Mata kuliah Teori Diplomasi Indonesia
SEMESTER V
SEMESTER V

“Thirteen Days”
By: Georg Sorensen
Resume ini
ditujukan guna memenuhi tugas pengganti Ujian Tengah Semester (UTS) Diplomasi
Indonesia. Resume ini bersumber
kepada film 13 Days yang disutradarai
oleh Roger Donaldson. Film ini merupakan refleksi terhadap peristiwa Misil Kuba
pada tahun 1962, yang diambil dari perspektif kepemimpinan politik Amerika Serikat.
Film ini juga merupakan film yang diangkat dari buku berjudul serupa yang
ditulis oleh mantan Jaksa Agung, Robert F. Kennedy.
Aktor-aktor yang diangkat dalam film ini, diantaranya
ialah: 1) Kenneth O’Donnell (Special
Assistant to the President); 2) Presiden John F. Kennedy; 3) Jacqueline
Kennedy (istri Presiden/ First Lady);
4) Steven Culp (Jaksa Agung Presiden); 5) Robert McNamara (Secretary Defense); 6) Helen O’Donnell (Istri Kenneth O’Donnell);
6) Adlai Stevenson (Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB); 7) Jenderal Maxwell
Taylor (Ketua gabungan Kepala Staf); 8) McGeorge Bundy (National Security Adviser); 9) Letnan Jendral Marshall Carter
(Deputi Direktur CIA); 10) Curtis LeMay (Kepala Staf Angkatan Udara); 11) Ted
Sorensen (Special Consel to the
President); 12) Dean Acheson; 13) Mayor Rudolf Anderson; 14) Andrei Gromyko
(Menteri Luar Negeri Soviet); 14) Anatoly Dobrynin (Duta Besar Soviet ke
Amerika); 15) Richard J. Daley; 16) Walter Sheridan; 17) Valerian Zorin (Duta
Besar Soviet untuk PBB); 18) Dean Rusk (Secretary
of State); 19) Lyndon B. Johnson (Wakil Presiden); 20) William Ecker
(Komandan Amerika Serikat); 21) George Whelan Anderson, Jr (Admiral); 22)
Pierre Salinger (Sekretaris Pers); 23) John McCone (Central Intelligence Agency); 24) Aleksander Fomin.
Peristiwa ini bermula ketika Ted Sorensen (Special Consel to the President)
melaporkan bahwa pesawat U2 Amerika Serikat mengambil foto rudal balistik jarak
menengah Soviet di Kuba (MRBM’s), rudal tersebut diketahui bernama SS-4 Sandal
yang dapat menempuh jarak ribuan mil dengan 3 megaton nuklir dikepalanya. Pengambilan
foto tersebut sekaligus menunjukkan bahwa Soviet sepertinya tengah berupaya
untuk melanjutkan pembangunan senjata konvensionalnya di Kuba.
DIketahui ada 32 misil yang tengah dikerjakan oleh
kira-kira 3400 orang tentara Soviet, dan kota-kota Amerika Serikat beserta
instalasi militer Amerika Serikat di wilayah Tenggara dan paling jauh wilayah
Utara Washington DC berada dalam jarak jangkauan senjata tersebut. Apabila
senjata tersebut berhasil diluncurkan, maka diperkirakan hanya dalam waktu 5
menit, Amerika Serikat mampu menyelamatkan diri, namun dalam perkiraan waktu
tersebut, mustahil dapat menyelamatkan keseluruhan rakyat Amerika Serikat dan
instalasi militer, setidaknya dalam waktu tersebut, 8 juta rakyat Amerika
Serikat akan terancam tewas. Jenderal Taylor juga memperkirakan bahwa senjata
Soviet tersebut akan selesai pengerjaannya dalam waktu 10 – 14 hari, dan
mungkin lebih cepat lagi, untuk itu harus segera dilakukan perundingan untuk
menyelesaikan peristiwa lanjutan yang tidak diinginkan.
Berdasarkan perundingan awal yang diselenggarakan,
terdapat beberapa tanggapan, salah satunya adalah berasal dari secretary of state, Dean Rusk. Berdasarkan
tanggapan Dean, aggressor tidak boleh menjadi lebih agresif, oleh sebab itu
tindakan yang diambil tidak boleh melakukan kekerasan serupa, terutama
penggunaan nuklir. Selain itu, tindakan militer juga dapat membawa konsekuensi
terhadap semakin buruknya hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan Uni
Soviet. Dean menyarankan solusi yang sebaiknya diambil ialah dengan mengatur
strategi untuk memindahkan rudal tersebut. Salah satu strateginya ialah dengan
mengkombinasikan tekanan internasional, sekutu, sampai Soviet menyerah. Namun
apabila penekanan internasional tidak berhasil, dapat dilakukan strategi kedua,
yakni dengan menyerang Soviet melalui serangan udara.
Strategi penyerangan udara Dean disepakati oleh Robert
McNamara (Secretary Defense) dan
Jenderal Taylor, dengan penambahan bahwa penyerangan udara tersebut harus
dilakukan sebelum rudal Soviet beroperasi. Untuk itu, dalam tanggapan McNamara,
seharusnya strategi penyerangan udara dijadikan sebagai strategi inti.
Namun, pendapat McNamara tidak disepakati oleh Kenneth
O’Donnell, Kenneth beranggapan bahwa apabila serangan udara tersebut membunuh
tentara-tentara Soviet, hal itu justru akan memicu Soviet untuk melakukan
penyerangan balasan. Soviet akan menyerang Berlin, dan akan semakin berbahaya
apabila Soviet juga menyerang Markas Besar NATO di Berlin. Pada akhirnya rapat
tersebut tidak menghasilkan kesepakatan. Untuk itu kemudian diselenggarakan
kongres kembali, yang tidak hanya mencari titik terang atas cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut, tetapi juga untuk mencari dan menentukan
orang-orang tertentu yang akan dibentuk dalam misi menyelesaikan permasalahan
tersebut. Pada kongres itu juga akan disarankan pembentukan tim khusus yang
dinamakan EXCOM (Executive Committee of
the National Security Council).
Pada kongres kedua, dirundingkan kembali mengenai masalah
Misil Kuba tersebut. Beberapa berpendapat bahwa cara diplomatik tidak efektif
dalam menyelesaikan masalah tersebut, karena terlalu mahal, terlalu lama, dan
terlalu lemah. Sementara kenyataannya, Amerika Serikat memiliki persenjataan yang
kuat untuk melawan Soviet. Namun beberapa yang lainnya tetap mempertahankan
solusi terbaik adalah melalui jalur diplomatik. Terdapat beberapa rekomendasi
saran dalam kongres ini, yaitu: 1) menghentikan rudal Soviet; 2) melakukan
serangan udara lebih besar untuk melawan kekuatan Soviet; 3) Invasi. Pada
akhirnya, disepakati akan mengambil rekomendasi pertama, yaitu mencari jalan
untuk mengentikan rudal Soviet. Namun, pengambilan kesimpulan tersebut tetap
mengandung kontra dari peserta Kongres, beberapa menyatakan bahwa rekomendasi
tindakan tersebut tidak dapat dilakukan secara terpisah, itu bukanlah sebuah
pilihan, namun langkah yang harus dikerjakan satu demi satu. Langkah 1 adalah
untuk menarik semua rudal dalam waktu 12-24 jam, jika Soviet melakukan tindakan
penolakan, maka dilakukan langkah 2 diikuti dengan langkah 3 yaitu invasi, dan
apabila hingga pada langkah ketiga, Soviet melakukan tindakan penyerangan, maka
akan dilakukan langkah terakhir yaitu melalui serangan Nuklir. Pada kongres
tersebut, tampak tim Dean Acheson bersikeras ingin melakukan penyerangan,
serangan adalah jalan terbaik yang mereka anggap dalam menyelesaikan masalah
rudal Kuba tersebut.
Pada Rabu, 17 Oktober 1962, Presiden Amerika Serikat tiba
di Connecticut, sesampainya ia disana, bersama tim nya, ia kembali merundingkan
mengenai hasil rapat sebelumnya, dan mereka tetap yakin bahwa agresi bukanlah
jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah Kuba. Sementara itu, pada Kamis, 18
Oktober 1962, dilaporkan telah terdeteksi dibangunnya 40 rudal Soviet di Kuba
dengan jarak kemampuan menyerang lebih jauh, dan diyakini mampu menghancurkan
seluruh Amerika Serikat, kecuali kawasan Seattle. Atas penemuan tersebut,
Jenderal Curtis LeMay (Air Force Chef
Staff) semakin bersikeras ingin segera melakukan penyerangan balasan, ia
berpendapat bahwa pembicaraan politik dan blockade hanyalah respon yang diambil
oleh negara-negara netral dan lemah, bukan negara kuat seperti Amerika.
Sementara itu, Pers Amerika Serikat mulai mengetahui
adanya masalah yang terjadi, terutama setelah mereka menemukan adanya latihan
militer Amerika yang mencurigakan. Untuk itu, Presiden Amerika Serikat kemudian
mengundang Duta Besar Rusia – Dobrynin pada 13 September, untuk menanyakan
alasan mengapa rudal dan senjata penyerangan Rusia ditempatkan di Kuba.
Peletakkan senjata dan rudal Soviet di Kuba akan menjadi ancaman besar bagi
keamanan nasional Amerika. Pada pertemuan tersebut, disaksikan oleh Pers,
Dobrynin mengelak dan menyatakan bahwa itu hanya bantuan militer Rusia kepada
Kuba dan hanya berupa pertahanan biasa.
Jumat, 19 September 1962, Presiden sampai di Chicago
untuk menggelar konseling dengan Pers. Namun pada Sabtu 20 September 1962,
konseling tersebut dibatalkan atas alasan kesehatan Presiden yang harus
mengembalikannya ke Washington DC. Sesampainya di Washington, diadakan
pertemuan kembali untuk membahas masalah rudal di Kuba tersebut, dan pada rapat
tersebut, diambil kesimpulan yaitu melakukan blockade senjata ke Kuba sebagai
alternative terbaik, dibantu dengan OAS yang akan memberikan payung hukum.
Sementara itu, dilaporkan 20 – 30 kapal perang Soviet
sedang dalam perjalanan ke Kuba, dalam jarak 800 mil. Angkatan Laut Amerika
Serikat akan menghentikan sampainya kapal-kapal tersebut ke Kuba, untuk
mencegah senjata-senjata masuk ke Kuba. Cara tersebut akan mampu mengulur
kesempatan Uni Soviet melakukan penyerangan. Pada kelanjutan rapat, didapatkan
3 alternatif baru dalam menyelesaikan masalah misil di Kuba, yakni: 1)
melakukan karantina; 2) serangan udara; 3) mengeluarkan Guantanamo dan Rudal
Amerika Serikat yang ada di Turkey untuk memaksa Soviet mengeluarkan rudal
mereka, alternative solusi ketiga ini merupakan alternative yang disarankan
oleh Adlai Stevenson. Akan tetapi saran dari Adlai ditolak keras oleh Presiden.
Senin, 22 September 1962, Presiden Kennedy mengumumkan
pada publik Amerika melalui pidatonya yang dibuat oleh Ted Sorensen, mengenai
tindakan akhir yang telah dipilih sebagai cara untuk menyelesaikan masalah
misil di Kuba, yaitu mengenai karantina dan serangan udara. Pidato tersebut
bertopik “Keadaan Nasional yang Mendesak Tingkat Tinggi” dan disiarkan
diseluruh stasiun media Amerika Serikat.
Selasa, 23 September 1962, atas respon Soviet, Soviet
mengirimkan telegram yang menyatakan bahwa Amerika Serikat telah melanggar
aturan Kebebasan Hak Asasi di Laut (Freedom
of the Sea) karena telah menghentikan kapal-kapal Soviet. Sebagai balasan,
Kruschev mengirimkan 25 kapalnya dari Kuba menuju ke Amerika. Kemudian
dirundingkan kembali mengenai respon atas datangnya kapal-kapal Soviet
tersebut. Perundingan tersebut mengambil kesimpulan atas 3 tindakan, yaitu 1)
kapal Soviet yang masuk ke perairan Amerika akan diperiksa apakah membawa
persenjataan atau tidak; 2) Apabila terbukti membawa senjata, maka kapal
tersebut akan diusir atau ditarik ke wilayah terdekat; 3) apabila kapal
tersebut menolak untuk diusir ataupun ditarik, maka akan ditembakkan peluru
peringatan; 4) Apabila tembakan peringatan tidak dihiraukan maka akan dilakukan
penembakan untuk melumpuhkan. Namun Presiden menolak keras adanya penembakan
tersebut.
25 Oktober 1962, diselenggarakan pertemuan besar dengan seluruh
perwakilan negara, termasuk wakil negara Kuba, wakil negara Soviet – Duta Besar
Zorin, serta Mr. Stevenson sebagai perwakilan dari negara Amerika. Soviet mengecam
bahwa Amerika tengah menuduhnya mengirimkan senjata ke Kuba tanpa bukti nyata,
dan mengancam bahwa semua tindakan Amerika yang tidak relevan tersebut akan
dapat membawa masyarakat dunia kedalam bencana yang fatal. Namun pernyataan
Soviet tersebut berhasil ditepis Stevenson dengan mengeluarkan bukti berupa
foto-foto nyata pembangunan misil di Kuba oleh tentara-tentara Soviet, yang
diambil dari udara pada 14 Oktober. Stevenson membalas Zorin dengan pertanyaan
“Apakah betul Soviet tengah membangun dan meletakkan rudalnya di Kuba?”, namun
Duta Besar Zorin mengelak dan menolak untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan
alasan bahwa pertanyaan tersebut terdapat unsur penuduhan.
Permasalahan misil di Kuba mulai mencapai akhir yang
terang, ketika saluran komunikasi Perdana Menteri Rusia Kruschev, yakni
Aleksander Fomin menyampaikan pesan pada Presiden Amerika bahwa Soviet akan
memindahkan rudalnya apabila Amerika Serikat berjanji untuk tidak menginvasi
Kuba ataupun menurunkan Castro. Namun pesan pertama yang disampaikan tersebut
terkesan hanya merupakan taktik untuk mengulur Amerika agar Soviet dapat
menyelesaikan pembangunan rudalnya tersebut, dibuktikan dengan pengamatan
Amerika di Kuba melalui udara, bahwa pembangunan rudal di Kuba tersebut masih
berlanjut. Hingga Presiden Amerika Kennedy bersama dengan asisten spesialnya –
Kenneth O’Donnell mendatangi kedutaan Soviet dan kembali mendiplomasikan agar
Soviet segera memindahkan rudalnya, agar perang tidak terpecah. Cara tersebut
membuahkan hasil, Soviet mengirimkan pesan kembali dan menyatakan bahwa mereka
akan menarik dan membongkar senjatanya di Kuba kembali ke Soviet untuk
menghindari hal yang lebih fatal terjadi.
Berdasarkan alur film Thirteen
Days tersebut, diketahui bahwa pembangunan sebuah senjata konvensional
seperti jenis rudal yang di bangun di Kuba oleh Soviet tersebut akan
menimbulkan ketegangan dunia internasional, memicu perang, khususnya bagi
Amerika karena rudal tersebut memiliki jarak tempuh serang yang mengarah kepada
kawasan di Amerika. Apabila rudal tersebut berhasil dioperasikan, tidak dapat
disangkal bahwa hal ini akan menjadi awal bagi terpecahnya Perang Dunia III. Berkaitan
kepada alasan Soviet melakukan tindakan berbahaya tersebut dalam film ini
diduga terkait adanya kepentingan politik Soviet terhadap Amerika, tentunya
karena keduanya merupakan negara adidaya, dengan hancurnya Amerika, Soviet
dapat menjadi satu-satunya negara adidaya di dunia, dan tentunya akan berdampak
bagi perolehan kepentingan-kepentingan Soviet lainnya di dunia. Cara
penyelesaian dalam kasus Thirteen Days ini
seperti dapat dilihat dalam ringkasan alur cerita tersebut, Amerika berhasil
menyelesaikan masalah melalui langkah-langkah diplomasi dan gertakan-gertakan
peringatan untuk Soviet. Dalam kasus ini tidak ada korban yang tewas, kecuali
Mayor Rudolf Anderson pada tanggal 27 Oktober 1962 dalam misi operasinya
menangkap perkembangan tindakan Soviet di Kuba.
Jumlah
kata : 1,832 kata
PS: Actually, i took this course, twice, at 4th Semester, and 5th Semester. this is not because i had problem like usually teenagers had it. But its totally because in that day, i think very un optimal. The small class in entering by maybe 200 - 400 student. and lot of we cant studying in the class.
I am the person who always late got studying IN the class. I always sit outside. And ofcourse i cannot hear anything. I dont know if my lecture giving homework, and so on. Ooooh... and with sooo many people like that, and of course they are still a "kid", the class atmosphere became progressively worse. Because they act like APES!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar