Sabtu, 01 Maret 2014

Movies Resume : Georg Sorensen : Thirteen Days


Mata kuliah Teori Diplomasi Indonesia
SEMESTER V
  




“Thirteen Days”
By: Georg Sorensen

Resume ini ditujukan guna memenuhi tugas pengganti Ujian Tengah Semester (UTS) Diplomasi Indonesia. Resume ini bersumber kepada film 13 Days yang disutradarai oleh Roger Donaldson. Film ini merupakan refleksi terhadap peristiwa Misil Kuba pada tahun 1962, yang diambil dari perspektif kepemimpinan politik Amerika Serikat. Film ini juga merupakan film yang diangkat dari buku berjudul serupa yang ditulis oleh mantan Jaksa Agung, Robert F. Kennedy.
Aktor-aktor yang diangkat dalam film ini, diantaranya ialah: 1) Kenneth O’Donnell (Special Assistant to the President); 2) Presiden John F. Kennedy; 3) Jacqueline Kennedy (istri Presiden/ First Lady); 4) Steven Culp (Jaksa Agung Presiden); 5) Robert McNamara (Secretary Defense); 6) Helen O’Donnell (Istri Kenneth O’Donnell); 6) Adlai Stevenson (Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB); 7) Jenderal Maxwell Taylor (Ketua gabungan Kepala Staf); 8) McGeorge Bundy (National Security Adviser); 9) Letnan Jendral Marshall Carter (Deputi Direktur CIA); 10) Curtis LeMay (Kepala Staf Angkatan Udara); 11) Ted Sorensen (Special Consel to the President); 12) Dean Acheson; 13) Mayor Rudolf Anderson; 14) Andrei Gromyko (Menteri Luar Negeri Soviet); 14) Anatoly Dobrynin (Duta Besar Soviet ke Amerika); 15) Richard J. Daley; 16) Walter Sheridan; 17) Valerian Zorin (Duta Besar Soviet untuk PBB); 18) Dean Rusk (Secretary of State); 19) Lyndon B. Johnson (Wakil Presiden); 20) William Ecker (Komandan Amerika Serikat); 21) George Whelan Anderson, Jr (Admiral); 22) Pierre Salinger (Sekretaris Pers); 23) John McCone (Central Intelligence Agency); 24) Aleksander Fomin.
Peristiwa ini bermula ketika Ted Sorensen (Special Consel to the President) melaporkan bahwa pesawat U2 Amerika Serikat mengambil foto rudal balistik jarak menengah Soviet di Kuba (MRBM’s), rudal tersebut diketahui bernama SS-4 Sandal yang dapat menempuh jarak ribuan mil dengan 3 megaton nuklir dikepalanya. Pengambilan foto tersebut sekaligus menunjukkan bahwa Soviet sepertinya tengah berupaya untuk melanjutkan pembangunan senjata konvensionalnya di Kuba.
DIketahui ada 32 misil yang tengah dikerjakan oleh kira-kira 3400 orang tentara Soviet, dan kota-kota Amerika Serikat beserta instalasi militer Amerika Serikat di wilayah Tenggara dan paling jauh wilayah Utara Washington DC berada dalam jarak jangkauan senjata tersebut. Apabila senjata tersebut berhasil diluncurkan, maka diperkirakan hanya dalam waktu 5 menit, Amerika Serikat mampu menyelamatkan diri, namun dalam perkiraan waktu tersebut, mustahil dapat menyelamatkan keseluruhan rakyat Amerika Serikat dan instalasi militer, setidaknya dalam waktu tersebut, 8 juta rakyat Amerika Serikat akan terancam tewas. Jenderal Taylor juga memperkirakan bahwa senjata Soviet tersebut akan selesai pengerjaannya dalam waktu 10 – 14 hari, dan mungkin lebih cepat lagi, untuk itu harus segera dilakukan perundingan untuk menyelesaikan peristiwa lanjutan yang tidak diinginkan.
Berdasarkan perundingan awal yang diselenggarakan, terdapat beberapa tanggapan, salah satunya adalah berasal dari secretary of state, Dean Rusk. Berdasarkan tanggapan Dean, aggressor tidak boleh menjadi lebih agresif, oleh sebab itu tindakan yang diambil tidak boleh melakukan kekerasan serupa, terutama penggunaan nuklir. Selain itu, tindakan militer juga dapat membawa konsekuensi terhadap semakin buruknya hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Dean menyarankan solusi yang sebaiknya diambil ialah dengan mengatur strategi untuk memindahkan rudal tersebut. Salah satu strateginya ialah dengan mengkombinasikan tekanan internasional, sekutu, sampai Soviet menyerah. Namun apabila penekanan internasional tidak berhasil, dapat dilakukan strategi kedua, yakni dengan menyerang Soviet melalui serangan udara.
Strategi penyerangan udara Dean disepakati oleh Robert McNamara (Secretary Defense) dan Jenderal Taylor, dengan penambahan bahwa penyerangan udara tersebut harus dilakukan sebelum rudal Soviet beroperasi. Untuk itu, dalam tanggapan McNamara, seharusnya strategi penyerangan udara dijadikan sebagai strategi inti.
Namun, pendapat McNamara tidak disepakati oleh Kenneth O’Donnell, Kenneth beranggapan bahwa apabila serangan udara tersebut membunuh tentara-tentara Soviet, hal itu justru akan memicu Soviet untuk melakukan penyerangan balasan. Soviet akan menyerang Berlin, dan akan semakin berbahaya apabila Soviet juga menyerang Markas Besar NATO di Berlin. Pada akhirnya rapat tersebut tidak menghasilkan kesepakatan. Untuk itu kemudian diselenggarakan kongres kembali, yang tidak hanya mencari titik terang atas cara untuk menyelesaikan masalah tersebut, tetapi juga untuk mencari dan menentukan orang-orang tertentu yang akan dibentuk dalam misi menyelesaikan permasalahan tersebut. Pada kongres itu juga akan disarankan pembentukan tim khusus yang dinamakan EXCOM (Executive Committee of the National Security Council).
Pada kongres kedua, dirundingkan kembali mengenai masalah Misil Kuba tersebut. Beberapa berpendapat bahwa cara diplomatik tidak efektif dalam menyelesaikan masalah tersebut, karena terlalu mahal, terlalu lama, dan terlalu lemah. Sementara kenyataannya, Amerika Serikat memiliki persenjataan yang kuat untuk melawan Soviet. Namun beberapa yang lainnya tetap mempertahankan solusi terbaik adalah melalui jalur diplomatik. Terdapat beberapa rekomendasi saran dalam kongres ini, yaitu: 1) menghentikan rudal Soviet; 2) melakukan serangan udara lebih besar untuk melawan kekuatan Soviet; 3) Invasi. Pada akhirnya, disepakati akan mengambil rekomendasi pertama, yaitu mencari jalan untuk mengentikan rudal Soviet. Namun, pengambilan kesimpulan tersebut tetap mengandung kontra dari peserta Kongres, beberapa menyatakan bahwa rekomendasi tindakan tersebut tidak dapat dilakukan secara terpisah, itu bukanlah sebuah pilihan, namun langkah yang harus dikerjakan satu demi satu. Langkah 1 adalah untuk menarik semua rudal dalam waktu 12-24 jam, jika Soviet melakukan tindakan penolakan, maka dilakukan langkah 2 diikuti dengan langkah 3 yaitu invasi, dan apabila hingga pada langkah ketiga, Soviet melakukan tindakan penyerangan, maka akan dilakukan langkah terakhir yaitu melalui serangan Nuklir. Pada kongres tersebut, tampak tim Dean Acheson bersikeras ingin melakukan penyerangan, serangan adalah jalan terbaik yang mereka anggap dalam menyelesaikan masalah rudal Kuba tersebut.
Pada Rabu, 17 Oktober 1962, Presiden Amerika Serikat tiba di Connecticut, sesampainya ia disana, bersama tim nya, ia kembali merundingkan mengenai hasil rapat sebelumnya, dan mereka tetap yakin bahwa agresi bukanlah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah Kuba. Sementara itu, pada Kamis, 18 Oktober 1962, dilaporkan telah terdeteksi dibangunnya 40 rudal Soviet di Kuba dengan jarak kemampuan menyerang lebih jauh, dan diyakini mampu menghancurkan seluruh Amerika Serikat, kecuali kawasan Seattle. Atas penemuan tersebut, Jenderal Curtis LeMay (Air Force Chef Staff) semakin bersikeras ingin segera melakukan penyerangan balasan, ia berpendapat bahwa pembicaraan politik dan blockade hanyalah respon yang diambil oleh negara-negara netral dan lemah, bukan negara kuat seperti Amerika.
Sementara itu, Pers Amerika Serikat mulai mengetahui adanya masalah yang terjadi, terutama setelah mereka menemukan adanya latihan militer Amerika yang mencurigakan. Untuk itu, Presiden Amerika Serikat kemudian mengundang Duta Besar Rusia – Dobrynin pada 13 September, untuk menanyakan alasan mengapa rudal dan senjata penyerangan Rusia ditempatkan di Kuba. Peletakkan senjata dan rudal Soviet di Kuba akan menjadi ancaman besar bagi keamanan nasional Amerika. Pada pertemuan tersebut, disaksikan oleh Pers, Dobrynin mengelak dan menyatakan bahwa itu hanya bantuan militer Rusia kepada Kuba dan hanya berupa pertahanan biasa.
Jumat, 19 September 1962, Presiden sampai di Chicago untuk menggelar konseling dengan Pers. Namun pada Sabtu 20 September 1962, konseling tersebut dibatalkan atas alasan kesehatan Presiden yang harus mengembalikannya ke Washington DC. Sesampainya di Washington, diadakan pertemuan kembali untuk membahas masalah rudal di Kuba tersebut, dan pada rapat tersebut, diambil kesimpulan yaitu melakukan blockade senjata ke Kuba sebagai alternative terbaik, dibantu dengan OAS yang akan memberikan payung hukum.
Sementara itu, dilaporkan 20 – 30 kapal perang Soviet sedang dalam perjalanan ke Kuba, dalam jarak 800 mil. Angkatan Laut Amerika Serikat akan menghentikan sampainya kapal-kapal tersebut ke Kuba, untuk mencegah senjata-senjata masuk ke Kuba. Cara tersebut akan mampu mengulur kesempatan Uni Soviet melakukan penyerangan. Pada kelanjutan rapat, didapatkan 3 alternatif baru dalam menyelesaikan masalah misil di Kuba, yakni: 1) melakukan karantina; 2) serangan udara; 3) mengeluarkan Guantanamo dan Rudal Amerika Serikat yang ada di Turkey untuk memaksa Soviet mengeluarkan rudal mereka, alternative solusi ketiga ini merupakan alternative yang disarankan oleh Adlai Stevenson. Akan tetapi saran dari Adlai ditolak keras oleh Presiden.
Senin, 22 September 1962, Presiden Kennedy mengumumkan pada publik Amerika melalui pidatonya yang dibuat oleh Ted Sorensen, mengenai tindakan akhir yang telah dipilih sebagai cara untuk menyelesaikan masalah misil di Kuba, yaitu mengenai karantina dan serangan udara. Pidato tersebut bertopik “Keadaan Nasional yang Mendesak Tingkat Tinggi” dan disiarkan diseluruh stasiun media Amerika Serikat.
Selasa, 23 September 1962, atas respon Soviet, Soviet mengirimkan telegram yang menyatakan bahwa Amerika Serikat telah melanggar aturan Kebebasan Hak Asasi di Laut (Freedom of the Sea) karena telah menghentikan kapal-kapal Soviet. Sebagai balasan, Kruschev mengirimkan 25 kapalnya dari Kuba menuju ke Amerika. Kemudian dirundingkan kembali mengenai respon atas datangnya kapal-kapal Soviet tersebut. Perundingan tersebut mengambil kesimpulan atas 3 tindakan, yaitu 1) kapal Soviet yang masuk ke perairan Amerika akan diperiksa apakah membawa persenjataan atau tidak; 2) Apabila terbukti membawa senjata, maka kapal tersebut akan diusir atau ditarik ke wilayah terdekat; 3) apabila kapal tersebut menolak untuk diusir ataupun ditarik, maka akan ditembakkan peluru peringatan; 4) Apabila tembakan peringatan tidak dihiraukan maka akan dilakukan penembakan untuk melumpuhkan. Namun Presiden menolak keras adanya penembakan tersebut.
25 Oktober 1962, diselenggarakan pertemuan besar dengan seluruh perwakilan negara, termasuk wakil negara Kuba, wakil negara Soviet – Duta Besar Zorin, serta Mr. Stevenson sebagai perwakilan dari negara Amerika. Soviet mengecam bahwa Amerika tengah menuduhnya mengirimkan senjata ke Kuba tanpa bukti nyata, dan mengancam bahwa semua tindakan Amerika yang tidak relevan tersebut akan dapat membawa masyarakat dunia kedalam bencana yang fatal. Namun pernyataan Soviet tersebut berhasil ditepis Stevenson dengan mengeluarkan bukti berupa foto-foto nyata pembangunan misil di Kuba oleh tentara-tentara Soviet, yang diambil dari udara pada 14 Oktober. Stevenson membalas Zorin dengan pertanyaan “Apakah betul Soviet tengah membangun dan meletakkan rudalnya di Kuba?”, namun Duta Besar Zorin mengelak dan menolak untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan alasan bahwa pertanyaan tersebut terdapat unsur penuduhan.
Permasalahan misil di Kuba mulai mencapai akhir yang terang, ketika saluran komunikasi Perdana Menteri Rusia Kruschev, yakni Aleksander Fomin menyampaikan pesan pada Presiden Amerika bahwa Soviet akan memindahkan rudalnya apabila Amerika Serikat berjanji untuk tidak menginvasi Kuba ataupun menurunkan Castro. Namun pesan pertama yang disampaikan tersebut terkesan hanya merupakan taktik untuk mengulur Amerika agar Soviet dapat menyelesaikan pembangunan rudalnya tersebut, dibuktikan dengan pengamatan Amerika di Kuba melalui udara, bahwa pembangunan rudal di Kuba tersebut masih berlanjut. Hingga Presiden Amerika Kennedy bersama dengan asisten spesialnya – Kenneth O’Donnell mendatangi kedutaan Soviet dan kembali mendiplomasikan agar Soviet segera memindahkan rudalnya, agar perang tidak terpecah. Cara tersebut membuahkan hasil, Soviet mengirimkan pesan kembali dan menyatakan bahwa mereka akan menarik dan membongkar senjatanya di Kuba kembali ke Soviet untuk menghindari hal yang lebih fatal terjadi.
Berdasarkan alur film Thirteen Days tersebut, diketahui bahwa pembangunan sebuah senjata konvensional seperti jenis rudal yang di bangun di Kuba oleh Soviet tersebut akan menimbulkan ketegangan dunia internasional, memicu perang, khususnya bagi Amerika karena rudal tersebut memiliki jarak tempuh serang yang mengarah kepada kawasan di Amerika. Apabila rudal tersebut berhasil dioperasikan, tidak dapat disangkal bahwa hal ini akan menjadi awal bagi terpecahnya Perang Dunia III. Berkaitan kepada alasan Soviet melakukan tindakan berbahaya tersebut dalam film ini diduga terkait adanya kepentingan politik Soviet terhadap Amerika, tentunya karena keduanya merupakan negara adidaya, dengan hancurnya Amerika, Soviet dapat menjadi satu-satunya negara adidaya di dunia, dan tentunya akan berdampak bagi perolehan kepentingan-kepentingan Soviet lainnya di dunia. Cara penyelesaian dalam kasus Thirteen Days ini seperti dapat dilihat dalam ringkasan alur cerita tersebut, Amerika berhasil menyelesaikan masalah melalui langkah-langkah diplomasi dan gertakan-gertakan peringatan untuk Soviet. Dalam kasus ini tidak ada korban yang tewas, kecuali Mayor Rudolf Anderson pada tanggal 27 Oktober 1962 dalam misi operasinya menangkap perkembangan tindakan Soviet di Kuba.

Jumlah kata : 1,832 kata



PS: Actually, i took this course, twice, at 4th Semester, and 5th Semester. this is not because i had problem like usually teenagers had it. But its totally because in that day, i think very un optimal. The small class in entering by maybe 200 - 400 student. and lot of we cant studying in the class. 
I am the person who always late got studying IN the class. I always sit outside. And ofcourse i cannot hear anything. I dont know if my lecture giving homework, and so on.  Ooooh... and with sooo many people like that, and of course they are still a "kid", the class atmosphere became progressively worse. Because they act like APES!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...