DEFINISI SISTEM EKONOMI CAMPURAN (MIXED ECONOMY)
Kata ekonomi campuran (mixed economy) itu sendiri,
timbul pertama kali dalam debat politik di Inggris pada masa sesudah perang,
namun para pendukung dari sistem ekonomi ini telah ada setidaknya mulai tahun
1930-an. Pendukung ekonomi campuran antara lain R.H. Tawney, Anthony
Crosland dan Andrew Shonfield dimana mereka berasal dari Partai
Buruh Inggris, pandangan yang sama juga dikemukakan oleh anggota Partai
konservatif yaitu Harold MC Millan.
Sistem ekonomi Campuran adalah sistem
ekonomi yang mengkombinasikan lebih dari satu sistem ekonomi. Oleh karena itu
biasanya sistem ekonomi yang mengakui kepemilikan pribadi dan kepemilikan
negara atau dengan kata lain mengkombinasikan elemen-elemen dari kapitalisme
dan sosialisme atau campuran dari karakteristik ekonomi pasar dan ekonomi
komando. Dengan kata lain, sistem ekonomi campuran adalah Sistem ekonomi campuran merupakan dari sistem ekonomi pasar dan
terpusat, dimana pemerintah dan swasta saling berinteraksi dalam memecahkan
masalah ekonomi.
Umumnya penggunaan sistem itu lebih karena ideologi dan
keyakinan. Semua sistem ada kekuatan dan kelemahannya, tergantung penerapannya
saja. Namun pada kenyataannya, tidak ada satupun Negara yang menganut paham
liberal seratus persen, dimana segala sesuatunya diserahkan pada
orang-per-orangan, juga tidak ada Negara yang murni menganut system
sosialis/komunis, dimana segala sesuatu serba diatur dan dikendalikan oleh
otoritas pusat.
Contoh untuk itu sangat banyak. Inggris misalnya, walau
sering dikategorikan sebagai penganut system liberal, tetapi system di negara
Inggris ini juga memperlihatkan ciri/watak sosialis (misalnya, kuatnya kedudukan
partai labor). Hal yang sama berlakunya untuk Australia. Bahkan Negara Amerika
Serikat sekalipun tidak menganut system liberal (pasar bebas) seratus persen.
Di Amerika Serika juga ada perencanaan ekonomi. Jalan-jalan dan jembatan, serta
taman-taman kota disediakan oleh pemerintah, bahkan pendidikan juga geratis
hingga tingkat sekolah menengah.
Di Pihak lain, Negara-negara yang menganut paham
sosialis/ komunis, kehidupan masyarakatnya juga tidak sepenuhnya sama rata
sebagaimana yang telah dicanangkan oleh tokoh-tokoh sosialis. Orang-orang yang
berprestasi biasanya akan memperoleh pelayanan yang lebih lumayan dan tinggal
di apartemenyang lebih baik. Disana-sini kebebasan individu juga diakui.
Misalnya dibekas Uni Soviet, walau sebagian besar pekerjaan ditentukan Negara,
tetapi masyarakat ada juga yang menabung, menerima bunga atas tabungan
tersebut, orang bebas membeli barang-barang yang disediakan oleh Negara.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa diantara kedua
bentuk ekstrem system ekonomi yang disebutkan di atas, ada bentuk tengah yang
disebut system perekonomian campuran (mixed economy).
SEJARAH SISTEM EKONOMI CAMPURAN
Sejarah Sistem Ekonomi Campuran
Awalnya aliran system ekonomi dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu : komunis dan kapitalis, namun sejak munculnya perang dingin antara blok
kapitalis dan komunis yang berakhir secara simbolis dramatis dengan robohnya
tembok Berlin pada 9 November 1989 (ingat lagu Wind of Change by Scorpion)
diikuti bangkrutnya Uni Soviet yang kini terpecah menjadi beberapa negara.
Negara-negara blok komunis menerapkan ekonomi terpusat
dengan alasan ideologi dan keyakinan bahwa sistem itu akan lebih menjamin
pemerataan kesejahteraan bagi masyarakat. Namun terbukti kemudian bahwa sistem
itu gagal sebagaimana berakhirnya perang dingin.
Setelah perang dingin berakhir, sistem ekonomi terpusat
jarang diterapkan secara utuh. Alternatifnya adalah sistem ekonomi campuran
(mix economy) yang menerapkan sistem ekonomi terpusat pada sektor tertentu,
dikombinasikan dengan sistem ekonomi pasar pada sektor lainnya. Contoh terbaik
mix economy adalah China yang membuka kawasan ekonomi khusus seperti Guangzhou
dan Shenzen yang menerapkan ekonomi pasar. Di luar kawasan ekonomi khusus, yang
dipakai adalah sistem ekonomi terpusat. Slogannya, tak penting kucingnya
berwarna apa, yang penting bisa menangkap tikus (Deng Xiao Ping).
Langkah yang sama dilakukan negara seperti Vietnam. Yang
masih ketat menggunakan ekonomi terpusat tampaknya tinggal Kuba. Tapi, semakin
hari Kuba kian mendekati sistem campuran.
Ada juga yang sistem ekonomi pasarnya bergeser menjadi
campuran, seperti Venezuela di bawah Hugo Chavez sekarang.
CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI CAMPURAN
Ciri dari sistem ekonomi campuran adalah :
- Merupakan gabungan dari sistem
ekonomi pasar dan terpusat
- Barang modal dan sumber daya yang
vital dikuasai oleh pemerintah
- Pemerintah dapat melakukan
intervensi dengan membuat peraturan, menetapkan kebijakan fiskal, moneter,
membantu dan mengawasi kegiatan swasta.
- Peran pemerintah dan sektor swasta
berimbang.
Jika
dipaparkan, maka perbedaan antara system ekonomi pasar, tradisional, terpusat,
dan campuran adalah sebagai berikut :
tradisional
|
Terpusat
|
Pasar
|
Campuran
|
|
Kepemilikan sumber daya
|
Individu
|
Pemerintah
|
Swasta
|
Pemerintah dan
swasta
|
Harga
|
Belum ada
perdagangan
|
Pemerintah
|
Mekanisme
pasar
|
Pemerintah
bisa mengintervensi
|
Persaingan
|
tidak ada
|
Tertutup
|
Terbuka/Bebas
|
Terbuka bagi
industri swasta
|
Kepemilikan Individu
|
ada
|
Tidak ada
(sangat kecil)
|
Ada
|
ada
|
DERAJAT CAMPUR TANGAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Derajat
campur tangan pemerintah dapat dibedakan atas: lunak dan keras. Campur tangan
yang lunak berarti bahwa pemerintah sifatnya hanya memberikan gambaran
persepektif saja, sedangkan yang sifatnya keras berarti bahwa pemerintah
sifatnya lebih menyeluruh, termasuk
didalamnya mengatur dan merencanakan kegiatan-kegiatan ekonomi seperti
aktivitas produksi, distribusi, dan konsumsi untuk semua sector ekonomi.
Campur tangan pemerintah ada yang dilakukan
hanya dalam bentuk proyeksi-proyeksi dan peramalan (forecasting),ada
juga yang melakukan perencanaan melalui mekanisme pasar serta perencanaan
target fisik dibidang produksi. Selain itu pemerintah selain bertindak sebagai
pengatur, juga bermaksud untuk mengalokasikan sumber-sumber produktif secara
efisien dan lebih terarah.
Jika dilihat sejarah tentang kekuasaan dan aktivitas pemerintah, ada
Negara yang menggunakan kekuasaan sangat besar (contohnya: pada era Mesir Kuno
di bawah pemerintahan Firaun; Jerman dibawah Hitler; Italia dibawah Mussolini,
dan Rusia dibawah Stalin), dan ada pula yang menggunakan kekuasaan secara
minimum (contohnya: masyarakat Yunani dibawah Aristoteles; Roma dibawah Markus
Aurelius Antonius; dan Amerika Serikat sebelum Reagan).
Awal campur tangan pemerintah yang kuat dalam
perekonomian terjadi pada masa pertengahan, terutama pada masa kejayaan
merkantilisme. Pada era ini
pemerintah memegang peran sangat kuat dalam mengatur perekonomian. Misalnya,
untuk meningkatkan perekonomian dalam negeri, pemerintah menetapkan biaya masuk
yang tinggi. Biaya masuk yang sifatnya proteksionis semakin luas digunakan
hingga akhir abad ke-19, dan sudah menjadi sesuatu yang “umum” pada abad ke-20.
Pada masa sekarang, berbagai peraturan
tentang tarif angkutan kereta api dan angkutan-angkutan publik lain semakin banyak
digunakan di berbagai Negara. Peraturan tentang moneter dan perbankan sudah
menjadi barang lumrah. Pada masa Perang Dunia (pertama dan kedua), masyarakat
semakin familiar dengan control harga, rationing dan
penetapan-penetapan prioritas. Bahkan pada era “Globalisasi” seperti sekarang
ini pemerintah Amerika Serikat juga sering melakukan berbagai campur tangan
untuk melindungi industry dalam negerinya.
Di Amerika
Serikat campur tangan pemerintah dalam perekonomian secara cukup jelas dapat
dilihat, misalnya, dari Employmenr Act 1946 yang berbunyi sebagai
berikut :
“The congress declares that it is the continuing responsibility of the Federal Government to use all predictable means…for the purpose of creating and maintaining… conditions under which there will be afforded useful employment opportunities”
PRO DAN KONTRA TENTANG CAMPUR TANGAN PEMERINTAH
Mengenai campur tangan pemerintah itu sendiri,
sebenarnya penuh dengan pro dan kontra.
Pemikir-pemikir sosialis seperti Marx, Proudhon dan Plato termasuk yang
menginginkan adanya campur tangan
pemerintah dalam perekonomian. Sebaliknya, Smith dan pemikir-pemikir neo-klasik
seperti; Carl Menger, Friedrich von Hayek, Ludwig von Mises dan sebagainya
menginginkan agar campur tangan pemerintah dibatasi seminim mungkin dalam
perekonomian.
Kelompok yang paling anti dengan campur tangan pemerintah
adalah kelompok yang dinamai libertanias, yang menganggap bahwa
kemerdekaan individu adalah diatas segala-galanya. Dengan kata lain, bagi
mereka campur tangan pemerintah dipandang sebagai ancaman terhadap kebebasan
individu, dan karena itu perlu ditentang.
Diantara kedua ekstrem tersebut ada pakar yang percaya
bahwa perekonomian dapat diserahkan pada mekanisme pasar, tetapi disana sini
ada campur tangan pemerintah. Kelompok ini diwakili oleh Keynes dan
pendukung-pendukungnya. Keyenes paling vocal dalam menyarankan agar pemerintah
ikut campur dalam perekonomia, terutama jika system pasar gagal membawa
perekonomian pada tujuan yang dicitakan. Keynes mengatakan bahwa kebijaksanaan
fiscal dan moneter bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Misalnya jikasektor swasta tidak bergairah, maka perekonomian bisa dirangsang
dengan kebijaksanaan uang mudah (easy money) atau meningkatkan
pengeluaran pemerintah. Jika perekonomian berjalan lancer maka
keputusan-keputusan ekonomi dapat diserahkan pada swasta, dan pemerintah
tinggal menjaga agar tingkat full-employment tercapai. Kebijaksanaan
moneter diperlukan untuk merangsang perekonomian saat mengalami kemandekan, dan
sebaliknya juga bisa digunakan untuk mengurangi aktivitas ekonomi jika
perekonomian “memanas” dan inflasi terlalu tinggi.
Selain Keynes, banyak sekali yang juga pro terhadap
adanya campur tangan pemerintah dalam mekanisme pasar bebas. Diantaranya,
yaitu; Eurico Barone (1857-1924), seorang pakar ekonomi dari Itali. Baron
berpendapat bahwa harga yang ditetapkan oleh pemerintah dapat dijadikan sebagai
subtitusi yang baik terhadap harga yang ditentukan lewat mekanisme pasar.
Selain itu, pakar lain yang perlu dimasukkan kedalam
golongan yang pro adalah John Kenneth Galbraith (1908-1958) yang telah menulis
banyak buku, seperti ;The Affluent Society (1958), The new Industrial State
(1967) dan Economic and The Affluent Society, yang menyerang teori
yang dianggap berlaku umum tentang pertumbuhan ekonomi dan produksi, ia juga
membuat sketsa didalam bukunya tentang masyarakat yang didominasi oleh
perusahaan-perusahaan raksasa dan para technostructure yang ada
dibelakangnya, dan ia juga mengkritik barang-barang public yang dihasilkan oleh
perusahaan swasta. Singkatnya, buku-buku yang ditulis Galbraith berisi tentang
kritik atas masyarakat Amerika beserta nilai-nilai yang dianut saat itu, dan
galbraith menghimbau dilakukannya perubahan yang mendasar tentang tujuan akhir
yang siinginkan tercapai melalui berbagai aktivitas-aktivitas ekonomi.
Galbraith menyarankan agar ada semacam “sosialisme baru”
yang lebih memeratakan pendapatan dan kesejahteraan Agar perekonomian kembali
bertujuan lebih manusiawi.
Sebagai dampak dari ajaran Keynes dan juga Gaibraith
serta tokoh-tokoh yang lainnya, maka banyak Negara-negara maju termasuk Amerika
Serikat, mulai melakukan perencanaan-perencanaan ekonomi. Hal ini dapat
terlihat dari kenyataan bahwa anggaran-anggaran semakin naik saja, hal itu disebabkan
untuk memajukan daerah-daerah yang relative tertinggal, seperti memajukan
pertanian, pedesaan dan sebagainya.
Tetapi kecendrungan seperti itu tidak bertahan lama,
karena pemikir-pemikir sesudah era Keynes menginginkan agar keterlibatan
pemerintah dan perekonomian hanya dipergunakan seperlunya saja, seminimal
mungkin dan memberi kebebasan yang lebih besar kepada pihak swasta
REFERENSI
Deliarnov.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: Rajawali Press, 1995.
Djojohadikusumo,
Sumitro. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991.
Hansen, Alvin H. A Guide
to Keynes. New York: McGraw-Hill Book Company, 1953.
terima kasih, bermanfaat sekali
BalasHapusijin copas :-) sangat bermanfaat sekali
BalasHapusiya silahkan ^^ sama-sama & kembali kasih
BalasHapusterimakasih banyak, very helpful
BalasHapus