Mata kuliah Resolusi Konflik
SEMESTER VI
SEMESTER VI

Military Technology and Conflict
by
Geoffrey
Kemp
Background
Makalah ini bersumber kepada tulisan karya Geoffrey Kemp yang berjudul “Military Technology and Conflict” yang
secara garis besar membahas bagaimana argument Kemp dalam melihat hubungan
antara teknologi militer dan konflik, dimana dalam tulisannya tersebut, Kemp
membagi tahapan pembahasan menjadi 7 bagian, yakni:
1) Perang Dingin, Central Arms Race, dan Disintegrasi
dengan Uni Soviet;
2) Transfer Teknologi Militer dan Konflik;
3) Perang Baru,
Sikap, dan Perilaku terhadap Teknologi Militer;
4) Teknologi Militer Baru dan
Keseimbangan Kekuatan Regional;
5) Proliferasi dan Perang Asimetrikal;
6) Casualty Aversion;
7) Kesimpulan.
Tulisan ini ditulis oleh Kemp atas dasar ketertarikannya terhadap perdebatan
yang terus terjadi mengenai hubungan teknologi militer dan konflik, yang pada
kenyataannya meskipun telah dipergunakan sejak ratusan tahun lalu dalam segala
bentuk perang, perlawanan, maupun penciptaan perdamaian, fungsi dan pengaruh
sesungguhnya dari adanya teknologi militer tersebut masih belum dipahami. Beberapa
kaum percaya bahwa penggunaan teknologi militer adalah hal yang perlu
ditinggalkan, karena saat ini lebih penting untuk memberikan perhatian kepada
kepentingan ekonomi, sementara kaum yang lain percaya bahwa tanpa teknologi
militer maka hal-hal seperti pencapaian perdamaian tidak akan pernah terwujud.
Terlepas dari perdebatan-perdebatan tersebut, secara lebih rinci akan
dijelaskan dalam makalah ini.
PEMBAHASAN
Makalah ini bersumber kepada tulisan karya Geoffrey Kemp yang berjudul “Military Technology and Conflict” yang
secara garis besar membahas bagaimana argument Kemp dalam melihat hubungan
antara teknologi militer dan konflik. Geoffrey Kemp dalam tulisannya
menganalogikan hubungan antara militer dan konflik sebagaimana hubungan antara
ayam dan telurnya. Keberadaan teknologi militer didaerah konflik mencerminkan
kebutuhan bagi negara-negara untuk membela diri terhadap musuh atau untuk
memperbaiki kekurangannya. Namun persaingan senjata antara musuh itu sendiri
dapat menjadi sumber konflik atau bahkan pemicu peperangan. Akibatnya, banyak
yang percaya bahwa perlombaan senjata akan membawa dampak atau hasil yaitu
perang, tidak mudah untuk mendemonstrasikan sebab dan akibatnya secara
sederhana. Isu-isu yang sebenarnya adalah dampak dari akuisisi senjata pada
stabilitas keseimbangan militer dan hubungan antara stabilitas tersebut dengan
faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap konflik. Demikian juga, sulit
untuk mengidentifikasikan senjata tertentu yang berkontribusi terhadap
peningkatan atau penurunan dalam potensi konflik bersenjata. Senjata, termasuk
senjata pemusnal massal, tidak menyebabkan perang atau menjamin perdamaian
sendiri, melebihi fungsi atau sebab yang ditimbulkan oleh sebuah senjata api
yang terbukti bertanggung jawab atas terjadinya kasus-kasus pembunuhan atau
kemampuannya mengurangi kejahatan di kota-kota Amerika Serikat.
Faktor yang sebenarnya penting
adalah lingkungan politik-militer, dimana senjata tersebut diperkenalkan. Jika
lingkungan secara inheren tidak stabil dan musuh memiliki catatan menyelesaikan
sengketa dengan kekerasan, maka munculnya senjata jenis baru akan dapat
meningkatkan persepsi ancaman, memberikan katalis untuk perang. Namun, jika
lingkungan yang stabil dan iklim yang berlaku adalah salah satu rekonsiliasi
dan dialog damai, atau sebaliknya, jika kedua lawan mengantisipasi korban tidak
dapat diterima dalam perang, dampak munculnya senjata jenis baru akan memiliki
kemungkinan yang rendah terhadap bahaya dan bahkan akan dapat memberikan
kontribusi untuk mewujudkan stabilitas. Jadi senjata-senjata yang dianggap
dapat mengganggu stabilitas suatu wilayah dapat dianggap stabil di negara lain.
Kemp berpendapat bahwa tidak ada
teori umum mengenai hubungan antara senjata dan konflik, bahwa kasus-kasus
dapat ditemukan untuk menyesuaikan banyak hipotesis, dan bahwa perubahan
dramatis terbaru dalam teknologi justru telah membuat semakin sulitnya untuk
memprediksi efek tuduhan tersebut. Sebelum menghadapi beberapa masalah didepan,
Kemp memberikan beberapa informasi latar belakang terkait senjata dan konflik.
Sepanjang sejarah kepemilikan dan
produksi senjata sebagian besar menjadi monopoli otoritas politik yang dominan
di beberapa kawasan di negara tertentu. Sampai saat ini, pihak yang paling
sering menunjukkan karakteristik seperti itu ialah negara oligopoli, jika tidak secara
langsung menganut kediktatoran, dimana kepemilikan atas usaha bukanlah hak yang
dapat dimiliki bagi setiap warga sipil, termasuk dalam hal hak kepemilikan
senjata. Aturan tersebut dibentuk antara
lain untuk memastikan bahwa warga negara tidak memiliki daya untuk melawan
penguasa, termasuk militer terorganisir yang mereka miliki. Sebagai contoh,
selama abad ke-19, sebuah inisiatif internasional diluncurkan oleh kekuatan
Eropa untuk melarang transfer jenis senapan sunsang ke Sub Sahara Afrika,
dengan alasan bahwa pemberian senjata ke tangan pribumi akan menjadi sumber
bagi ketidakstabilan, pemberian hak kepemilikan senjata bagi tangan pribumi
akan dapat menimbulkan kekuatan untuk mengendalikan. Sebagaimana dirangkum
dalam puisi satir Inggris oleh Hilaire Belloc, “Apapun yang terjadi, kita sudah
mendapatkan pistol Maxim dan mereka belum”.
Selama teknologi
militer merupakan monopoli negara atau kekuasaan kolonial, kerusuhan sipil dan
pemberontakan dapat dikontrol. Namun, setelah mereka
berkeinginan untuk mengubah status quo terhadap akses tekonologi militer –
dengan mengkonversi pembelian, atau pemberontakan – dengan hasil distribusi
dari power justru akan mengarah
kepada penyebab terjadinya perang sipil dan revolusi. Oleh karena itu, dalam
mempertimbangkan perspektif jangka panjang pada konflik bersenjata penting juga
untuk kembali mengingat masa-masa sejarah Revolusi Amerika dan pentingnya peran
senjata dalam revolusi tersebut, baik yang diproduksi secara lokal maupun
dibeli dari luar negeri (terutama pada masa itu persenjataan dibeli dari
Perancis). Tanpa akses senjata, revolusioner Amerika tidak dapat berperang
melawan Inggris. Pengaruh dan peran senjata memberikan kemampuan bagi kekuatan
konfrontasi revolusiner Amerika, senjata membangun kepercayaan diri Amerika
bahwa mereka juga telah memiliki persenjataan dan dapat mengungguli Inggris.
Dalam beberapa
tahun terakhir, satu
set pertanyaan yang berbeda telah
muncul dalam kontes senjata dan
hubungan internasional, beberapa yang sangat penting
ialah:
(1) hubungan antara perkembangan teknologi nuklir dan potensi konflik di antara negara adidaya,
(2) hubungan antara transfer teknologi militer dari kekuatan-kekuatan besar, yang secara
tradisional
menjadi produsen
utama senjata, dan kecenderungan penerima untuk
terlibat dalam konflik
bersenjata,
dan
(3) dampak pada keamanan
regional perubahan terbaru dalam sistem internasional dan
perkembangan
baru dalam teknologi militer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar