Habsburg. Pembentukan Liga Tiga Kaisar selama
kurun waktu hampir tiga tahun, justru membuka konflik, terutama setelah
munculnya Pan-Slavisme yang diusung Rusia, dan Bismark yang dianut oleh
Austro-Hungaria, yang terjalin dalam jalur Balkan, sementara itu disisi lain,
kanselir Jerman berusaha menghindari keterlibatan langsung dalam konflik
tersebut.
Dapat
diprediksikan, krisis yang terjadi di Timur tersebut telah membawa Inggris
keluar dalam kediamannya. Sebagaimana dalam Perang Krimea, reaksi Inggris
sangat emosional dalam menanggapi perang Rusia dan Negara sekutunya. Hal ini
dikarenakan masalah yang ditimbulkan oleh konflik tersebut yang dapat mengganggu
jalur perdagangan dan hubungan Inggris ke India, selain itu dapat menimbulkan
benturan filsafat politik, sebagaimana ditulis oleh Gladstone dalam Horrors Bulgaria (1876) mengenai Perang
Krimea, yang terjual hingga 40.000 eksemplar dalam beberapa bulan. Selain itu,
bertentangan dengan apa yang ditulis oleh Gladstone, yang lebih mendukung
untung memerangi Perang Krimea dan berupaya untuk menghidupkan paham
liberalisme idealis, Disraeli juga menulis mengenai konflik Timur ini, dalam
tulisannya perang Timur di jalur Balkan ini, tidak hanya memberi dampak bagi
benturan filsafat politik dan jalur perdagangan, akan tetapi juga kepada
munculnya imperialisme baru yang akan merevolusi urusan internasional.
Actually this isn't my work part. This should belong to my friend. But he couldnt make it. So i help him. Although we are in the same team work. So... if he to long working this translate. He will put me too in dangerous. Anyway, Alan Cassels is one of my Favorite writers in International Relation. in his books, when i read it, always i could discover, explore, something new, or term that i never heard before. If u want to read the book also, u can mention me!
Love to share this Monday :) Have a Nice Day~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar