Minggu, 23 Februari 2014

Book Resume: Ideology and International Relations in the Modern World : Alan Cassels (translate & summary) : Populist Ideologies (BAB V)

Wouldnt be complete, if you are a student of international relations, but have never read a book by alan Cassel. As in some of my previous posts about alan Cassel, which may be easier for you to understand the book, I still recommend to download the real one, because it is actually more interesting to read.

Because in fact at the firts, the purpose of publishing this in my blogs is the way i keep my paper works, so it wouldnt be lost. And also, it will help me if i want to re-read it wherever i want to access it, reminded me a little about Alan Cassels writing. But still, because it is published. Anyone can read. And every writing is always going to be useful and interesting to read, hope it is too... :) Love to Share, Hrnola.

Mata kuliah Ideologi dan Ketahanan Nasional
SEMESTER II
 


IDEOLOGI POPULIS

Kemunculan Demokrasi Modern telah diisukan pada sebelumnya, yang mengusung dua sumber, yakni : Revolusi Perancis dan Industrialisasi, yang kekuatannya digabungkan setelah tahun 1870. Sepanjang abad ke-19 pengertian mengenai kedaulatan rakyat dan hak-hak manusia serta revolusi mulai disebarkan, kecepatan penyebarannya setara dengan kecepatan penyebaran paham liberal dalam membentuk hegemoni ideology pada decade sebelumnya, meskipun saat ini paham liberal penuh telah tergantikan dengan adanya paham nasionalisme liberal setelah 1848. Paham nasionalisme liberal memasukkan unsur nasionalisme dan meskipun tetap mendukung kepemilikan properti, namun paham ini pada prakteknya memberikan perhatian juga kepada  tujuan meningkatkan masa pekerja dan kelas-kelas menengah.

Pada awal abad ke-19, terjadi perubahan besar dalam sejarah Eropa. Terjadi peningkatan populasi hingga 100.000 dengan 1850 lebih tinggi dari setengah jumlah penduduk Inggris yang tinggal didaerah perkotaan, dan pada akhir abad ke-19, empat per lima penduduk Inggris dan setengah dari populasi Jerman tinggal di perkotaan. Urbanisasi ini merupakan konsekuensi tak terelakkan dari revolusi industri yang didukung secara fisikal oleh demokrasi modern. Selain itu, peningkatan masyarakat yang menjadi penduduk perkotaan membuat mereka meninggalkan rasa kesetiaan baik secara regional maupun spiritual yang kuat saat masih menjadi masyarakat tradisional. 

Keterlibatan massa semakin melebar menjadi dua bentuk utama, pertama dalam hal pembebasan, keinginan mencapai kesetaraan hak, baik hak antar laki-laki, maupun hak antar laki-laki dan perempuan, hak suara, hak pilih, telah menjadi hal yang sering mencuat dibeberapa Negara bagian di Amerika; kedua, banyak pekerja menuntut perlindungan wajib yang disponsori Negara secara asuransi terhadap pekerjaannya (dalam hal ini, kaum Bismark memimpin tuntutan tersebut) hingga akhirnya pada 1880-an Reichstag menyetujui tuntutan tersebut dengan kategori asuransi ; asuransi kecelakaan industri, sakit, cacat, dan dana usia tua, yang kemudian prosedurnya menjadi contoh bagi dunia industri lainnya, kemajuan ini memberikan langkah baru dalam kode etik tenaga kerja, sekaligus membuktikan bahwa penting peranan pemerintah nasional memberikan dampak langsung terhadap kehidupan para pekerja. 

Selain itu, kebijakan ini memberikan dampak bagi kesejahteraan embrio penduduk, para pekerja kemudian memiliki untuk pertamakalinya daham dalam sejarah masyarakat nasional. Namun, kebebasan dan demokrasi yang diberikan Negara bagi mereka, harus digantika dengan rasa nasionalisme yang tinggi, mereka dituntut untuk mematuhi hukum, menjauhkan diri dari revolusi, serta memberikan kesetiaan penuh pada Negara dan bangsa dikancah internasional. Secara singkat, Negara telah memberikan demokrasi bagi warga negaranya, namun sebagai gantinya mereka harus terikat kepada rasa nasionalisme. Sebagaimana dituliskan oleh seorang Sejarawan Nasionalis Liberal Jerman, Heinrich von Treitschke pada tahun 1848 “Sosialis tidak berdasarkan kepada keegoisan, yang penting adalah setiap individu hanya harus ingat bahwa ia tetap merupakan bagian dari keseluruhan, menyadari bahwa dirinya juga tidak dapat hidup sendiri, dan lebih indah apabila mampu saling berkorban untuk satu sama lain”, pernyataan ini dikenal sebagai “nasionalisme terpisahkan”.

Untuk tetap menjaga rasa nasionalisme dalam setiap pemberian hak-hak demokratis, Negara kemudian merasa perlu untuk menjadikannya ajaran penting di sekolah-sekolah sejak dini, pendidikan kewarganegaraan diajarkan dalam instruksi patriotism dan nasionalisme eksklusif dalam berbagai bentuk, seperti pengajaran nyanyian lagu kebangsaan, pengajaran Sejarah,  hingga Geografi, pengenalan Otobiografi, dan hal-hal sederhana seperti menggantungkan peta dunia di ruang kelas, peninggalan cap Kerajaan Inggris, penguraian teks di sekolah, dan sebagainya. Kaisar Jerman, Wiliam II pernah mengatakan dalam sebuah konferensi tahun 1890 bahwa: “Merupakan tugas kita untuk mendidik anak-anak muda untuk menjadi Jerman sesungguhnya, bukan Yunani, atau juga Romawi”. Bahkan dibeberapa Negara, salah satu contoh yang paling keras ialah Amerika, Amerika memaksakan para pendatang yang masuk ke Amerika Serikat untuk mempelajari pendidikan patriotic Amerika Serikat, terutama dalam penggunaan bahasa Inggris dan dituntut setia terhadap bendera Amerika Serikat. Sekolah-sekolah di Amerika Serikat bahkan mencetuskan moto “Sekolah Untuk Bangsa! Semua Pendidikan Untuk Bangsa! Semuanya Untuk Bangsa!”.

Pada akhir abad ke-19, tingkat melek huruf dunia industri telah membuat kemajuan yang luar biasa., 80-95% orang Inggris, Eropa, Jerman, Skandinavia di Amerika Serikat bagian barat dapat membaca dan menulis, terjadi ledakan sastra kemudian, dan sekaligus meningkatkan jumlah jurnal dan produksi serta konsumsi surat kabar, di Eropa jumlah jurnal mencapai dua kali lipat dalam 20 tahun. Namun yang lebih penting, selain peningkatan numerik, adalah perubahan dalam gaya pers dan jurnalisme pada tahun 1890-an. Cakupan berita juga diperluas menggapai luar kelas menengah, dan mengurangi harga jual mereka, kemudian mengandalkan iklan untuk menyeimbangkan biaya. 

Surat kabar juga saling berlomba dalam penyajian berita, isu-isu disederhakan namun berusaha untuk tetap sensasional, isi berita kejahatan berubah, dan lebih banyak ruang bagi kolom gossip, namun berita tentang internasional tetap diangkat, dan pada realitanya justru cocok dikombinasikan dengan topik-topik lainnya dalam pers. Selain itu berita mengenai olahraga, seperti sepakbola dan baseball menjadi berita yang sering dikomersilkan, menjadi berita paling berkembang dikonsumsi pusat kota, sebagai peningkat semangat diakhir pekan maupun mengurangi kejenuhan ditempat kerja. Surat kabar “Yellow Jurnalism” adalah yang paling sukses di Inggris, dan untuk sementara perang yang berlanjut adalah perang antar persaingan jurnalisme. Kondisi ini menjadi iklim baru dalam dunia internasional, terutama perubahan terjadi dalam penanaman nasionalisme yang mulanya lebih terfokus kepada pengajaran dan pelatihan wajib militer bagi anak-anak dan laki-laki di beberapa Negara.

Oleh sebab itu, akhir abad ke-19 lebih cenderung kepada gabungan antara social ekonomi dengan teori nasionalisme. Wajib militer dibeberapa Negara masih tetap ada, namun dikombinasikan dengan adanya pendidikan dasar, serta pers. Masa dikenakan rentetan propaganda patriotic. Akan tetapi kemunculan Demokrasi Modern tidak menutup munculnya teori-teori dan paham baru serta gerakan-gerakan lama, seperti ideology Pan-Slavisme di Rusia dan Pan-Germanisme di Jerman. Berbagai doktrin baru juga muncul dari kelompok-kelompok etnis, suku, dan ras, sebuah kolaborasi tingkat baru yang cukup unik sebagai pembukaan abad ke-20, seperti Pan-Mongolianisme yang dibentuk untuk mengekspresikan aspirasi ras berkulit kuning, Pan-Turanianisme yakni yang terdiri atas komunitas orang-orang ras asli Finlandia, Magyar, dan Turki, Pan-Islam, dan sebagainya.

Sementara itu, beberapa ahli mengatakan bahwa Demokrasi Baru akan menghasilkan imperialism baru sebagai krisis kapitalisme yang disebabkan oleh kelebihan produksi dan ditandai dengan pergeserah kewirausahaan ke kapitalisme keuangan dan monopoli, sebagaimana ditulis oleh J.A Hobson, “Membangun Imperialisme” (1902) dan Rudolf Hitler dalam “Keuangan Kapital” (1901), ketika batasan-batasan telah dihilangkan dan akhirnya memunculkan ancaman baru dalam system internasional.



PS: Hope what i share, isnt make somebody in some place lazy to read the real one, or just "copy and paste" this for finish their home work.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...