Mata kuliah Politik Pembangunan Pemerintahan Negara Asia
SEMESTER II
"CHINA - NAGA RAKSASA ASIA"
By: A. Zaenurrofik
CHINA
SEBAGAI ENTITAS PERADABAN
Perang Candu I pada tahun 1840 telah
membuat situasi ekonomi dan politik China berantakan. Berbagai wilayah seperti;
Hongkong, Taiwan dan Makau lepas, dan daerah itu bahkan direbut bangsa Barat
yang diberikan status otonom. Ketika itu, Dinasti Qing tidak dapat menghadapi
serangan Barat yang memiliki peralatan canggih. Integritas China dipertaruhkan.
Namun pada dasarnya, masyarakat China
telah memiliki basic yang bagus. Kedisiplinan ditanamkan jauh ketika mereka
masih kanak-kanak, sehingga disiplin telah menjadi watak tersendiri bagi
masyarakat China.
PERADABAN
CHINA PRA-MODERN
Di masa modern, wilayah kekuasaan RRC
membentang dan menguasai sebagaian besar Asia bagian Timur, sementara Republik
China terdiri dari beberapa pulau disekitarnya termasuk Taiwan.
Basis peradaban China di sokong oleh dua
sungai besar (sungai Kuning dan sungai Yangtze) yang memberikan kesuburan pada
apa saja yang ditanam ditanah China, selain itu masyarakat China juga dapat
menangkap apa saja yang ada disungai dan laut.
Sungai Kuning (Hwang Ho) atau bisa juga disebut sebagai “Duka China”
merupakan sungai tempat kelahiran bangsa China, namun seringkali mengancam
rakyat China akan bencana banjirnya. Oleh karena itu, hanya beberapa kota saja
yang dapat tumbuh dan berkembang ditepi sungai Kuning, yaitu : Lanchow,
Kaifeng, ChengChow, dan Tsinan.
Sedangkan sungai Yangtze atau biasa
dikenal sebagai Chiang Kiang (sungai panjang) merupakan sumber sejarah dan
kehidupan bagi bangsa China. Sungai Yangtze dikenal sebagai sungai terpanjang
di Asia. Bersama dengan anak-anak sungainya ; Min, Han, Yalung, dan Kiajing,
sungai Yangtze mengangkut jutaan ton lumpur pertahun, dan deltanya merupakan
daerah penghasil beras utama di China. Oleh sebab itu, ditepi sungai ini,
terletak kota-kota penting China seperti Chingking, Wuhan,dan Nanking, yang
perdagangannya sebagian dimajukan oleh keberadaan sungai ini. Bahkan, kota
kembar tiga Wuhan, salah satu pusat industri terbesar China, terletak dialur
rendah Yangtze, dan di wuhan terdapat jembatanYangtze yang menghubungkan China
Utara dan China Selatan.
Saat ini, China merupakan negara
terbesar ke-4 didunia dan mencakup daratan yang luas. Sebagai negara dengan
catatan sejarah lebih dari 4000 tahun, China telah memberikan berbagai
sumbangan penting terhadap dunia. Peradaban yang maju selalu ditandai dengan
penemuan-penemuan, dan China memberikan beragam penemuan penting bagi dunia,
seperti ; bubuk mesiu, kertas, percetakan, kompas, magnet, semuanya bermula
dari China.
Dilihat dari sejarahnya, China dibagi
atas beberapa periode yang ditandai dengan pergantian Dinasti. Sebuah dinasti
baru biasanya muncul setelah suatu periode Dinasti sebelumnya telah terpecah
belah atau telah terjadi perang saudara, Dinasti tersebut dipimpin oleh seorang
pemimpin yang disebut sebagai Kaisar. Catatan sejarah China pertama kali
ditulis oleh Sima Qian, ahli sejarah China pada abad ke 2 SM yang menggambarkan
tentang zaman “Tiga Tokoh Mulia” dan “Lima Kaisar”.
Dan semenjak China menjadi suatu
kekaisaran pada abas ke 3 SM, di China telah sering terjadi pergantian dinasti
atau keluarga penguasa. Secara garis besar, dinasti-dinasti ini terbagi atas
dua jenis, yakni Dinasti Besar yang berkuasa lama, misalnya: Dinasti Han (awal
abad ke-3 SM hingga tahun 220), Dinasti Tang (618-906), Dinasti Song
(960-1279), Dinasti Ming (1368-1644), dan terakhir Dinasti Ching (Qing) atau
Manchu (1644-1912). Dan jenis yang kedua, yaitu sejumlah dinasti kecil yang
hanya berkuasa sebentar diantara masa pemerintahan dinasti-dinasti besar.
Beberapa dinasti kecil ini hanya bertahan selama tidak lebih dari 29 tahun atau
bahkan kurang.
Selain itu, perbedaan antara Dinasti
juga dapat dibagi menjadi Dinasti Asli dan Dinasti Penakluk. Dinasti Penakluk
merupakan dinasti yang berkuasa lewat penaklukan militer, dinasti penakluk yang
terkenal adalah Dinasti Yuan yang didirikan oleh Kubilai Khan dan tentara kuda
Monglnya pada tahun 1260, dan Dinasti Ching yang didirikan oleh Manchu (yang
berasal dari Manchuria).
KEBERAGAMAN
AGAMA CHINA
Secara umum, China dikenal sebagai
negara yang menjaga tradisi dan agamanya dengan baik. Masyarakat China
menganggap, agama memiliki spirit yang berkaitan dengan cara manusia
memperlakukan kehidupan ekonominya, sehingga dinamika ekonomi-politik China
dipengaruhi oleh perkembangan agamanya.
Menurut kepercayaan agama, China adalah
politeisme (menyembah banyak Dewa) bukan monoteisme (menyembah satu tuhan), dan
pemujaan bagi arwah leluhur nenek moyang merupakan praktik agama yang tertua di
China (kecuali pada masyarakat China yang menganut agama Islam atau Kristen).
1.
Taoisme
Taoisme pada mulanya merupakan suatu
filsafat yang diturunkan dari ajaran Lao Tse, yang hidup pada abad ke-6 SM dan
ajaran Chuang Tzu yang hidup pada abad ke-4 SM. Taoisme menekankan keselarasan
antara manusia dengan alam dan menjungjung perilaku pasif. Setelah
berabad-abad, filsafat ini akhirnya menjadi suatu kepercayaan (agama), dan
dibawah pengaruh Buddhisme, memiliki dewa, kuil, dan pendeta sendiri.
Taoisme memisahkan alam manusia dengan
ruh. Meskipun pembebasan ruh (jiwa) merupakan tujuan puncaknya, penganut
Taoisme terlibat dalam penyelidikan dunia fisik. Keterlibatan inilah yang
mendorong para Taois kedalam ilmu kimia semu untuk mencari zat pembebas yang
akan membawanya kepada kehidupan yang abadi.
2.
Buddhisme
Buddhisme masuk ke China dari India sekitar
permulaan Zaman Kristen. Buddha lalu menjadi agama besar dan tersebar luas
meskipun banyak pendeta Konfusianisme menyesalkan pengaruh agama Buddha, namun
mereka tidak dapat menghentikan penyebarannya.
Salah satu alasannya adalah karena sejak
Dinasti Han yang terakhir (abad ke-2) hingga abad ke-6, di China tidak terdapat
kedamaian dan persatuan yang menyebabkan banyak orang mencari naungan dibawah
Buddhisme, karena didalam biara Buddha, orang tidak perlu merisaukan berbagai
masalah dunia yang tidak terpecahkan, dengan membaca kitab, melakukan doa, dan
bersemedi.
Buddhisme yang berkembang di China
adalah Buddha Mahayana yang mengajarkan bahwa setiap orang dapat ke surge
melalui kepercayaan dan kesucian. Jika Konfusianisme mengabaikan masalah
kehidupan setelah kematian, Buddhisme menawarkan jalan keluar bagi mereka yang
cemas terhadap “dunia lain”. Pada umumnya, Buddhisme memiliki banyak dewa atau
ruh, tetapi di China, citra Dewi Kuan Yin (Dewi Kemurahan) merupakan dewa yang
paling dikagumi, terbukti dari ditemukannya banyak sekali patung didalam setiap
rumah atau kuil.
3.
Islam
Islam masuk pertama kali ke China karena
dibawa oleh rombongan yang dikirimkan oleh Khalifah Utsman pada tahun 651,
kurang lebih setelah lebih dari dua puluh tahun meninggalnya Nabi Muhammad.
Rombongan itu diketuai oleh Sa’ad Ibnu Abi Waqqas, ayah saudara Nabi setelah
Ibu.
Yung We, maharaja Tang menerima
rombongan tersebut, lalu kemudian ia memerintahkan didirikannya masjid di
Canton, yang merupakan masjid pertama yang berdiri di China.
Pada zaman Dinasti Song, agama Islam
dianggap lebih mulia oleh rakyat China, dan agama Islam telah berkembang di
China sehingga kawasan kediaman penduduk beragama Islam menjadi lebih luas.
Namun, masjid yang berdiri pada masa Dinasti Song sudah tidak banyak lagi
berdiri hingga sekarang.
Pada zaman Dinasti Yuan, perkembangan
agama Islam mengalami perkembangan paling pesat dan paling makmur, hingga
mempengaruhi aspek politik dan mempunyai keuddukan yang penting dalam arena
politik serta kehidupan masyarakat. Pada saat itu pula, masyarakat China banyak
melakukan hubungan dengan Arab. Masjid juga bertambah banyak, dan arsitekturnya
pun telah bercampur antara seni Arab dan seni arsitektur China, yakni dengan
banyak menggunakan kayu berukir.
Tetapi, pada zaman Dinasti Ming,
perkembangan agama Islam di China menghadapi rintangan, hal ini disebabkan oleh
maharaja pertama Dinasti Ming memandang rendah agama Islam. Baginda
mengeluarkan perintah untuk melarang rakyat menyembelih sapi secara tersendiri
dan beberapa dasar yang mendiskriminasi umat Islam, termasuk orang Islam
dilarang menjadi pegawai kejaraan, dan lain-lain.
Namun, walaupun
pada zaman Dinasti Ming perkembangan agama Islam mengalami penyurutan secara
besar-besaran, pengaruh agama Islam tetap memberikan peranan penting dalam
sejarah masyarakat China.
Umat Islam memberikan sumbangan yang
besar terhadap perkembangan sains dan teknologi China, seperti penggunaan
kalender yang diciptakan umat Islam, alat pandu ruang angkasa yang diciptakan
oleh seorang ilmu falak yang bernama Zamaruddin yang popular digunakan pada
zaman Dinasti Yuan, ilmu Matematika yang dikembangkan di Arab dan kemudian
diterima orang China, Ilmu pengobatan Arab yang juga menjadi bagian dari ilmu
pengobatan China, pembuatan meriam yang diciptakan oleh orang Islam China,
selain itu orang Islam juga terkenal dengan teknik pembangunan dan menenun.
4.
Kristen
Kristen masuk ke China pada awal abad
ke-7, tetapi baru mendapat banyak pemeluk ketika penginjil Yesuit datang pada
abad ke-16. Banyak diantara penginjil seperti Matteo Ricci (1552-1610) menjadi
terkenal diberbagai pengadilan kekaisaran sehingga diberi jabatan resmi.
Namun, pertikaian dengan misionaris
Katolik lainnya serta keputusan paus Benedictus XIV tahun 1742 melarang orang
China Katolik menyembah nenek moyang mengakibatkan ditangguhkannya para
misionaris. Fase misionaris Kristen modern dimulai sejak kekalahan China oleh
Eropa pada pertengahan abad ke-19.
5.
Konfusianisme
Aliran kepercayaan ini bisa dikatakan
identik dengan masyarakat China itu sendiri. Awalnya, Taoisme sangat
berpengaruh di China, tetapi akhirnya menurun setelah turunnya Buddhisme dan
adanya dukungan resmi bagi Konfusianisme yang mempergunakan pemujaan leluhur
sebagai ekspresi keagamaan.
Watak tradisi China yang relative tidak
berubah pada dasarnya dikarenakan ajaran Konfusianisme yang telah berkembang
selama lebih dari 2000 tahun. Karena ajaran Konfusianisme mengutamakan etika,
maka konsep dan kekuatan hukum cenderung tetap lemah di China. Sebaliknya,
pendidikan selalu ditekankan karena pendidikan dianggap sebagai suatu cara yang
paling efektif untuk mengajarkan moral.
Sebagai akibatnya, pendidikan yang
diajarkan berdasarkan ajaran Konfusianisme menjadi metode utama untuk memilih
para pemimpin dan pejabat pemerintahan serta masyarakat.oelh sebab itu, ajaran
tersebut merupakan semacam legitimasi bagi mobilitas sosial dan posisi
sosial-politik di China.
Sistem pendidikan Konfusianis
dimaksudkan untuk memilih pejabat public dengan bentuk penggemblengan
masyarakat yang terbuka secara teratur bagi orang-orang yang terpelajar.
Terdapat empat tingkatan gelar yang diberikan setiap akhir ujian, mereka yang
telah lulus patut menduduki jabatan dalam pemerintahan dan menjadi pimpinan
bagi masyarakat.
Sebenarnya, Konfusianisme lebih tepat
disebut sebagai suatu filsafat moral dan sosial daripada sebuah agama.
Penggagas Konfusianisme, Konfucu, menekankan pentingnya hubungan yang etis dan
keagungan manusia. Dua ajaran utamanya adalah jen dan i. Jen didefiniskan sebagai cinta kasih
antar sesame umat manusia, atau pokok hubungan manusia; sedangkan I adalah kewajiban seseorang terhadap
sesama manusia. Pada intinya, Konfusianisme adalah ajaran kemanusiaan China.
Dan menurut pokok pikiran Konfusianisme,
peningkatan kesejahteraan manusia harus dimulai dengan pembinaan seseorang
melalui pendidikan. Lalu, peningkatan ini melangkah menjadi aturan hidup
keluarga dan kehidupan bangsa bagi ketenangan dunia dan bagi terciptanya kesejahteraan
yang di idam-idamkan.
Menurut Konfusianisme, alam manusia akan
menjelma dengan baik lewat cinta kasih orangtua dengan anaknya. Oleh karena
itu, penekanan diletakkan pada ajaran hormat-menghormati antara orangtua dengan
anaknya, juga termasuk patuh kepada penguasa, saudara, dan teman-temannya.
Ajaran Konfusianisme mengajarkan perlunya kerja keras, tekun, hemat, dan
persaingan untuk maju.
Kekuatan ajaran Konfusianisme sebenarnya
terletak pada kebajikan moralnya. Salah satu kebijaksanaannya adalah penganut
Konfusianisme tak pernah mengutuk siapapun betapapun jahatnya orang tersebut.
Sejumlah sarjana yang menekuni Konfusianisme melihat bahwa selalu ada persamaan
antara pemrintah yang bijaksana dengan kebijakan orang perorang yang menjadi
landasan bagi Konfusianisme.
KOMUNIS
VS AGAMA
Secara umum, ada anggapan yang
menyatakan bahwa komunisme adalah paham yang paling agresif menyerang agama.
Kaum Masxis-Komunis beranggapan bahwa dunia kehidupan ini berjalan karena
hubungan materi-materi yang saling berkaitan dan tidak ada factor dari luar
termasuk kehendak Tuhan.
Menyembah Tuhan dianggap oleh kaum
komunis sebagai “ilusi” yang menghalangi manusia untuk melihat realitas bahwa
dirinya ditindas, tanpa tahu dirinya ditindas, karena menganggap seluruhnya merupakan
takdir Tuhan. Oleh karena itu, kaum Komunis merasa ‘wajib’ untuk menghilangkan
‘ilusi’ agama dan Tuhan yang ada dikepala-kepala orang tertindas.
Tetapi sebenarnya, sebelum kaum komunis
muncul, gerakan nasionalisme China sudah mulai merasa jijik terhadap agama.
Nasionalisme China mulai membenci kedatangan orang-orang asing yang menawarkan
berbagai macam agama.
Karena itu hingga kematian Mao Zedong
1976, pemerintahan komunis tidak mendukung praktik keagamaan. Orang Kristen
banyak disiksa karena keterikatannya dengan misionaris asing. Biarawan Buddha
dikeluarkan dari klenteng, lalu dihentikan nafkah dan kebikuannya. Namun, hanya
Islam sajalah yang diizinkan berjalan karena China hendak memelihara hubungan
baiknya dengan negara-nega Islam pada tahun 1978.
AGAMA
DI ERA KETERBUKAAN
Pada saat kubu Maois tersingkir dari
tubuh partai dan negara RRC, dikomandani oleh Den Xaoping, ajaran Konfusianisme
mendapatkan tempatnya kembali di China.
Berbeda dengan Mao yang menganggap bahwa
agama akan menjadi penghalang China untuk berkembang, Den Xaoping menganggap
spirit Konfusian sangat dibutuhkan oleh masyarakat China, karena prinsip
hidupnya yang realistis dan pragmatis.Prinsip Konfusian yang menganggap bahwa
segala sesuatu harus dimanfaatkan untuk kepentingan tanah leluhur, sejalan
dengan pemikiran Deng. Selain itu ajaran Konfusian seperti ; kerja keras,
tekun, hemat, dan persaingan untuk maju dianggap Den Xaoping akan membangun
China lebih baik lagi.
Selain itu, Den Xaoping juga memberikan
keterbukaan bagi agama yang lain untuk berkembang. Fasilitas keagamaanpun
dibangun kembali. Dan pada era 1980-an, kehidupan agama tampak segar kembali
seiring dengan keterbukaan yang dijalankan oleh Partai Komunis China dan
negara.
Oleh sebab itu, agama atau ajaran
Konfusianisme merupakan warisan ribuan tahun dan hingga saat ini masih melekat
dalam masyarakat China.China siap memasuki sejarah tanpa harus membuang agama
jauh-jauh, tetapi tetap membiarkannya dan menjadikan agama sebagai identitas
yang mengikat China sebagai kesatuan budaya yang berbeda dengan masyarakat
lainnya.
IMPERIALISME
CHINA DI ERA PERGOLAKAN POLITIK
Hubungan China dengan negara luar
dimulai melalui hubungan dagang antara raja-raja dengan para pedagang dari
Barat. Sebelum terjadinya Perang Candu (1839-1842), selama 200 tahun China
telah berhubungan dagang dengan Rusia didaerah perbatasan utara.
Selama bertahtanya Kaisar Kang Si dan
Kaisar Jung Ceng di era Dinasti Qing atau disebut juga Dinasti Cing (1644-1911)
pernah terjadi perselisihan perdagangan yang menimbulkan pertempuran militer
diantara kedua negara ini.Perselisihan itu berakhir dengan ditandatangainya
Perjanjian Nercinsk pada tahun 1689 dan Perjanjian Kichta pada tahun 1927.
Terjadinya kematangan kapitalisme Eropa
mulai abad ke-16 mengakibatkan adanya tuntutan bangsa-bangsa Barat untuk
melakukan ekspansi kedunia lainnya, termasuk China. Para pedagang itu masuk
China melalui wilayah pantai provinsi Kuangtung dan Provinsi Fucien dengan
bertindak sebagai bajak laut. Spanyol tiba di China pada tahun 1575, Belanda
pada tahun 1601, dan Inggris pada tahun 1637.
Pada abad ke-16 bangsa Portugis
memonopoli perdagangan Timur Jauh. Kemudian satu abad kemudian, kedudukan
mereka diambil alih Belanda. Dan pada abad ke-18, atas usaha EIC (East India Company) Inggris menguasai
perdagangan Timur Jauh dan China. Inggris berusaha membuat China lebih terbuka
pada orang asing, terutama dalam hal perdagangan, mengingat waktu itu
pemerintahan Qing di China menjalankan politik pengasingan diri dari hubungan
luar negeri.
Dinasti Qing memang lambat menerima
kemodernan yang dibwa oleh Barat, dan merasa ketakutan bahwa kemajuan dibidang
teknologi dan budaya yang datang dari Barat akan menjadi ancaman terhadap
penguasaan mutlak mereka di China. Ditambah lagi pada dinasti Ming memang anti
terhadap kemajuan teknologi. Dapat dilihat dari penggunaan serbuk mesiu yang
digunakan secara meluas pada masa Dinasti Song dan Dinasti Ming, justru
diharamkan oleh raja-raja pada Dinasti Qing.
Oleh sebab itu, aktivitas perdagangan
luar negeri hanya diperbolehkan dipelabuhan Kuangcou saja, dan dikontrol ketat
oleh raja Qing. Para saudagar asing itu pun harus patuh terhadap peraturan
pemerintah kerajaan, misalnya ; mengenai jangka waktu mereka menetap di China,
apa saja aktivitasnya, dan dimana mereka diperbolehkan menginap atau tinggal.
Pemerintah Inggris berulang kali
mengirimkan seorang utusan China untuk mengadakan hubungan diplomatic dengan
China agar urusan perdagangan dapat berjalan lancar. Namun, berkali-kali juga
diplomasi ditolak, hingga akhirnya Dinasti Qing menegaskan untuk masa
selanjutnya, utusan dari negara asing manapun tidak diperbolehkan masuk Peking.
Inggris pun mencoba cara lain untuk
menguasai China. Hal ini dikarenakan Inggris sangat mempunyai
kepentingan-kepentingan untuk menguasai China, China merupakan pintu masuk
untuk mebuka pasar ke Timur Jauh. Oleh sebab itu, jika China berhasil dikuasai
dan dikontrol, maka negeri-negeri lainnya juga akan mudah dikuasai. Inggris
menyebarkan candu, dan ingin menjual candu melewati China, tetapi akhirnya
perdagangan candu dilarang keras oleh pemerintahan Qing dan candu-candu
tersebut kemudian disita dan dibakar.
Namun pada bulan Februari 1840, Inggris
menyulut serangan ke China dengan mengirimkan tentaranya, yang kemudian dikenal
dengan Perang Candu (Opium War).
Namun Inggris tak pernah mengakui bahwa perang tersebut dilator belakangi oleh
perdagangan candu, tetapi dengan alasan bahwa pemerintah China memperlakukan
para pedagang Inggris secara tidak sederajat.
Perang Candu menunjukkan adanya ketidak
seimbangan kekuatan, karena pasukan dan persenjataan Inggris terlalu kuat.
Setelah mendarat dibeberapa tempat, pasukan Inggris membunuh dan merampo
seperti halnya kolonialisme yang hendak masuk kesuatu wilayah. Segera terlihat
bagaimana watak elit-elit China dihadapan imperialis. Pada saat rakyat mulai
membenci penjajah asing, kalangan raja-raja dan elit justru merasa perlu untuk
melakukan kompromi dan bersedia diajak negosiasi.
Mula-mula memang pemerintahan Cing takut
pada kekuatan asing yang akan merugikan kekuasaannya, tetapi setelah melihat
kekuatan lawan jauh lebih tangguh, ia justru mengumumkan perdamaian.
Dan pada tahun 1842, pemerintahan Qing
menerima perjanjian yang sangat menguntungkan Inggris, yang dikenal sebagai
Perjanjian Nancing. Didalam perjanjian ini, Inggris memperoleh ganti rugi
sebesar 21.000.000 yuan serta mendapatkan Hongkong. China juga terpaksa membuka
Kuangcu, Fucong, Siamen, Ningpo, dan Shanghai menjadi pelabuhan perniagaan
dengan negeri asing, dan dalam praktiknya mengakui bahwa cukai untuk pemasukan
barang-barang Inggris harus ditetapkan menurut persetujuan antara kedua negeri
itu.
Lima belas tahun setelah Perang Candu,
Inggris dan Perancis kembali menyerang China (1857-1860) yang kemudian dikenal
dengan Perang Candu II, yang tujuannya adalah untuk melakukan cengkraman yang
lebih kokoh pada China.
Tetapi gerakan rakyat mulai terbangun.
Perlawanan diungkapkan dengan berbagai cara, bahkan raja dianggap sebagai
pengecut yang takut menghadapi kaum penjajah. Gerakan rakyat anti-Inggris
muncul dua kali di Kuangcu pada tahun 1641 dan 1842, tetapi kedua-duanya justru
ditindas oleh Dinasti Qing. Fase inilah yang memulai adanya sikap yang berbeda
antara rakyat dengan penguasa feodal dalam menghadapi penjajah.
Perasaan benci pada dinasti sebagai
produk feodal mulai tumbuh. Negara-negara kuat menekan pemerintahan Raja Qing
dengan senjata. Kaum penguasa feudal tetap bertahan dalam kekuasaannya dengan
cara menjilat penjajah asing, sehingga kebincian rakyat semakin meningkat, namun
mereka belum berani mengungkapkan kemarahan mereka, hingga muncullan nama-nama
baru dari kelas menangah yang menjadi penganjur perubahan serta pengkritik
kekuasaan. Misalnya ; Ma Cien Cung, Sue Fu Ceng, Cen Ce, Wang Tau, Ceng Kuan
Jing, Cen Ciu, Sung Ji Den, dan lain-lain. Mereka menginginkan system politik
“monarki konstitusional” yang berlawanan dengan kalangan birokrat yang tetap
menginginkan tatanan autokrasi yang tradisional (kerajaan).
Ide-ide demokrasi Barat nampaknya mulai
merasuki kalangan pemikir China, ide-ide seperti ; dibentuknya dewan perwakilan
yang nantinya akan menjadi alat idelogis untuk melawan imperialisme itu
sendiri.
Akhirnya terjadi
pemberontakan-pemberontakan yang bermula pada abad ke-20, pemberontakan Petinju
yang mengancam China utara, yang mencoba memulihkan China kepada cara-cara
lama. Tetapi kemudian pasukan sekutu (Inggris, Jepang, Rusia, Italia, Jerman,
Prancis dan A.S) berhasil menumpas para pemberontak tersebut dan menuntut lebih
banyak lagi konsesi dari kerajaan Qing.
Perlawanan mulai bangkit kembali pada
tahun 1898, muncul kudeta yang dilakukan oleh kaum pamong praja (pejabat),
terpelajar, dan kaum ningrat yang melakukan aliansi. Tetapi gerakan tersebut
gagal lagi, dan pada saat yang hampir bersamaan, muncul gerakan rakyat bawah
atau biasa dikenal dengan “Gerakan Ji He Tuan”.
Gerakan Ji He Tuan pada awalnya hanya
semacam cabang kelompok rahasia yang bernama “Teratai Putih” yang sebenarnya
dibangun atas motivasi agama. Kelompok ini berdiri sejak permulaan abad ke-17,
namun kemudian berkembang membentuk sebuah gerakan yang memakai spirit anti
Kristen, dan hingga bulan April dan Mei tahun 1900, kota Pekking dan Tiencin
hampir seluruhnya dikuasai oleh gerakan ini. Bersama tentara-tentara pemerintah yang bergabung dan mengeping
kedutaan negara-negara asing di Peking. Yang kemudian menyebabkan 8 negara
menyerang balik Peking dari Pelabuhan Tangku dan Tiencin, yang menyebabkan
kaisar dan ibu suri Ce Si melarikan diri.
Gerakan Ji He Tuan dituduh Kaisar Qing
memberontak dan memaksa mereka menunjukkan kesetiaan mereka kembali pada
penjajah asing, dan akhirnya gerakan tersebut dibasmi.
CHINA
MODERN
Setelah berbagai peristiwa besar terjadi
pada tahun 1900 dan sebelumnya, berbagai gerakan yang berwatak modern,
nasionalis, dan revolusioner mulai tumbuh, terutama sejak tahun 1905, gerakan
revolusioner kelas menengah pun bangkit.
Nasionalisme modern mulai muncul dengan
berbagai ide Barat yang masuk, yang juga dibwa bersamaan dengan penjajahan
Barat itu sendiri. Ide nasionalisme identik dengan gerakan anti-asing.
Hingga tahun 1900 sampai 1925, dapat
dikatakan semua gerakan politik yang mendapat dukungan rakyat bertujuan untuk
menentang campur tangan asing dalam urusan dalam negeri China. Bahkan setelah
China merebut kemerdekaannya setelah Perang Dunia II, nuansa anti-asing
tersebut juga masih terwarisi. Buktinya adalah terjadinya konflik antara China
dan Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Setelah terjadi gejolak politik pada
tahun 1911, China dikuasai oleh para panglima perang (war world), dan secara khusus dapat dilihat mulai tahun 1916 hingga
tahun 1928. Pusat pemerintahan ada di Peking tetapi kendali kekuasaan sering
kali berpindah dari satu pemimpin militer kesatu pemimpin militer lainnya.
Oleh karena itu, Partai Komunis China (PKC)
didirikan oleh para pejuang revolusioner China pada tahun 1921, mereka
mengobarkan perlawanan dalam upaya melawan para war world yang berusaha
mempertahankan system feodalnya. PKC juga merasa kecewa dengan Koumintang
(Partai Nasionalis China) sebagai kekuatan politik yang mandul dan tidak punya
perspektif yang maju.
Koumintang (Partai Nasionalis China)
awalnya didirikan oleh Dr. Sun Yat Sen (1866-1925) yang berhasil menumbangkan
Dinasti Qing dan mulai membangun sebuah pemerintahan republic di China pada
tahun 1912.
Akan tetapi, republic baru tersebut
dihadapkan pada berbagai masalah, dikarenakan kekuatan militernya yang tidak
nyata. Sun Yat Sen akhirnya segera dipaksa untuk menyerahkan kedudukannya
sebagai presiden yang digantikan oleh Yuan Shih K’ai yang menguasai tentara di
utara. Yuan pun membubarkan republic dan mengganti system pemerintan parlemen
dengan monarki absolute. Dan memproklamasikan dirinya sebagai kaisar.
Setelah kematian Yuan pada tahun 1916,
dimulailah suatu zaman yang disebut dengan kekuasaan militer. Kaum militer
diberbagai tempat saling bertempur, sehingga pemerintah pusat Beijing
berpindah-pindah tangan menurut siapa yang memenangkan pertempuran tersebut.
Dan setelah Sun yat Sen meninggal pada
tahun 1925, kepemimpinan Koumintang pindah ketangan Chiang Kai Sek, dan pada
tahun 1926, Chiang memimpin ekspedisi tentaranya ke utara melawan militer yang
berkuasa, dan ia berhasil mengalahkan sebagian besar penguasa militer itu dan
akhirnya mendirikan sebuah pemerintahan nasional baru di Nanking.
China dibawah Chiang Kai Sek mengalami
banyak masalah dalam negeri serta ancaman dari luar negeri. Ancaman dalam
negeri yang terjadi ketika masa pemimpinan Chiang antara lain ; ketika PKC
menentang pemerintahan pusat dan mengadakan pemberontakan. Sedangkan ancaman
dari luar negeri adalah militerisme Jepang yang ingin memperluas wilayah
kerajaannya dengan menaklukan China. Dan kemudian, pada tahun 1931, Jepang
menduduki Manchuria.
Namun pada tahun 1937, Jepang menyerang
China yang dilatar belakangi oleh kekhawatiran Jepang akan semakin menguatnya
persatuan masyarakat China. Akhirnya, pada bulan Juni 1937 dimulailah perang
perlawanan selama 8 tahun, dimana kaum Nasionalis dan Komunis membentuk suatu
font persatuan karena merasa terancam oleh Jepang.
Ketika Perang Dunia II berakhir pada
tahun 1945, tentara komunis menjadi semakin kuat dan banyak, sedangkan
pemerintah nasionalis sedang dihadapkan oleh berbagai macam persoalan.
Ketika itu, moral militer menurun,
inflasi tak dapat dikendalikan, dan kemampuan pemerintah untuk memperoleh
dukungan rakyat semakin melemah karena pemerintahannya korup dan tidak efisien.
Amerika Serikat berupaya untuk mendamaikan partai-partai yang saat itu saling
berperang, namun perang saudara tetap menjadi masalah yang tak dapat
dikendalikan lagi di China, sehingga akhirnya Chiang dan pemerintahannya
terpaksa mundur ke pulau Taiwan (Formosa). Dan pada tanggak 1 Oktober 1949,
kaum komunis dibawah Mao Zedong memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat
China (RRC) di kota kuno Beijing.
Mao berupaya untuk menyelesaikan masalah
yang tak terselesaikan di China dengan memusatkan perhatian pada perbaikan
sector-sektor produktif, seperti ; pabrik-pabrik, produksi, fasilitas-fasilitas
transportasi, serta mengendalikan inflasi dan mengontrol pengeluaran
pemerintah.
Selain itu, factor internasional juga
memberikan pengaruh penting akan kemenangan kaum komunis, yaitu keberadaan dan
dukungan komunisme di Uni Soviet, karena pada masa-masa perkembangannya, China
sangat intensif berhubungan dengan kaum Bolshevik (komunis Rusia) yang dimulai
dengan Revolusi 1917 dibawah pimpinan Lenin.
MAO
(ISME) DAN REVOLUSI CHINA
Bagi para penggagas Revolusi China 1949
yang dipimpin oleh Mao Zedong dan tokoh-tokoh lain di balik Partai Komunis
China (PKC) maupun “Tentara Merah”, komunisme diciptakan sebagai tahapan
tertinggi dari masyarakat dimana kelas dan pertentangan kelas menghilang karena
sudah tidak lagi monopoli atas alat-alat produksi dan sumber-sumber ekonomi.
Karl Marx menegaskan, bahwa didalam
paham komunis akan muncul sebuah kediktatoran proletariat. Berbeda dengan
kediktatoran kaum kapitalis yang pada dasarnya adalah kediktatoran kelas,
dimana kaum minoritas menguasai alat produksi modal dan menggunakannya untuk
menindas mayoritas kaum pekerja, kediktatoran proletariat justru bertujuan
untuk menindas segala kemungkinan bangkitnya kembali kekuatan-kekuatan
reaksioner dari kaum kapitalis.
Mao percaya bahwa kaum tani memiliki
karakter revolusioner (kediktatoran proletariat) yang dilator belakangi
peristiwa pemberontakan kaum petani China dalam insiden 30 Mei 1925, selain itu
Mao juga menyadari bahwa China adalah negara agraris dengan jumlah kaum tani
yang besar.
Oleh karena itu, dalam perjalanan
sejarah PKC selanjutnya, terjadi rekonstruksi terhadap pemikiran dasar gerakan
komunis di China, yaitu :
1. Mengutamakan
kaum petani sebagai kekuatan pokok revolusi (berbeda dengan Uni Soviet yang
mengandalkan kaum buruh)
2. Mementingkan
pembentukan tentara komunis secara tersendiri untuk melindungi kelangsungan
hidup partai.
3. Menjadikan
daerah pedesaan sebagai tempat tinggal kaum petani China yang revolusioner
sebagai basis perjuangan dan bukan kota-kota besar dimana berpusat kaum buruh.
Dan karena gagasan-gagasannya yang
cemerlang, konsistensinya meneriakkan program landreform, memerangi imperialism Jepang, menentang kaum nasionalis
yang bobrok dan eksploitatif, Mao segera diangkat menjadi ketua Partai PKC pada
tahun 1935 di Zunyi sekaligus menjadi orang terkuat dalam tubuh partai.
Setelah Perang Dunia II, perang saudara
antara PKC dan Koumintang berakhir pada tahun 1949 dengan pihak komunis
menguasai China Daratan dan Koumintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau
lepas pantai di Fujian.
EKSPANSI
REVOLUSI DAN KONTROL WILAYAH
Obsesi besar kaum komunis dimanapun
adalah persatuan dan penyatuan rakyat, termasuk adanya upaya mengontrol wilayah
dalam rangka untuk menjalankan kesatuan ekonomi yang terorganisasi atas nama
sosialisme-komunisme. Setelah revolusi, mengontrol wilayah menjadi kebutuhan
mendesak bagi komunis China. Pertama-tama dilakukan dengan menggusur lawan
politiknya, yaitu partai Nasionalis (Koumintang) yang mendesak mereka
menyebrangi Taiwan.
Tentara Pembebasan Rakyat mulai merebut
wilayah-wilayah di sekitar China, namun hanya dua wilayah yang dibiarkan tak
direbut pada waktu itu, yaitu : Tibet dan Taiwan. Namun, Tibet berhasil menjadi
wilayah China pada Oktober 1950, hal ini dikarenakan setelah melalui
pertimbangan, ternyata Tibet merupakan wilayah yang sangat kondusif bagi
strategi menghadapi kekuatan internasional. Komisi Kontrol Militer dibentuk
untuk mengontrol wilayah-wilayah yang telah “dibebaskan”.
Dalam kegiatan mengontrol wilayah dan
perluasan kekuasaan diberbagai wilayah tersebut, Tentara Pembebasan Rakyat
(PLA) atau kekuatan militerlah yang memiliki posisi paling dominan. Dominasi
militer sebenarnya dilaksanakan hanya untuk sementara, untuk memastikan
terjadinya stabilitas politik hingga akhirnya pemerintahan dapat menjadi
pemerintahan sipil seperti yang telah dicita-citakan sebelumnya.
Pemerintahan militer berakhir pada tahun
1954 dan transisi menuju pemerintahan sipil dapat dikatakan lancar. Komisi
Kontrol Militer pun dihapuskan. Orang-orang militer ditugaskan untuk membantu
tugas-tugas sipil dengan mencopot baju militernya.
Dalam paham komunisme di China,
melakukan landreform (pembaruan
agraria) yang bermula pada tahun 1950 dengan dibentuknya undang-undang agraria
oleh pemerintah pusat. UU Agraria 1950 itu berisikan larangan menyita harta
milik tuan tanah dan merusak kegiatan industri serta perdagangan milik tuan
tanah. Namun dalam praktiknya, pemerintah sulit memantau situasi tanah di
China, hal ini disebabkan oleh wilayah China yang sangat luas, oleh sebab itu
semuanya diserahkan kedaerah-daerah.
RENCANA
PEMBANGUNAN LIMA TAHUN PERTAMA (1953-1957)
Masa repelita (Rencana Pembangunan Lima
Tahun) pertama ini merupakan tahap yang penting dalam sejarah RRC, suatu
periode pembangunan ekonomi yang cepat mengikuti model Soviet, disertai dengan
kecendrungan mengurangi tindakan kekerasan dalam kehidupan politik dibandingkan
dengan periode pembangunan kembali.
Industriliasasi merupakan suatu proses
untuk menciptakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan sekaligus memberikan lapangan pekerjaan, oleh sebab itu angka pengangguran
menurun.
Revolusi yang dilakukan China dimulai
dari wilayah perkotaan, hal ini meniru keberhasilan Uni Soviet akan
perkembangan ekonomi negaranya. Selain itu, memang pengaruh Uni Soviet dalam
memberikan bantuan terhadap pembangunan China juga menjadi alasan mengapa
perkembangan revolusi China terpengaruh oleh Uni Soviet. Selain pembangunan,
Uni Soviet juga memberikan modal untuk membantu bidang teknis, desain, mesin,
dan konsultasi konstruksi.
Pembangunan di China pun akhirnya
berlangsung dengan cukup sukses, dengan pendapatan nasional yang tumbuh dengan
angka rata-rata pertahun sebesar 8,9% (diukur dengan harga konstan), output
dibidang pertanian tumbuh hingga 3,8%, dan industri dengan 18,7%. Dengan kata
lain, prestasi dari program Repelita I sungguh mengesankan.
Namun seiring dengan prestasi tersebut,
ketegangan-ketegangan antar partai politik bermunculan. Perbedaan-perbedaan
pendapat antara pembangunan pertanian dan industri menjadi latar belakang
perbedaan pendapat yang terus menjadi perdebatan.
REVOLUSI
KEBUDAYAAN (1966-1969)
Revolusi Kebudayaan merupakan gerakan politik
nasional yang diorganisasi dan dipimpin oleh sekelompok elit politik dibawah
pimpinan Mao. Revolusi Kebudayaan berusaha menguji seluruh pejabat negara,
khususnya pejabat tinggi, dan memperbarui atau membersihkan mereka yang tidak
mengikuti petunjuk-petunjuk Mao bagi masyarakat China.
Revolusi Kebudayaan dibawah pimpinan Mao
juga dipicu oleh krisis yang terjadi saat memasuki tahun 1966 dan China dibawah
kepemimpinan Liu Shaoqi. Liu Shaoqi ditangkap oleh Pengawal Merah dan diarak
dijalanan karena dianggap sebagai pengikut kapitalis, dan kemudian Liu mati
dipenjara pada tahun 1969.
Seluruh produk pemerintahan lama dibawah
Liu pun diserang dan dilegitimasi oleh Mao dan kelompok Revolusi Kebudayaan. 60
dari 115 orang anggota Kongres Rakyat
Nasional (KRN) dewan perwakilan rakyat China, dan partai-partai yang dianggap
pengkhianat, kaki tangan musuh, anti rakyat akan ditangkap dan digebuki
dijalan-jalan, baru kemudian dipenjarakan.
Dibidang pendidikan, revolusi Kebudayaan
diarahkan untuk mengombinasikan dan menyerasikan perkembangan ekonomi dengan
revolusi sosial dalam upaya menciptakan kondisi dimana mayoritas rakyat
(terutama kaum tertindas) tidak lagi tergantung pada kekuasaan elite teknokrasi
yang mengabdi pada kepentingannya sendiri, dan agar tak lagi berada pada
lingkungan dominasi kekuasaannya. Pendidikan ideology dan penyadaran politik
dilakukan secara massif, terutama ditekankan pada masyarakat pedesaan.
Gerakan Revolusi Kebudayaan 1965 juga
secara langsung mengisi bidang seni, sastra, dan drama, dengan menekankan bahwa
ekspresi kebudayaan harus menghormati nilai-nilai kebangsaan dan proletar dalam
masyarakat sosialis. Banyak rakyat terlibat dalam aktivitas seni ditingkatan
bawah, dan mereka gembira dalam suasana estetika.
Namun, banyak orang yang mengatakan
bahwa Revolusi Kebudayaan meninggalkan berbagai macam warisan keburukan. Selain
itu, garis politik yang ditempuh Mao bersama praktiknya mengakibatkan
catatan-catatan kemanusiaan yang buruk.
Orang-orang Mao dianggap melakukan
tindakan-tindakan yang keji dan tidak manusiawi. Tercatat 250.000 hingga
500.000 jiwa rakyat tewas selama Revolusi Kebudayaan, selebihnya banyak yang
mengalami penderitaan fisik dan jiwa, akibat dikirim ke kamp-kamp kerja paksa
yang disebut Mao sebagai “Pembaruan Melalui Kerja” dan “Pendidikan Melalui
Kerja” yang berlangsung hingga sepuluh tahun, sehingga menyebabkan porak
porandanya seluruh negeri dan menyengsarakan lebih dari 100 juta rakyat RRC.
Kebijakan-kebijakan radikal Mao memang
banyak menimbulkan kritikan dari berbagai pihak, bahkan dalam tubuh PKC itu
sendiri, hal itulah sebenarnya yang menjadi latar belakang munculnya
faksi-faksi dalam tubuh PKC.
PKC dan Mao disebut masyarakat sebagai
“Revolusioner Radikal” yang belakangan didominasi oleh yang disebut-sebut
sebagai “Kelompok Empat”.
KELOMPOK
MODERAT
Kalangan moderat didalam tubuh PKC dan
komunis China identik dengan orang-orang yang tidak bersikap ekstrem, low profile, dan berusaha mencegah
segala tindakan yang berbau radikalisme. Kebanyakan dari mereka duduk di
birokrasi pemerintahan dan berpikir dengan seksama dalam menyusun suatu
kebijakan pembangunan, serta mementingkan kepentingan-kepentingan dalam ruang
lingkup yang lebih luas.
Kelompok moderat ini diwakili oleh dua
orang tokoh yang pernah menjadi perdana menteri (PM) di RRC yaitu ; Zhou Enlai
dan Hua Goufeng. Zhou menguasai kursi PM mulai dari berdirinya RRC (1949)
hingga akhir hayatnya (1976). Sedangkan, Hua menguasai kursi sesudahnya, sampai
kelompok pragmatis-realis (Deng Xiaoping dan para pengikutnya) berkuasa penuh
pada tahun 1982.
Zhou dianggap banyak berperan dalam
Revolusi Kebudayaan, karena dialah yang digunakan Mao untuk mengimbangi
kekuasaan Lin Biao. Zhou dan Mao bahkan pernah mengikrarkan tekad untuk
memulihkan kembali kejayaan PKC yang telah merosot setelah Lin Biao menempatkan
kader militer dimana-mana. Zhou juga dicatat sebagai orang yang berhasil
menggerakkan Kongres Rakyat Nasional untuk memasyarakatkan kebijakan Empat
Modernisasi (Si Xiandaihua) dalam
sidangnya pada bulan Januari 1975.
Ketika Mao wafat pada tahun 1976, Mao
menunjuk Hua Goufeng yang memiliki latar belakang sebagai tokoh KC dari
provinsi Hunan yang merupakan provinsi tempat asal Mao. Hua memiliki latar
belakang politik yang baik, dan pernah menduduki jabatan wakil PM pada urutan
ke-6 dalam Dewan Negara dan Menteri Keamanan
Umum RRC. Ketika menjabat, Hua
menunjukkan kemampuannya yang baik.
Factor lain yang menyebabkan Hua
diangkat oleh Mao sebagai PM adalah karena adanya kekhawatiran yang bertambah
besar terhadap situasi politik RRC pada masa itu yang dilanda pertentangan
sengit antara kelompok pragmatis realis dengan kelompok revolusioner-radikal,
yang bisa menjurus kearah perang saudara.
DEN
XIAOPING DAN KELOMPOK PRAGMATIS
Pada akhirnya, Hua berhasil melakukan
pembersihan terhadap ‘Kelompok Empat’. Pada saat yang sama, Deng Xiaoping terus
saja mendapatkan kesempatan untuk tampil dan kadang mengambil langkah berani,
keluar dari keadaan yang tak menguntungkan, dan kembali ingin menanamkan
pengaruhnya di tubuh PKC.
Pada saat kaum komunis memenangkan
pembebasan nasional tahun 1949, Deng Xiaoping adalah Komisaris Politik Tentara
Lapangan II dan Gubernur militer di provinsi kelahirannya, Szechwan. Karena
berangkat dari seorang militer, ia mendekati orang-orang veteran yang masih
memiliki pengaruh di PLA.
Setelah dipenjarakan, Deng mendapatkan
rehabilitasi karena jasa-jasa dan peranannya. Dalam Konferensi Kerja Komite
Sentral PKC ke-10 yang dilangsungkan pada Maret 1977, Deng diperbolehkan tampil
kembali dalam kepemimpinan nasional dengan catatan harus mengakui
kesalahan-kesalahannya.
Sidang pleno ke-3 Kongres Komite Sentral
PKC ke-10 atas pengangkatan Hua Goufeng sebagai Ketua Partai sekaligus Deng
Xiaoping sebagai WakilKetua I Partai, Wakil Ketua Komisi Militer Komite Sentral
Partai, wakil PM, serta Kepala Staf Umum. Jadi Deng bukan hanya dikembalikan
kedudukannya, tetapi justru ditingkatkan.
Setelah diangkat, Deng terus saja
melakukan tekanan dan perluasan politik diberbagai lini. Para pengikutnya
disebarkan diberbagai lembaga, partai, dan pemerintahan mulai pusat hingga
daerah, dengan hasil yang sangat menggembirakan. Capaian politik untuk menambah
kekuatan politik juga didapatkannya melalui Sidang ke-2 Kongres Rakyat Nasional
(KRN) yang berakhir pada 1 Juli 1979 dengan menambah orangnya masuk kedalam
pemerintahan.
Kemenangan kubu Deng Xiaoping membuka
jalan bagi kebijakan ekonomi-politik baru yang bercirikan ditinggalkannya
ekonomi yang terpusat dan ketat. Pemerintahan baru RRC dibawah Deng segera
melancarkan kritik terhadap pemikiran-pemikiran dan kebijakan ekonomi lama yang
begitu identik dengan Maoisme.
Dalam bidang politik, Deng berusaha
menghilangkan produk-produk pemikiran da politik pemerintahan Mao, pada tahun
1982 dituliskanlah dua dokumen baru, yaitu “Undang Undang Dasar Negara” dan
“Anggaran Dasar Partai” yang menandai perubahan yang ada dalam tubuh pemerintahan
dan kenegaraan. UUD 1982 mengenai administrasi negara yang selama ini dikuasai
oleh “komite revolusioner” kemudian komite tersebut dibubarkan, lalu seluruh
negara dibagi atas tiga tingkatan pemerintahan, yakni : provinsi, kabupaten,
dan kecamatan.
Jika pada masa sebelumnya pemerintah
dengan keras mengontrol politik, produksi, dan pemerintahan setempat, maka pada
masa Deng, pemerintah memperkenalkan usaha-usaha pertanian baru yang
dipropagandakan pada khalayak luar sebagai “Sistem Tanggung Jawab (Zerenzhi) yang menyebutkan bahwa setiap
keluarga petani tidak lagi bekerja sama dalam sebuah komune, melainkan
melakukanperjanjian dengan pemerintahan andministratif setempat untuk
mengerjakan sebidang tanah dan mendapatkan keuntungan langsung. Areal pertanian
dipercayakan pada keluarga-keluarga petani secara pribadi.
Kebijakan tersebut ternyata membawa
hasil yang menggembirakan. Pendapatan para petani meningkat secara tajam,
bahkan beberapa petani yang menjadi kaya dari yang lainnya. Output pertanian
pada tahun 1982 khusus produksi, meningkat hingga 12% dibandingkan tahun
sebelumnya, atau sebesar 161 juta ton. Sementara produksi gandum mengalami
kenaikan sebesar 14,7% atau 68,4 juta ton, dan produksi kapas meningkat hingga
21,3%atau sebesar 3,6 juta ton. Sedangkan hasil produktivitas pertanian lainnya
seperti ; jagung, kedelai dan lain-lain sangat besar, sehingga dapat dialihkan
menjadi komoditas ekspor.
Perubahan lainnya, adalah dihapusnya
monopoli negara yang diawali dengan pengumuman pemerintah pada 1 Januari 1985
bahwa pemerintahan RRC menegaskan kembali keputusan untuk menghapus pembelian
hasil panen dengan system monopoli oleh negara.
Pada awalnya banyak kalangan yang
khawatir dengan kebijakan baru ini, mengingat ekonomi pasar RRC belum
melembaga, dan sudah terbiasa dengan pengelolaan ekonomi secara terpusat. Namun
prakteknya, terjadi peningkatan karena tidak ada kenaikan harga, dan peran
pemerintah sebenarnya tidak hilang sama sekali. Dan sejak dihapuskannya
monopoli negara, terdapat banyak sekali pelaku ekonomi.
Liberalisasi dibidang ekonomi juga
ditempuh oleh pemerintah, badan usaha swasta diizinkan beroperasi dan China
juga terbuka bagi modal asing. Kebijakan terhadap penermaan modal asing
kemudian dikenal dengan sebutan “Kebijakan Pintu Terbuka”, kebijakan ini membuat kota-kota seperti Shenzen, Shuhai,
Shantou, dan Xiamen dibuka sebagai Kawasan Ekonomi Luar Biasa; sedangkan 14
kota lainnya disekitar pantai bersama pulau Hunan ditetapkan sebagai “kota-kota
bebas” yang setaraf kedudukannya dengan “Kawasan Ekonomi Luar Biasa”.
Selain itu, tiga daerah tempat
bermuaranya tiga sungai besar diputuskan pula sebagai kawasan penampungan modal
dan teknologi asing, sekaligus sebagai penyalur hasil pertanian daratan.
Kebijakan reformasi ekonomi Deng juga
membawa efek jangka panjang, sehingga pertumbuhan ekonomi tahun-tahun
setelahnya meningkat luar biasa. Dari tahun 1978 hingga 1995, GDP tumbuh 8%
atau 6,8% menurut versi Bank Dunia. Bank Dunia mencatat bahwa pertumbuhan China
tidak ada saingannya didunia, kecuali Taiwan dan Korea Selatan.
Modal asing telah membantu ekonomi China
untuk bangkit karena mampu memperbanyak kegiatan produksi dan menyerap tenaga
kerja yang ada, juga membawa keuntungan berupa alih dan transfer teknologi.
Industri China juga tumbuh dengan angka rata-rata 12% pertahun.
Ekonomi China memang menemukan
momentumnya kembali pada awal tahun 1990. Selama kunjungan Tahun Baru China
pada awal tahun 1992, Deng Xiaoping mengumumkan serangkaian upaya untuk
mendorong perekonomian supaya lebih maju lagi. Deng ingin melakukan pembaharuan
dalam reformasi pasar, menyatakan bahwa tugas baru China ada;aj menciptakan
“ekonomi pasar sosialis”.
Dan hasilnya, selama tahun 1993, output
dan harga-harga meningkat, investasi diluar anggaran melonjak, dan perluasan ekonomi
dilakukan dengan dikenalkannya lebih dari 2000 zona ekonomi khusus (SEZs) dan
aliran modal luar negeri yang difasilitasi oleh SEZs.
Untuk mengatasi terjadinya inflasi yang
parah, pemerintah menyediakan pinjaman spekulatif, menaikkan suku bunga, dan
mengevaluasi kembali proyek-proyek investasi, pertumbuhan ekonomi agak
dikurangi, sedangkan tingkat inflasi menurun dari 17% pertahun (1995) menjadi
18% pada tahun 1996.
Namun ketika seluruh Asia dilanda krisis
moneter, hal itu juga turut memengaruhi China, terutama menurunnya investasi
langsung luar negeri diikuti dengan penurunan tajam dalam pertumbuhan ekspor.
Tetapi bagaimanapun, China memiliki cadangan yang besar, mata uang daya
tukarnya tidak mudah berubah, dan tingkat aliran modal yang menguntungkan
investasi pada jangka panjang.
CHINA
ABAD XXI : KEKUATAN EKONOMI, GEO POLITIK DAN BUDAYA
China digambarkan sebagai negara komunis
yang membuka diri dengan pasar bebas. Sekitar 70 persen seluruh investasi
komersial di China berasal maupun mengalir melalui Hongkong, hingga mencapai 5
miliar pada tahun 1990-an, sedangkan investasi China ke Hongkong sekarang
sekitar 20 miliar dolar Hongkong.
Perdagangan Hongkong dengan China,
terutama dengan Guangdong berjumlah hampir 100 miliar dolar pada tahun 1993, yang
meningkat dari 5,7 miliar dolar pada tahun 1980.
Untuk mengantisipasi perubahan dan
persaingan, dibuatlah jalan tol senilai 12 miliar dolar oleh pengusaha Gordon
Wu untuk menghubungkan SenZhen dan Guangzhou sehingga dapat mempercepat jarak
tempuh dari enam menjadi dua jam yang menghubungkan Hongkong dan akhirnya Macao
pada masa selanjutnya.
Oleh sebab itu, kembalinya Hongkong
kepada China setelah sebelumnya dijajah Inggris, memberikan banyak keuntungan
bagi China. Setelah sebelumnya direbut Inggris, China berupaya keras untuk
merebut kembali Hongkong yang merupakan
wilayah cosmopolitan paling strategis dan sangat menguntungkan.
Oleh sebab itu, ketika perebutan
berhasil dilakukan, China rela memberikan kebijakan kapitalisme dan tidak
mengikat Hongkong dengan memaksa pemerintahannya mengikuti alur komunisme.
Dengan kata lain, Hongkong dijanjikan akan tetap memperoleh identitas
internasional sendiri yang terpisah dari China. Hongkong juga diperbolehkan
mengembangkan demokrasi, serta memiliki mata uang sendiri.
CHINA
SEBAGAI RAKSASA EKONOMI
Naiknya China sebagai raksasa baru
ekonomi dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain adalah factor potensi
alamnya yang luas dan kaya serta aliran investasi luar dan dalam negerinya yang
amat luar biasanya, khususnya dibidang industri, infrastruktur, dan properti.
Investasi tersebut membuat terbuka
luasnya lapangan kerja, sehingga pendapatan perkapitapun meningkat, dari 300
dolar AS pada 20 tahun silam menjadi 1.100 dolar A.S pada tahun 2004 (bahkan
dibeberapa kota besar, seperti ; Shanghai, pendapatan perkapita rakyat mencapai
6.700 dollar A.S). Hal tersebut membuat China secra istimewa membawa lebih
kurang 220 juta warganya keluar dari kemiskinan yang parah.
Yang lebih mencengangkan, ekspor China
ke A.S mencapai 125 miliar dolar AS pada tahun 2002, sebaliknya ekspor AS ke
China hanya 19 miliar dolar AS. Perbedaan ini utamanya disebabkan oleh fakta
bahwa orang AS mengonsumsi lebih banyak dari yang mereka produksi.
Pemerintah China juga memfokuskan diri
dalam perdagangan asing sebagai kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, mereka mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi Khusus, dimana hukum
investasi diliberalisasi untuk menarik modal asing, yang menyebabkan investasi
asing terus meningkat, dan menjadikan China menjadi negara berkembang terbesar
dalam hal investasi asing.
Seiring dengan itu, jumlah barang-barang
mewah di China semakin meningkat, baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri, sehingga dapat melampaui Jepang sebagai konsumen papan atas barang
mewah didunia. Saat ini, China menduduki peringkat ketiga didunia, setelah
Jepang dan Amerika Serikat.
STRATEGI
GEOPOLITIK DAN KEKUATAN MILITER
Republik Rakyat China (RRC) juga dikenal
sebagai pemilik pasukan tentara terbesar didunia. Jumlah anggaran belanja
militer China diperkirakan mencapai nilai AS$30 miliar pada tahun 2005, namun
belum termasuk uang yang digunakan untuk membeli senjata luar, kajian dan
pembangunan ketentaraan, ataupun para militer (polisi RRC). Pasukan tentara
China dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni laut dan udara.
Pertahanan udara China bersumber dari
peralatan ultra modern S-300 Surface yang merupakan system terbaik dalam
menahan serangan peluru kendali udara didunia. Pemodernan juga dilakukan RRC
untuk angkatan daratnya, yakni dengan memodernkan peralatan elektronik mereka
dan memperbaiki kebolehan mereka dalam menembak sasaran yang tepat.
Dan pada tahun 1990-an, China membangun
empat puluh pembangkit tenaga atom dan merencanakan pembuatan nuklir dengan
sangat ambisius, yang akan diselesaikan pada tahun 2015.
PS: This book is one of the books published in the modern era. The cover is modern, the books is wonderful and easy to read and understood. This is the book truly i recommended for you to read, if u have concern about China history. Don't just copy it, i told you, better to have the real. For real, i also confuse when making summary, because this books is too interesting to read, so i feel like.. i want to put them all at my summary. fiuhhhhhhh~

"CHINA - NAGA RAKSASA ASIA"
By: A. Zaenurrofik
CHINA SEBAGAI ENTITAS PERADABAN
Perang Candu I pada tahun 1840 telah
membuat situasi ekonomi dan politik China berantakan. Berbagai wilayah seperti;
Hongkong, Taiwan dan Makau lepas, dan daerah itu bahkan direbut bangsa Barat
yang diberikan status otonom. Ketika itu, Dinasti Qing tidak dapat menghadapi
serangan Barat yang memiliki peralatan canggih. Integritas China dipertaruhkan.
Namun pada dasarnya, masyarakat China
telah memiliki basic yang bagus. Kedisiplinan ditanamkan jauh ketika mereka
masih kanak-kanak, sehingga disiplin telah menjadi watak tersendiri bagi
masyarakat China.
PERADABAN
CHINA PRA-MODERN
Di masa modern, wilayah kekuasaan RRC
membentang dan menguasai sebagaian besar Asia bagian Timur, sementara Republik
China terdiri dari beberapa pulau disekitarnya termasuk Taiwan.
Basis peradaban China di sokong oleh dua
sungai besar (sungai Kuning dan sungai Yangtze) yang memberikan kesuburan pada
apa saja yang ditanam ditanah China, selain itu masyarakat China juga dapat
menangkap apa saja yang ada disungai dan laut.
Sungai Kuning (Hwang Ho) atau bisa juga disebut sebagai “Duka China”
merupakan sungai tempat kelahiran bangsa China, namun seringkali mengancam
rakyat China akan bencana banjirnya. Oleh karena itu, hanya beberapa kota saja
yang dapat tumbuh dan berkembang ditepi sungai Kuning, yaitu : Lanchow,
Kaifeng, ChengChow, dan Tsinan.
Sedangkan sungai Yangtze atau biasa
dikenal sebagai Chiang Kiang (sungai panjang) merupakan sumber sejarah dan
kehidupan bagi bangsa China. Sungai Yangtze dikenal sebagai sungai terpanjang
di Asia. Bersama dengan anak-anak sungainya ; Min, Han, Yalung, dan Kiajing,
sungai Yangtze mengangkut jutaan ton lumpur pertahun, dan deltanya merupakan
daerah penghasil beras utama di China. Oleh sebab itu, ditepi sungai ini,
terletak kota-kota penting China seperti Chingking, Wuhan,dan Nanking, yang
perdagangannya sebagian dimajukan oleh keberadaan sungai ini. Bahkan, kota
kembar tiga Wuhan, salah satu pusat industri terbesar China, terletak dialur
rendah Yangtze, dan di wuhan terdapat jembatanYangtze yang menghubungkan China
Utara dan China Selatan.
Saat ini, China merupakan negara
terbesar ke-4 didunia dan mencakup daratan yang luas. Sebagai negara dengan
catatan sejarah lebih dari 4000 tahun, China telah memberikan berbagai
sumbangan penting terhadap dunia. Peradaban yang maju selalu ditandai dengan
penemuan-penemuan, dan China memberikan beragam penemuan penting bagi dunia,
seperti ; bubuk mesiu, kertas, percetakan, kompas, magnet, semuanya bermula
dari China.
Dilihat dari sejarahnya, China dibagi
atas beberapa periode yang ditandai dengan pergantian Dinasti. Sebuah dinasti
baru biasanya muncul setelah suatu periode Dinasti sebelumnya telah terpecah
belah atau telah terjadi perang saudara, Dinasti tersebut dipimpin oleh seorang
pemimpin yang disebut sebagai Kaisar. Catatan sejarah China pertama kali
ditulis oleh Sima Qian, ahli sejarah China pada abad ke 2 SM yang menggambarkan
tentang zaman “Tiga Tokoh Mulia” dan “Lima Kaisar”.
Dan semenjak China menjadi suatu
kekaisaran pada abas ke 3 SM, di China telah sering terjadi pergantian dinasti
atau keluarga penguasa. Secara garis besar, dinasti-dinasti ini terbagi atas
dua jenis, yakni Dinasti Besar yang berkuasa lama, misalnya: Dinasti Han (awal
abad ke-3 SM hingga tahun 220), Dinasti Tang (618-906), Dinasti Song
(960-1279), Dinasti Ming (1368-1644), dan terakhir Dinasti Ching (Qing) atau
Manchu (1644-1912). Dan jenis yang kedua, yaitu sejumlah dinasti kecil yang
hanya berkuasa sebentar diantara masa pemerintahan dinasti-dinasti besar.
Beberapa dinasti kecil ini hanya bertahan selama tidak lebih dari 29 tahun atau
bahkan kurang.
Selain itu, perbedaan antara Dinasti
juga dapat dibagi menjadi Dinasti Asli dan Dinasti Penakluk. Dinasti Penakluk
merupakan dinasti yang berkuasa lewat penaklukan militer, dinasti penakluk yang
terkenal adalah Dinasti Yuan yang didirikan oleh Kubilai Khan dan tentara kuda
Monglnya pada tahun 1260, dan Dinasti Ching yang didirikan oleh Manchu (yang
berasal dari Manchuria).
KEBERAGAMAN AGAMA CHINA
Secara umum, China dikenal sebagai
negara yang menjaga tradisi dan agamanya dengan baik. Masyarakat China
menganggap, agama memiliki spirit yang berkaitan dengan cara manusia
memperlakukan kehidupan ekonominya, sehingga dinamika ekonomi-politik China
dipengaruhi oleh perkembangan agamanya.
Menurut kepercayaan agama, China adalah
politeisme (menyembah banyak Dewa) bukan monoteisme (menyembah satu tuhan), dan
pemujaan bagi arwah leluhur nenek moyang merupakan praktik agama yang tertua di
China (kecuali pada masyarakat China yang menganut agama Islam atau Kristen).
1.
Taoisme
Taoisme pada mulanya merupakan suatu
filsafat yang diturunkan dari ajaran Lao Tse, yang hidup pada abad ke-6 SM dan
ajaran Chuang Tzu yang hidup pada abad ke-4 SM. Taoisme menekankan keselarasan
antara manusia dengan alam dan menjungjung perilaku pasif. Setelah
berabad-abad, filsafat ini akhirnya menjadi suatu kepercayaan (agama), dan
dibawah pengaruh Buddhisme, memiliki dewa, kuil, dan pendeta sendiri.
Taoisme memisahkan alam manusia dengan
ruh. Meskipun pembebasan ruh (jiwa) merupakan tujuan puncaknya, penganut
Taoisme terlibat dalam penyelidikan dunia fisik. Keterlibatan inilah yang
mendorong para Taois kedalam ilmu kimia semu untuk mencari zat pembebas yang
akan membawanya kepada kehidupan yang abadi.
2.
Buddhisme
Buddhisme masuk ke China dari India sekitar
permulaan Zaman Kristen. Buddha lalu menjadi agama besar dan tersebar luas
meskipun banyak pendeta Konfusianisme menyesalkan pengaruh agama Buddha, namun
mereka tidak dapat menghentikan penyebarannya.
Salah satu alasannya adalah karena sejak
Dinasti Han yang terakhir (abad ke-2) hingga abad ke-6, di China tidak terdapat
kedamaian dan persatuan yang menyebabkan banyak orang mencari naungan dibawah
Buddhisme, karena didalam biara Buddha, orang tidak perlu merisaukan berbagai
masalah dunia yang tidak terpecahkan, dengan membaca kitab, melakukan doa, dan
bersemedi.
Buddhisme yang berkembang di China
adalah Buddha Mahayana yang mengajarkan bahwa setiap orang dapat ke surge
melalui kepercayaan dan kesucian. Jika Konfusianisme mengabaikan masalah
kehidupan setelah kematian, Buddhisme menawarkan jalan keluar bagi mereka yang
cemas terhadap “dunia lain”. Pada umumnya, Buddhisme memiliki banyak dewa atau
ruh, tetapi di China, citra Dewi Kuan Yin (Dewi Kemurahan) merupakan dewa yang
paling dikagumi, terbukti dari ditemukannya banyak sekali patung didalam setiap
rumah atau kuil.
3.
Islam
Islam masuk pertama kali ke China karena
dibawa oleh rombongan yang dikirimkan oleh Khalifah Utsman pada tahun 651,
kurang lebih setelah lebih dari dua puluh tahun meninggalnya Nabi Muhammad.
Rombongan itu diketuai oleh Sa’ad Ibnu Abi Waqqas, ayah saudara Nabi setelah
Ibu.
Yung We, maharaja Tang menerima
rombongan tersebut, lalu kemudian ia memerintahkan didirikannya masjid di
Canton, yang merupakan masjid pertama yang berdiri di China.
Pada zaman Dinasti Song, agama Islam
dianggap lebih mulia oleh rakyat China, dan agama Islam telah berkembang di
China sehingga kawasan kediaman penduduk beragama Islam menjadi lebih luas.
Namun, masjid yang berdiri pada masa Dinasti Song sudah tidak banyak lagi
berdiri hingga sekarang.
Pada zaman Dinasti Yuan, perkembangan
agama Islam mengalami perkembangan paling pesat dan paling makmur, hingga
mempengaruhi aspek politik dan mempunyai keuddukan yang penting dalam arena
politik serta kehidupan masyarakat. Pada saat itu pula, masyarakat China banyak
melakukan hubungan dengan Arab. Masjid juga bertambah banyak, dan arsitekturnya
pun telah bercampur antara seni Arab dan seni arsitektur China, yakni dengan
banyak menggunakan kayu berukir.
Tetapi, pada zaman Dinasti Ming,
perkembangan agama Islam di China menghadapi rintangan, hal ini disebabkan oleh
maharaja pertama Dinasti Ming memandang rendah agama Islam. Baginda
mengeluarkan perintah untuk melarang rakyat menyembelih sapi secara tersendiri
dan beberapa dasar yang mendiskriminasi umat Islam, termasuk orang Islam
dilarang menjadi pegawai kejaraan, dan lain-lain.
Namun, walaupun
pada zaman Dinasti Ming perkembangan agama Islam mengalami penyurutan secara
besar-besaran, pengaruh agama Islam tetap memberikan peranan penting dalam
sejarah masyarakat China.
Umat Islam memberikan sumbangan yang
besar terhadap perkembangan sains dan teknologi China, seperti penggunaan
kalender yang diciptakan umat Islam, alat pandu ruang angkasa yang diciptakan
oleh seorang ilmu falak yang bernama Zamaruddin yang popular digunakan pada
zaman Dinasti Yuan, ilmu Matematika yang dikembangkan di Arab dan kemudian
diterima orang China, Ilmu pengobatan Arab yang juga menjadi bagian dari ilmu
pengobatan China, pembuatan meriam yang diciptakan oleh orang Islam China,
selain itu orang Islam juga terkenal dengan teknik pembangunan dan menenun.
4.
Kristen
Kristen masuk ke China pada awal abad
ke-7, tetapi baru mendapat banyak pemeluk ketika penginjil Yesuit datang pada
abad ke-16. Banyak diantara penginjil seperti Matteo Ricci (1552-1610) menjadi
terkenal diberbagai pengadilan kekaisaran sehingga diberi jabatan resmi.
Namun, pertikaian dengan misionaris
Katolik lainnya serta keputusan paus Benedictus XIV tahun 1742 melarang orang
China Katolik menyembah nenek moyang mengakibatkan ditangguhkannya para
misionaris. Fase misionaris Kristen modern dimulai sejak kekalahan China oleh
Eropa pada pertengahan abad ke-19.
5.
Konfusianisme
Aliran kepercayaan ini bisa dikatakan
identik dengan masyarakat China itu sendiri. Awalnya, Taoisme sangat
berpengaruh di China, tetapi akhirnya menurun setelah turunnya Buddhisme dan
adanya dukungan resmi bagi Konfusianisme yang mempergunakan pemujaan leluhur
sebagai ekspresi keagamaan.
Watak tradisi China yang relative tidak
berubah pada dasarnya dikarenakan ajaran Konfusianisme yang telah berkembang
selama lebih dari 2000 tahun. Karena ajaran Konfusianisme mengutamakan etika,
maka konsep dan kekuatan hukum cenderung tetap lemah di China. Sebaliknya,
pendidikan selalu ditekankan karena pendidikan dianggap sebagai suatu cara yang
paling efektif untuk mengajarkan moral.
Sebagai akibatnya, pendidikan yang
diajarkan berdasarkan ajaran Konfusianisme menjadi metode utama untuk memilih
para pemimpin dan pejabat pemerintahan serta masyarakat.oelh sebab itu, ajaran
tersebut merupakan semacam legitimasi bagi mobilitas sosial dan posisi
sosial-politik di China.
Sistem pendidikan Konfusianis
dimaksudkan untuk memilih pejabat public dengan bentuk penggemblengan
masyarakat yang terbuka secara teratur bagi orang-orang yang terpelajar.
Terdapat empat tingkatan gelar yang diberikan setiap akhir ujian, mereka yang
telah lulus patut menduduki jabatan dalam pemerintahan dan menjadi pimpinan
bagi masyarakat.
Sebenarnya, Konfusianisme lebih tepat
disebut sebagai suatu filsafat moral dan sosial daripada sebuah agama.
Penggagas Konfusianisme, Konfucu, menekankan pentingnya hubungan yang etis dan
keagungan manusia. Dua ajaran utamanya adalah jen dan i. Jen didefiniskan sebagai cinta kasih
antar sesame umat manusia, atau pokok hubungan manusia; sedangkan I adalah kewajiban seseorang terhadap
sesama manusia. Pada intinya, Konfusianisme adalah ajaran kemanusiaan China.
Dan menurut pokok pikiran Konfusianisme,
peningkatan kesejahteraan manusia harus dimulai dengan pembinaan seseorang
melalui pendidikan. Lalu, peningkatan ini melangkah menjadi aturan hidup
keluarga dan kehidupan bangsa bagi ketenangan dunia dan bagi terciptanya kesejahteraan
yang di idam-idamkan.
Menurut Konfusianisme, alam manusia akan
menjelma dengan baik lewat cinta kasih orangtua dengan anaknya. Oleh karena
itu, penekanan diletakkan pada ajaran hormat-menghormati antara orangtua dengan
anaknya, juga termasuk patuh kepada penguasa, saudara, dan teman-temannya.
Ajaran Konfusianisme mengajarkan perlunya kerja keras, tekun, hemat, dan
persaingan untuk maju.
Kekuatan ajaran Konfusianisme sebenarnya
terletak pada kebajikan moralnya. Salah satu kebijaksanaannya adalah penganut
Konfusianisme tak pernah mengutuk siapapun betapapun jahatnya orang tersebut.
Sejumlah sarjana yang menekuni Konfusianisme melihat bahwa selalu ada persamaan
antara pemrintah yang bijaksana dengan kebijakan orang perorang yang menjadi
landasan bagi Konfusianisme.
KOMUNIS VS AGAMA
Secara umum, ada anggapan yang
menyatakan bahwa komunisme adalah paham yang paling agresif menyerang agama.
Kaum Masxis-Komunis beranggapan bahwa dunia kehidupan ini berjalan karena
hubungan materi-materi yang saling berkaitan dan tidak ada factor dari luar
termasuk kehendak Tuhan.
Menyembah Tuhan dianggap oleh kaum
komunis sebagai “ilusi” yang menghalangi manusia untuk melihat realitas bahwa
dirinya ditindas, tanpa tahu dirinya ditindas, karena menganggap seluruhnya merupakan
takdir Tuhan. Oleh karena itu, kaum Komunis merasa ‘wajib’ untuk menghilangkan
‘ilusi’ agama dan Tuhan yang ada dikepala-kepala orang tertindas.
Tetapi sebenarnya, sebelum kaum komunis
muncul, gerakan nasionalisme China sudah mulai merasa jijik terhadap agama.
Nasionalisme China mulai membenci kedatangan orang-orang asing yang menawarkan
berbagai macam agama.
Karena itu hingga kematian Mao Zedong
1976, pemerintahan komunis tidak mendukung praktik keagamaan. Orang Kristen
banyak disiksa karena keterikatannya dengan misionaris asing. Biarawan Buddha
dikeluarkan dari klenteng, lalu dihentikan nafkah dan kebikuannya. Namun, hanya
Islam sajalah yang diizinkan berjalan karena China hendak memelihara hubungan
baiknya dengan negara-nega Islam pada tahun 1978.
AGAMA DI ERA KETERBUKAAN
Pada saat kubu Maois tersingkir dari
tubuh partai dan negara RRC, dikomandani oleh Den Xaoping, ajaran Konfusianisme
mendapatkan tempatnya kembali di China.
Berbeda dengan Mao yang menganggap bahwa
agama akan menjadi penghalang China untuk berkembang, Den Xaoping menganggap
spirit Konfusian sangat dibutuhkan oleh masyarakat China, karena prinsip
hidupnya yang realistis dan pragmatis.Prinsip Konfusian yang menganggap bahwa
segala sesuatu harus dimanfaatkan untuk kepentingan tanah leluhur, sejalan
dengan pemikiran Deng. Selain itu ajaran Konfusian seperti ; kerja keras,
tekun, hemat, dan persaingan untuk maju dianggap Den Xaoping akan membangun
China lebih baik lagi.
Selain itu, Den Xaoping juga memberikan
keterbukaan bagi agama yang lain untuk berkembang. Fasilitas keagamaanpun
dibangun kembali. Dan pada era 1980-an, kehidupan agama tampak segar kembali
seiring dengan keterbukaan yang dijalankan oleh Partai Komunis China dan
negara.
Oleh sebab itu, agama atau ajaran
Konfusianisme merupakan warisan ribuan tahun dan hingga saat ini masih melekat
dalam masyarakat China.China siap memasuki sejarah tanpa harus membuang agama
jauh-jauh, tetapi tetap membiarkannya dan menjadikan agama sebagai identitas
yang mengikat China sebagai kesatuan budaya yang berbeda dengan masyarakat
lainnya.
IMPERIALISME CHINA DI ERA PERGOLAKAN POLITIK
Hubungan China dengan negara luar
dimulai melalui hubungan dagang antara raja-raja dengan para pedagang dari
Barat. Sebelum terjadinya Perang Candu (1839-1842), selama 200 tahun China
telah berhubungan dagang dengan Rusia didaerah perbatasan utara.
Selama bertahtanya Kaisar Kang Si dan
Kaisar Jung Ceng di era Dinasti Qing atau disebut juga Dinasti Cing (1644-1911)
pernah terjadi perselisihan perdagangan yang menimbulkan pertempuran militer
diantara kedua negara ini.Perselisihan itu berakhir dengan ditandatangainya
Perjanjian Nercinsk pada tahun 1689 dan Perjanjian Kichta pada tahun 1927.
Terjadinya kematangan kapitalisme Eropa
mulai abad ke-16 mengakibatkan adanya tuntutan bangsa-bangsa Barat untuk
melakukan ekspansi kedunia lainnya, termasuk China. Para pedagang itu masuk
China melalui wilayah pantai provinsi Kuangtung dan Provinsi Fucien dengan
bertindak sebagai bajak laut. Spanyol tiba di China pada tahun 1575, Belanda
pada tahun 1601, dan Inggris pada tahun 1637.
Pada abad ke-16 bangsa Portugis
memonopoli perdagangan Timur Jauh. Kemudian satu abad kemudian, kedudukan
mereka diambil alih Belanda. Dan pada abad ke-18, atas usaha EIC (East India Company) Inggris menguasai
perdagangan Timur Jauh dan China. Inggris berusaha membuat China lebih terbuka
pada orang asing, terutama dalam hal perdagangan, mengingat waktu itu
pemerintahan Qing di China menjalankan politik pengasingan diri dari hubungan
luar negeri.
Dinasti Qing memang lambat menerima
kemodernan yang dibwa oleh Barat, dan merasa ketakutan bahwa kemajuan dibidang
teknologi dan budaya yang datang dari Barat akan menjadi ancaman terhadap
penguasaan mutlak mereka di China. Ditambah lagi pada dinasti Ming memang anti
terhadap kemajuan teknologi. Dapat dilihat dari penggunaan serbuk mesiu yang
digunakan secara meluas pada masa Dinasti Song dan Dinasti Ming, justru
diharamkan oleh raja-raja pada Dinasti Qing.
Oleh sebab itu, aktivitas perdagangan
luar negeri hanya diperbolehkan dipelabuhan Kuangcou saja, dan dikontrol ketat
oleh raja Qing. Para saudagar asing itu pun harus patuh terhadap peraturan
pemerintah kerajaan, misalnya ; mengenai jangka waktu mereka menetap di China,
apa saja aktivitasnya, dan dimana mereka diperbolehkan menginap atau tinggal.
Pemerintah Inggris berulang kali
mengirimkan seorang utusan China untuk mengadakan hubungan diplomatic dengan
China agar urusan perdagangan dapat berjalan lancar. Namun, berkali-kali juga
diplomasi ditolak, hingga akhirnya Dinasti Qing menegaskan untuk masa
selanjutnya, utusan dari negara asing manapun tidak diperbolehkan masuk Peking.
Inggris pun mencoba cara lain untuk
menguasai China. Hal ini dikarenakan Inggris sangat mempunyai
kepentingan-kepentingan untuk menguasai China, China merupakan pintu masuk
untuk mebuka pasar ke Timur Jauh. Oleh sebab itu, jika China berhasil dikuasai
dan dikontrol, maka negeri-negeri lainnya juga akan mudah dikuasai. Inggris
menyebarkan candu, dan ingin menjual candu melewati China, tetapi akhirnya
perdagangan candu dilarang keras oleh pemerintahan Qing dan candu-candu
tersebut kemudian disita dan dibakar.
Namun pada bulan Februari 1840, Inggris
menyulut serangan ke China dengan mengirimkan tentaranya, yang kemudian dikenal
dengan Perang Candu (Opium War).
Namun Inggris tak pernah mengakui bahwa perang tersebut dilator belakangi oleh
perdagangan candu, tetapi dengan alasan bahwa pemerintah China memperlakukan
para pedagang Inggris secara tidak sederajat.
Perang Candu menunjukkan adanya ketidak
seimbangan kekuatan, karena pasukan dan persenjataan Inggris terlalu kuat.
Setelah mendarat dibeberapa tempat, pasukan Inggris membunuh dan merampo
seperti halnya kolonialisme yang hendak masuk kesuatu wilayah. Segera terlihat
bagaimana watak elit-elit China dihadapan imperialis. Pada saat rakyat mulai
membenci penjajah asing, kalangan raja-raja dan elit justru merasa perlu untuk
melakukan kompromi dan bersedia diajak negosiasi.
Mula-mula memang pemerintahan Cing takut
pada kekuatan asing yang akan merugikan kekuasaannya, tetapi setelah melihat
kekuatan lawan jauh lebih tangguh, ia justru mengumumkan perdamaian.
Dan pada tahun 1842, pemerintahan Qing
menerima perjanjian yang sangat menguntungkan Inggris, yang dikenal sebagai
Perjanjian Nancing. Didalam perjanjian ini, Inggris memperoleh ganti rugi
sebesar 21.000.000 yuan serta mendapatkan Hongkong. China juga terpaksa membuka
Kuangcu, Fucong, Siamen, Ningpo, dan Shanghai menjadi pelabuhan perniagaan
dengan negeri asing, dan dalam praktiknya mengakui bahwa cukai untuk pemasukan
barang-barang Inggris harus ditetapkan menurut persetujuan antara kedua negeri
itu.
Lima belas tahun setelah Perang Candu,
Inggris dan Perancis kembali menyerang China (1857-1860) yang kemudian dikenal
dengan Perang Candu II, yang tujuannya adalah untuk melakukan cengkraman yang
lebih kokoh pada China.
Tetapi gerakan rakyat mulai terbangun.
Perlawanan diungkapkan dengan berbagai cara, bahkan raja dianggap sebagai
pengecut yang takut menghadapi kaum penjajah. Gerakan rakyat anti-Inggris
muncul dua kali di Kuangcu pada tahun 1641 dan 1842, tetapi kedua-duanya justru
ditindas oleh Dinasti Qing. Fase inilah yang memulai adanya sikap yang berbeda
antara rakyat dengan penguasa feodal dalam menghadapi penjajah.
Perasaan benci pada dinasti sebagai
produk feodal mulai tumbuh. Negara-negara kuat menekan pemerintahan Raja Qing
dengan senjata. Kaum penguasa feudal tetap bertahan dalam kekuasaannya dengan
cara menjilat penjajah asing, sehingga kebincian rakyat semakin meningkat, namun
mereka belum berani mengungkapkan kemarahan mereka, hingga muncullan nama-nama
baru dari kelas menangah yang menjadi penganjur perubahan serta pengkritik
kekuasaan. Misalnya ; Ma Cien Cung, Sue Fu Ceng, Cen Ce, Wang Tau, Ceng Kuan
Jing, Cen Ciu, Sung Ji Den, dan lain-lain. Mereka menginginkan system politik
“monarki konstitusional” yang berlawanan dengan kalangan birokrat yang tetap
menginginkan tatanan autokrasi yang tradisional (kerajaan).
Ide-ide demokrasi Barat nampaknya mulai
merasuki kalangan pemikir China, ide-ide seperti ; dibentuknya dewan perwakilan
yang nantinya akan menjadi alat idelogis untuk melawan imperialisme itu
sendiri.
Akhirnya terjadi
pemberontakan-pemberontakan yang bermula pada abad ke-20, pemberontakan Petinju
yang mengancam China utara, yang mencoba memulihkan China kepada cara-cara
lama. Tetapi kemudian pasukan sekutu (Inggris, Jepang, Rusia, Italia, Jerman,
Prancis dan A.S) berhasil menumpas para pemberontak tersebut dan menuntut lebih
banyak lagi konsesi dari kerajaan Qing.
Perlawanan mulai bangkit kembali pada
tahun 1898, muncul kudeta yang dilakukan oleh kaum pamong praja (pejabat),
terpelajar, dan kaum ningrat yang melakukan aliansi. Tetapi gerakan tersebut
gagal lagi, dan pada saat yang hampir bersamaan, muncul gerakan rakyat bawah
atau biasa dikenal dengan “Gerakan Ji He Tuan”.
Gerakan Ji He Tuan pada awalnya hanya
semacam cabang kelompok rahasia yang bernama “Teratai Putih” yang sebenarnya
dibangun atas motivasi agama. Kelompok ini berdiri sejak permulaan abad ke-17,
namun kemudian berkembang membentuk sebuah gerakan yang memakai spirit anti
Kristen, dan hingga bulan April dan Mei tahun 1900, kota Pekking dan Tiencin
hampir seluruhnya dikuasai oleh gerakan ini. Bersama tentara-tentara pemerintah yang bergabung dan mengeping
kedutaan negara-negara asing di Peking. Yang kemudian menyebabkan 8 negara
menyerang balik Peking dari Pelabuhan Tangku dan Tiencin, yang menyebabkan
kaisar dan ibu suri Ce Si melarikan diri.
Gerakan Ji He Tuan dituduh Kaisar Qing
memberontak dan memaksa mereka menunjukkan kesetiaan mereka kembali pada
penjajah asing, dan akhirnya gerakan tersebut dibasmi.
CHINA MODERN
Setelah berbagai peristiwa besar terjadi
pada tahun 1900 dan sebelumnya, berbagai gerakan yang berwatak modern,
nasionalis, dan revolusioner mulai tumbuh, terutama sejak tahun 1905, gerakan
revolusioner kelas menengah pun bangkit.
Nasionalisme modern mulai muncul dengan
berbagai ide Barat yang masuk, yang juga dibwa bersamaan dengan penjajahan
Barat itu sendiri. Ide nasionalisme identik dengan gerakan anti-asing.
Hingga tahun 1900 sampai 1925, dapat
dikatakan semua gerakan politik yang mendapat dukungan rakyat bertujuan untuk
menentang campur tangan asing dalam urusan dalam negeri China. Bahkan setelah
China merebut kemerdekaannya setelah Perang Dunia II, nuansa anti-asing
tersebut juga masih terwarisi. Buktinya adalah terjadinya konflik antara China
dan Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Setelah terjadi gejolak politik pada
tahun 1911, China dikuasai oleh para panglima perang (war world), dan secara khusus dapat dilihat mulai tahun 1916 hingga
tahun 1928. Pusat pemerintahan ada di Peking tetapi kendali kekuasaan sering
kali berpindah dari satu pemimpin militer kesatu pemimpin militer lainnya.
Oleh karena itu, Partai Komunis China (PKC)
didirikan oleh para pejuang revolusioner China pada tahun 1921, mereka
mengobarkan perlawanan dalam upaya melawan para war world yang berusaha
mempertahankan system feodalnya. PKC juga merasa kecewa dengan Koumintang
(Partai Nasionalis China) sebagai kekuatan politik yang mandul dan tidak punya
perspektif yang maju.
Koumintang (Partai Nasionalis China)
awalnya didirikan oleh Dr. Sun Yat Sen (1866-1925) yang berhasil menumbangkan
Dinasti Qing dan mulai membangun sebuah pemerintahan republic di China pada
tahun 1912.
Akan tetapi, republic baru tersebut
dihadapkan pada berbagai masalah, dikarenakan kekuatan militernya yang tidak
nyata. Sun Yat Sen akhirnya segera dipaksa untuk menyerahkan kedudukannya
sebagai presiden yang digantikan oleh Yuan Shih K’ai yang menguasai tentara di
utara. Yuan pun membubarkan republic dan mengganti system pemerintan parlemen
dengan monarki absolute. Dan memproklamasikan dirinya sebagai kaisar.
Setelah kematian Yuan pada tahun 1916,
dimulailah suatu zaman yang disebut dengan kekuasaan militer. Kaum militer
diberbagai tempat saling bertempur, sehingga pemerintah pusat Beijing
berpindah-pindah tangan menurut siapa yang memenangkan pertempuran tersebut.
Dan setelah Sun yat Sen meninggal pada
tahun 1925, kepemimpinan Koumintang pindah ketangan Chiang Kai Sek, dan pada
tahun 1926, Chiang memimpin ekspedisi tentaranya ke utara melawan militer yang
berkuasa, dan ia berhasil mengalahkan sebagian besar penguasa militer itu dan
akhirnya mendirikan sebuah pemerintahan nasional baru di Nanking.
China dibawah Chiang Kai Sek mengalami
banyak masalah dalam negeri serta ancaman dari luar negeri. Ancaman dalam
negeri yang terjadi ketika masa pemimpinan Chiang antara lain ; ketika PKC
menentang pemerintahan pusat dan mengadakan pemberontakan. Sedangkan ancaman
dari luar negeri adalah militerisme Jepang yang ingin memperluas wilayah
kerajaannya dengan menaklukan China. Dan kemudian, pada tahun 1931, Jepang
menduduki Manchuria.
Namun pada tahun 1937, Jepang menyerang
China yang dilatar belakangi oleh kekhawatiran Jepang akan semakin menguatnya
persatuan masyarakat China. Akhirnya, pada bulan Juni 1937 dimulailah perang
perlawanan selama 8 tahun, dimana kaum Nasionalis dan Komunis membentuk suatu
font persatuan karena merasa terancam oleh Jepang.
Ketika Perang Dunia II berakhir pada
tahun 1945, tentara komunis menjadi semakin kuat dan banyak, sedangkan
pemerintah nasionalis sedang dihadapkan oleh berbagai macam persoalan.
Ketika itu, moral militer menurun,
inflasi tak dapat dikendalikan, dan kemampuan pemerintah untuk memperoleh
dukungan rakyat semakin melemah karena pemerintahannya korup dan tidak efisien.
Amerika Serikat berupaya untuk mendamaikan partai-partai yang saat itu saling
berperang, namun perang saudara tetap menjadi masalah yang tak dapat
dikendalikan lagi di China, sehingga akhirnya Chiang dan pemerintahannya
terpaksa mundur ke pulau Taiwan (Formosa). Dan pada tanggak 1 Oktober 1949,
kaum komunis dibawah Mao Zedong memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat
China (RRC) di kota kuno Beijing.
Mao berupaya untuk menyelesaikan masalah
yang tak terselesaikan di China dengan memusatkan perhatian pada perbaikan
sector-sektor produktif, seperti ; pabrik-pabrik, produksi, fasilitas-fasilitas
transportasi, serta mengendalikan inflasi dan mengontrol pengeluaran
pemerintah.
Selain itu, factor internasional juga
memberikan pengaruh penting akan kemenangan kaum komunis, yaitu keberadaan dan
dukungan komunisme di Uni Soviet, karena pada masa-masa perkembangannya, China
sangat intensif berhubungan dengan kaum Bolshevik (komunis Rusia) yang dimulai
dengan Revolusi 1917 dibawah pimpinan Lenin.
MAO (ISME) DAN REVOLUSI CHINA
Bagi para penggagas Revolusi China 1949
yang dipimpin oleh Mao Zedong dan tokoh-tokoh lain di balik Partai Komunis
China (PKC) maupun “Tentara Merah”, komunisme diciptakan sebagai tahapan
tertinggi dari masyarakat dimana kelas dan pertentangan kelas menghilang karena
sudah tidak lagi monopoli atas alat-alat produksi dan sumber-sumber ekonomi.
Karl Marx menegaskan, bahwa didalam
paham komunis akan muncul sebuah kediktatoran proletariat. Berbeda dengan
kediktatoran kaum kapitalis yang pada dasarnya adalah kediktatoran kelas,
dimana kaum minoritas menguasai alat produksi modal dan menggunakannya untuk
menindas mayoritas kaum pekerja, kediktatoran proletariat justru bertujuan
untuk menindas segala kemungkinan bangkitnya kembali kekuatan-kekuatan
reaksioner dari kaum kapitalis.
Mao percaya bahwa kaum tani memiliki
karakter revolusioner (kediktatoran proletariat) yang dilator belakangi
peristiwa pemberontakan kaum petani China dalam insiden 30 Mei 1925, selain itu
Mao juga menyadari bahwa China adalah negara agraris dengan jumlah kaum tani
yang besar.
Oleh karena itu, dalam perjalanan
sejarah PKC selanjutnya, terjadi rekonstruksi terhadap pemikiran dasar gerakan
komunis di China, yaitu :
1. Mengutamakan
kaum petani sebagai kekuatan pokok revolusi (berbeda dengan Uni Soviet yang
mengandalkan kaum buruh)
2. Mementingkan
pembentukan tentara komunis secara tersendiri untuk melindungi kelangsungan
hidup partai.
3. Menjadikan
daerah pedesaan sebagai tempat tinggal kaum petani China yang revolusioner
sebagai basis perjuangan dan bukan kota-kota besar dimana berpusat kaum buruh.
Dan karena gagasan-gagasannya yang
cemerlang, konsistensinya meneriakkan program landreform, memerangi imperialism Jepang, menentang kaum nasionalis
yang bobrok dan eksploitatif, Mao segera diangkat menjadi ketua Partai PKC pada
tahun 1935 di Zunyi sekaligus menjadi orang terkuat dalam tubuh partai.
Setelah Perang Dunia II, perang saudara
antara PKC dan Koumintang berakhir pada tahun 1949 dengan pihak komunis
menguasai China Daratan dan Koumintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau
lepas pantai di Fujian.
EKSPANSI REVOLUSI DAN KONTROL WILAYAH
Obsesi besar kaum komunis dimanapun
adalah persatuan dan penyatuan rakyat, termasuk adanya upaya mengontrol wilayah
dalam rangka untuk menjalankan kesatuan ekonomi yang terorganisasi atas nama
sosialisme-komunisme. Setelah revolusi, mengontrol wilayah menjadi kebutuhan
mendesak bagi komunis China. Pertama-tama dilakukan dengan menggusur lawan
politiknya, yaitu partai Nasionalis (Koumintang) yang mendesak mereka
menyebrangi Taiwan.
Tentara Pembebasan Rakyat mulai merebut
wilayah-wilayah di sekitar China, namun hanya dua wilayah yang dibiarkan tak
direbut pada waktu itu, yaitu : Tibet dan Taiwan. Namun, Tibet berhasil menjadi
wilayah China pada Oktober 1950, hal ini dikarenakan setelah melalui
pertimbangan, ternyata Tibet merupakan wilayah yang sangat kondusif bagi
strategi menghadapi kekuatan internasional. Komisi Kontrol Militer dibentuk
untuk mengontrol wilayah-wilayah yang telah “dibebaskan”.
Dalam kegiatan mengontrol wilayah dan
perluasan kekuasaan diberbagai wilayah tersebut, Tentara Pembebasan Rakyat
(PLA) atau kekuatan militerlah yang memiliki posisi paling dominan. Dominasi
militer sebenarnya dilaksanakan hanya untuk sementara, untuk memastikan
terjadinya stabilitas politik hingga akhirnya pemerintahan dapat menjadi
pemerintahan sipil seperti yang telah dicita-citakan sebelumnya.
Pemerintahan militer berakhir pada tahun
1954 dan transisi menuju pemerintahan sipil dapat dikatakan lancar. Komisi
Kontrol Militer pun dihapuskan. Orang-orang militer ditugaskan untuk membantu
tugas-tugas sipil dengan mencopot baju militernya.
Dalam paham komunisme di China,
melakukan landreform (pembaruan
agraria) yang bermula pada tahun 1950 dengan dibentuknya undang-undang agraria
oleh pemerintah pusat. UU Agraria 1950 itu berisikan larangan menyita harta
milik tuan tanah dan merusak kegiatan industri serta perdagangan milik tuan
tanah. Namun dalam praktiknya, pemerintah sulit memantau situasi tanah di
China, hal ini disebabkan oleh wilayah China yang sangat luas, oleh sebab itu
semuanya diserahkan kedaerah-daerah.
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN PERTAMA (1953-1957)
Masa repelita (Rencana Pembangunan Lima
Tahun) pertama ini merupakan tahap yang penting dalam sejarah RRC, suatu
periode pembangunan ekonomi yang cepat mengikuti model Soviet, disertai dengan
kecendrungan mengurangi tindakan kekerasan dalam kehidupan politik dibandingkan
dengan periode pembangunan kembali.
Industriliasasi merupakan suatu proses
untuk menciptakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan sekaligus memberikan lapangan pekerjaan, oleh sebab itu angka pengangguran
menurun.
Revolusi yang dilakukan China dimulai
dari wilayah perkotaan, hal ini meniru keberhasilan Uni Soviet akan
perkembangan ekonomi negaranya. Selain itu, memang pengaruh Uni Soviet dalam
memberikan bantuan terhadap pembangunan China juga menjadi alasan mengapa
perkembangan revolusi China terpengaruh oleh Uni Soviet. Selain pembangunan,
Uni Soviet juga memberikan modal untuk membantu bidang teknis, desain, mesin,
dan konsultasi konstruksi.
Pembangunan di China pun akhirnya
berlangsung dengan cukup sukses, dengan pendapatan nasional yang tumbuh dengan
angka rata-rata pertahun sebesar 8,9% (diukur dengan harga konstan), output
dibidang pertanian tumbuh hingga 3,8%, dan industri dengan 18,7%. Dengan kata
lain, prestasi dari program Repelita I sungguh mengesankan.
Namun seiring dengan prestasi tersebut,
ketegangan-ketegangan antar partai politik bermunculan. Perbedaan-perbedaan
pendapat antara pembangunan pertanian dan industri menjadi latar belakang
perbedaan pendapat yang terus menjadi perdebatan.
REVOLUSI KEBUDAYAAN (1966-1969)
Revolusi Kebudayaan merupakan gerakan politik
nasional yang diorganisasi dan dipimpin oleh sekelompok elit politik dibawah
pimpinan Mao. Revolusi Kebudayaan berusaha menguji seluruh pejabat negara,
khususnya pejabat tinggi, dan memperbarui atau membersihkan mereka yang tidak
mengikuti petunjuk-petunjuk Mao bagi masyarakat China.
Revolusi Kebudayaan dibawah pimpinan Mao
juga dipicu oleh krisis yang terjadi saat memasuki tahun 1966 dan China dibawah
kepemimpinan Liu Shaoqi. Liu Shaoqi ditangkap oleh Pengawal Merah dan diarak
dijalanan karena dianggap sebagai pengikut kapitalis, dan kemudian Liu mati
dipenjara pada tahun 1969.
Seluruh produk pemerintahan lama dibawah
Liu pun diserang dan dilegitimasi oleh Mao dan kelompok Revolusi Kebudayaan. 60
dari 115 orang anggota Kongres Rakyat
Nasional (KRN) dewan perwakilan rakyat China, dan partai-partai yang dianggap
pengkhianat, kaki tangan musuh, anti rakyat akan ditangkap dan digebuki
dijalan-jalan, baru kemudian dipenjarakan.
Dibidang pendidikan, revolusi Kebudayaan
diarahkan untuk mengombinasikan dan menyerasikan perkembangan ekonomi dengan
revolusi sosial dalam upaya menciptakan kondisi dimana mayoritas rakyat
(terutama kaum tertindas) tidak lagi tergantung pada kekuasaan elite teknokrasi
yang mengabdi pada kepentingannya sendiri, dan agar tak lagi berada pada
lingkungan dominasi kekuasaannya. Pendidikan ideology dan penyadaran politik
dilakukan secara massif, terutama ditekankan pada masyarakat pedesaan.
Gerakan Revolusi Kebudayaan 1965 juga
secara langsung mengisi bidang seni, sastra, dan drama, dengan menekankan bahwa
ekspresi kebudayaan harus menghormati nilai-nilai kebangsaan dan proletar dalam
masyarakat sosialis. Banyak rakyat terlibat dalam aktivitas seni ditingkatan
bawah, dan mereka gembira dalam suasana estetika.
Namun, banyak orang yang mengatakan
bahwa Revolusi Kebudayaan meninggalkan berbagai macam warisan keburukan. Selain
itu, garis politik yang ditempuh Mao bersama praktiknya mengakibatkan
catatan-catatan kemanusiaan yang buruk.
Orang-orang Mao dianggap melakukan
tindakan-tindakan yang keji dan tidak manusiawi. Tercatat 250.000 hingga
500.000 jiwa rakyat tewas selama Revolusi Kebudayaan, selebihnya banyak yang
mengalami penderitaan fisik dan jiwa, akibat dikirim ke kamp-kamp kerja paksa
yang disebut Mao sebagai “Pembaruan Melalui Kerja” dan “Pendidikan Melalui
Kerja” yang berlangsung hingga sepuluh tahun, sehingga menyebabkan porak
porandanya seluruh negeri dan menyengsarakan lebih dari 100 juta rakyat RRC.
Kebijakan-kebijakan radikal Mao memang
banyak menimbulkan kritikan dari berbagai pihak, bahkan dalam tubuh PKC itu
sendiri, hal itulah sebenarnya yang menjadi latar belakang munculnya
faksi-faksi dalam tubuh PKC.
PKC dan Mao disebut masyarakat sebagai
“Revolusioner Radikal” yang belakangan didominasi oleh yang disebut-sebut
sebagai “Kelompok Empat”.
KELOMPOK MODERAT
Kalangan moderat didalam tubuh PKC dan
komunis China identik dengan orang-orang yang tidak bersikap ekstrem, low profile, dan berusaha mencegah
segala tindakan yang berbau radikalisme. Kebanyakan dari mereka duduk di
birokrasi pemerintahan dan berpikir dengan seksama dalam menyusun suatu
kebijakan pembangunan, serta mementingkan kepentingan-kepentingan dalam ruang
lingkup yang lebih luas.
Kelompok moderat ini diwakili oleh dua
orang tokoh yang pernah menjadi perdana menteri (PM) di RRC yaitu ; Zhou Enlai
dan Hua Goufeng. Zhou menguasai kursi PM mulai dari berdirinya RRC (1949)
hingga akhir hayatnya (1976). Sedangkan, Hua menguasai kursi sesudahnya, sampai
kelompok pragmatis-realis (Deng Xiaoping dan para pengikutnya) berkuasa penuh
pada tahun 1982.
Zhou dianggap banyak berperan dalam
Revolusi Kebudayaan, karena dialah yang digunakan Mao untuk mengimbangi
kekuasaan Lin Biao. Zhou dan Mao bahkan pernah mengikrarkan tekad untuk
memulihkan kembali kejayaan PKC yang telah merosot setelah Lin Biao menempatkan
kader militer dimana-mana. Zhou juga dicatat sebagai orang yang berhasil
menggerakkan Kongres Rakyat Nasional untuk memasyarakatkan kebijakan Empat
Modernisasi (Si Xiandaihua) dalam
sidangnya pada bulan Januari 1975.
Ketika Mao wafat pada tahun 1976, Mao
menunjuk Hua Goufeng yang memiliki latar belakang sebagai tokoh KC dari
provinsi Hunan yang merupakan provinsi tempat asal Mao. Hua memiliki latar
belakang politik yang baik, dan pernah menduduki jabatan wakil PM pada urutan
ke-6 dalam Dewan Negara dan Menteri Keamanan
Umum RRC. Ketika menjabat, Hua
menunjukkan kemampuannya yang baik.
Factor lain yang menyebabkan Hua
diangkat oleh Mao sebagai PM adalah karena adanya kekhawatiran yang bertambah
besar terhadap situasi politik RRC pada masa itu yang dilanda pertentangan
sengit antara kelompok pragmatis realis dengan kelompok revolusioner-radikal,
yang bisa menjurus kearah perang saudara.
DEN XIAOPING DAN KELOMPOK PRAGMATIS
Pada akhirnya, Hua berhasil melakukan
pembersihan terhadap ‘Kelompok Empat’. Pada saat yang sama, Deng Xiaoping terus
saja mendapatkan kesempatan untuk tampil dan kadang mengambil langkah berani,
keluar dari keadaan yang tak menguntungkan, dan kembali ingin menanamkan
pengaruhnya di tubuh PKC.
Pada saat kaum komunis memenangkan
pembebasan nasional tahun 1949, Deng Xiaoping adalah Komisaris Politik Tentara
Lapangan II dan Gubernur militer di provinsi kelahirannya, Szechwan. Karena
berangkat dari seorang militer, ia mendekati orang-orang veteran yang masih
memiliki pengaruh di PLA.
Setelah dipenjarakan, Deng mendapatkan
rehabilitasi karena jasa-jasa dan peranannya. Dalam Konferensi Kerja Komite
Sentral PKC ke-10 yang dilangsungkan pada Maret 1977, Deng diperbolehkan tampil
kembali dalam kepemimpinan nasional dengan catatan harus mengakui
kesalahan-kesalahannya.
Sidang pleno ke-3 Kongres Komite Sentral
PKC ke-10 atas pengangkatan Hua Goufeng sebagai Ketua Partai sekaligus Deng
Xiaoping sebagai WakilKetua I Partai, Wakil Ketua Komisi Militer Komite Sentral
Partai, wakil PM, serta Kepala Staf Umum. Jadi Deng bukan hanya dikembalikan
kedudukannya, tetapi justru ditingkatkan.
Setelah diangkat, Deng terus saja
melakukan tekanan dan perluasan politik diberbagai lini. Para pengikutnya
disebarkan diberbagai lembaga, partai, dan pemerintahan mulai pusat hingga
daerah, dengan hasil yang sangat menggembirakan. Capaian politik untuk menambah
kekuatan politik juga didapatkannya melalui Sidang ke-2 Kongres Rakyat Nasional
(KRN) yang berakhir pada 1 Juli 1979 dengan menambah orangnya masuk kedalam
pemerintahan.
Kemenangan kubu Deng Xiaoping membuka
jalan bagi kebijakan ekonomi-politik baru yang bercirikan ditinggalkannya
ekonomi yang terpusat dan ketat. Pemerintahan baru RRC dibawah Deng segera
melancarkan kritik terhadap pemikiran-pemikiran dan kebijakan ekonomi lama yang
begitu identik dengan Maoisme.
Dalam bidang politik, Deng berusaha
menghilangkan produk-produk pemikiran da politik pemerintahan Mao, pada tahun
1982 dituliskanlah dua dokumen baru, yaitu “Undang Undang Dasar Negara” dan
“Anggaran Dasar Partai” yang menandai perubahan yang ada dalam tubuh pemerintahan
dan kenegaraan. UUD 1982 mengenai administrasi negara yang selama ini dikuasai
oleh “komite revolusioner” kemudian komite tersebut dibubarkan, lalu seluruh
negara dibagi atas tiga tingkatan pemerintahan, yakni : provinsi, kabupaten,
dan kecamatan.
Jika pada masa sebelumnya pemerintah
dengan keras mengontrol politik, produksi, dan pemerintahan setempat, maka pada
masa Deng, pemerintah memperkenalkan usaha-usaha pertanian baru yang
dipropagandakan pada khalayak luar sebagai “Sistem Tanggung Jawab (Zerenzhi) yang menyebutkan bahwa setiap
keluarga petani tidak lagi bekerja sama dalam sebuah komune, melainkan
melakukanperjanjian dengan pemerintahan andministratif setempat untuk
mengerjakan sebidang tanah dan mendapatkan keuntungan langsung. Areal pertanian
dipercayakan pada keluarga-keluarga petani secara pribadi.
Kebijakan tersebut ternyata membawa
hasil yang menggembirakan. Pendapatan para petani meningkat secara tajam,
bahkan beberapa petani yang menjadi kaya dari yang lainnya. Output pertanian
pada tahun 1982 khusus produksi, meningkat hingga 12% dibandingkan tahun
sebelumnya, atau sebesar 161 juta ton. Sementara produksi gandum mengalami
kenaikan sebesar 14,7% atau 68,4 juta ton, dan produksi kapas meningkat hingga
21,3%atau sebesar 3,6 juta ton. Sedangkan hasil produktivitas pertanian lainnya
seperti ; jagung, kedelai dan lain-lain sangat besar, sehingga dapat dialihkan
menjadi komoditas ekspor.
Perubahan lainnya, adalah dihapusnya
monopoli negara yang diawali dengan pengumuman pemerintah pada 1 Januari 1985
bahwa pemerintahan RRC menegaskan kembali keputusan untuk menghapus pembelian
hasil panen dengan system monopoli oleh negara.
Pada awalnya banyak kalangan yang
khawatir dengan kebijakan baru ini, mengingat ekonomi pasar RRC belum
melembaga, dan sudah terbiasa dengan pengelolaan ekonomi secara terpusat. Namun
prakteknya, terjadi peningkatan karena tidak ada kenaikan harga, dan peran
pemerintah sebenarnya tidak hilang sama sekali. Dan sejak dihapuskannya
monopoli negara, terdapat banyak sekali pelaku ekonomi.
Liberalisasi dibidang ekonomi juga
ditempuh oleh pemerintah, badan usaha swasta diizinkan beroperasi dan China
juga terbuka bagi modal asing. Kebijakan terhadap penermaan modal asing
kemudian dikenal dengan sebutan “Kebijakan Pintu Terbuka”, kebijakan ini membuat kota-kota seperti Shenzen, Shuhai,
Shantou, dan Xiamen dibuka sebagai Kawasan Ekonomi Luar Biasa; sedangkan 14
kota lainnya disekitar pantai bersama pulau Hunan ditetapkan sebagai “kota-kota
bebas” yang setaraf kedudukannya dengan “Kawasan Ekonomi Luar Biasa”.
Selain itu, tiga daerah tempat
bermuaranya tiga sungai besar diputuskan pula sebagai kawasan penampungan modal
dan teknologi asing, sekaligus sebagai penyalur hasil pertanian daratan.
Kebijakan reformasi ekonomi Deng juga
membawa efek jangka panjang, sehingga pertumbuhan ekonomi tahun-tahun
setelahnya meningkat luar biasa. Dari tahun 1978 hingga 1995, GDP tumbuh 8%
atau 6,8% menurut versi Bank Dunia. Bank Dunia mencatat bahwa pertumbuhan China
tidak ada saingannya didunia, kecuali Taiwan dan Korea Selatan.
Modal asing telah membantu ekonomi China
untuk bangkit karena mampu memperbanyak kegiatan produksi dan menyerap tenaga
kerja yang ada, juga membawa keuntungan berupa alih dan transfer teknologi.
Industri China juga tumbuh dengan angka rata-rata 12% pertahun.
Ekonomi China memang menemukan
momentumnya kembali pada awal tahun 1990. Selama kunjungan Tahun Baru China
pada awal tahun 1992, Deng Xiaoping mengumumkan serangkaian upaya untuk
mendorong perekonomian supaya lebih maju lagi. Deng ingin melakukan pembaharuan
dalam reformasi pasar, menyatakan bahwa tugas baru China ada;aj menciptakan
“ekonomi pasar sosialis”.
Dan hasilnya, selama tahun 1993, output
dan harga-harga meningkat, investasi diluar anggaran melonjak, dan perluasan ekonomi
dilakukan dengan dikenalkannya lebih dari 2000 zona ekonomi khusus (SEZs) dan
aliran modal luar negeri yang difasilitasi oleh SEZs.
Untuk mengatasi terjadinya inflasi yang
parah, pemerintah menyediakan pinjaman spekulatif, menaikkan suku bunga, dan
mengevaluasi kembali proyek-proyek investasi, pertumbuhan ekonomi agak
dikurangi, sedangkan tingkat inflasi menurun dari 17% pertahun (1995) menjadi
18% pada tahun 1996.
Namun ketika seluruh Asia dilanda krisis
moneter, hal itu juga turut memengaruhi China, terutama menurunnya investasi
langsung luar negeri diikuti dengan penurunan tajam dalam pertumbuhan ekspor.
Tetapi bagaimanapun, China memiliki cadangan yang besar, mata uang daya
tukarnya tidak mudah berubah, dan tingkat aliran modal yang menguntungkan
investasi pada jangka panjang.
CHINA ABAD XXI : KEKUATAN EKONOMI, GEO POLITIK DAN BUDAYA
China digambarkan sebagai negara komunis
yang membuka diri dengan pasar bebas. Sekitar 70 persen seluruh investasi
komersial di China berasal maupun mengalir melalui Hongkong, hingga mencapai 5
miliar pada tahun 1990-an, sedangkan investasi China ke Hongkong sekarang
sekitar 20 miliar dolar Hongkong.
Perdagangan Hongkong dengan China,
terutama dengan Guangdong berjumlah hampir 100 miliar dolar pada tahun 1993, yang
meningkat dari 5,7 miliar dolar pada tahun 1980.
Untuk mengantisipasi perubahan dan
persaingan, dibuatlah jalan tol senilai 12 miliar dolar oleh pengusaha Gordon
Wu untuk menghubungkan SenZhen dan Guangzhou sehingga dapat mempercepat jarak
tempuh dari enam menjadi dua jam yang menghubungkan Hongkong dan akhirnya Macao
pada masa selanjutnya.
Oleh sebab itu, kembalinya Hongkong
kepada China setelah sebelumnya dijajah Inggris, memberikan banyak keuntungan
bagi China. Setelah sebelumnya direbut Inggris, China berupaya keras untuk
merebut kembali Hongkong yang merupakan
wilayah cosmopolitan paling strategis dan sangat menguntungkan.
Oleh sebab itu, ketika perebutan
berhasil dilakukan, China rela memberikan kebijakan kapitalisme dan tidak
mengikat Hongkong dengan memaksa pemerintahannya mengikuti alur komunisme.
Dengan kata lain, Hongkong dijanjikan akan tetap memperoleh identitas
internasional sendiri yang terpisah dari China. Hongkong juga diperbolehkan
mengembangkan demokrasi, serta memiliki mata uang sendiri.
CHINA SEBAGAI RAKSASA EKONOMI
Naiknya China sebagai raksasa baru
ekonomi dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain adalah factor potensi
alamnya yang luas dan kaya serta aliran investasi luar dan dalam negerinya yang
amat luar biasanya, khususnya dibidang industri, infrastruktur, dan properti.
Investasi tersebut membuat terbuka
luasnya lapangan kerja, sehingga pendapatan perkapitapun meningkat, dari 300
dolar AS pada 20 tahun silam menjadi 1.100 dolar A.S pada tahun 2004 (bahkan
dibeberapa kota besar, seperti ; Shanghai, pendapatan perkapita rakyat mencapai
6.700 dollar A.S). Hal tersebut membuat China secra istimewa membawa lebih
kurang 220 juta warganya keluar dari kemiskinan yang parah.
Yang lebih mencengangkan, ekspor China
ke A.S mencapai 125 miliar dolar AS pada tahun 2002, sebaliknya ekspor AS ke
China hanya 19 miliar dolar AS. Perbedaan ini utamanya disebabkan oleh fakta
bahwa orang AS mengonsumsi lebih banyak dari yang mereka produksi.
Pemerintah China juga memfokuskan diri
dalam perdagangan asing sebagai kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, mereka mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi Khusus, dimana hukum
investasi diliberalisasi untuk menarik modal asing, yang menyebabkan investasi
asing terus meningkat, dan menjadikan China menjadi negara berkembang terbesar
dalam hal investasi asing.
Seiring dengan itu, jumlah barang-barang
mewah di China semakin meningkat, baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri, sehingga dapat melampaui Jepang sebagai konsumen papan atas barang
mewah didunia. Saat ini, China menduduki peringkat ketiga didunia, setelah
Jepang dan Amerika Serikat.
STRATEGI GEOPOLITIK DAN KEKUATAN MILITER
Republik Rakyat China (RRC) juga dikenal
sebagai pemilik pasukan tentara terbesar didunia. Jumlah anggaran belanja
militer China diperkirakan mencapai nilai AS$30 miliar pada tahun 2005, namun
belum termasuk uang yang digunakan untuk membeli senjata luar, kajian dan
pembangunan ketentaraan, ataupun para militer (polisi RRC). Pasukan tentara
China dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni laut dan udara.
Pertahanan udara China bersumber dari
peralatan ultra modern S-300 Surface yang merupakan system terbaik dalam
menahan serangan peluru kendali udara didunia. Pemodernan juga dilakukan RRC
untuk angkatan daratnya, yakni dengan memodernkan peralatan elektronik mereka
dan memperbaiki kebolehan mereka dalam menembak sasaran yang tepat.
Dan pada tahun 1990-an, China membangun
empat puluh pembangkit tenaga atom dan merencanakan pembuatan nuklir dengan
sangat ambisius, yang akan diselesaikan pada tahun 2015.
PS: This book is one of the books published in the modern era. The cover is modern, the books is wonderful and easy to read and understood. This is the book truly i recommended for you to read, if u have concern about China history. Don't just copy it, i told you, better to have the real. For real, i also confuse when making summary, because this books is too interesting to read, so i feel like.. i want to put them all at my summary. fiuhhhhhhh~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar