Sabtu, 01 Maret 2014

Resume: China Naga Raksasa Asia


Mata kuliah Politik Pembangunan Pemerintahan Negara Asia
SEMESTER II

  



"CHINA - NAGA RAKSASA ASIA"
By: A. Zaenurrofik


CHINA SEBAGAI ENTITAS PERADABAN

Perang Candu I pada tahun 1840 telah membuat situasi ekonomi dan politik China berantakan. Berbagai wilayah seperti; Hongkong, Taiwan dan Makau lepas, dan daerah itu bahkan direbut bangsa Barat yang diberikan status otonom. Ketika itu, Dinasti Qing tidak dapat menghadapi serangan Barat yang memiliki peralatan canggih. Integritas China dipertaruhkan.

Namun pada dasarnya, masyarakat China telah memiliki basic yang bagus. Kedisiplinan ditanamkan jauh ketika mereka masih kanak-kanak, sehingga disiplin telah menjadi watak tersendiri bagi masyarakat China.


PERADABAN CHINA PRA-MODERN
Di masa modern, wilayah kekuasaan RRC membentang dan menguasai sebagaian besar Asia bagian Timur, sementara Republik China terdiri dari beberapa pulau disekitarnya termasuk Taiwan.

Basis peradaban China di sokong oleh dua sungai besar (sungai Kuning dan sungai Yangtze) yang memberikan kesuburan pada apa saja yang ditanam ditanah China, selain itu masyarakat China juga dapat menangkap apa saja yang ada disungai dan laut.

Sungai Kuning (Hwang Ho)  atau bisa juga disebut sebagai “Duka China” merupakan sungai tempat kelahiran bangsa China, namun seringkali mengancam rakyat China akan bencana banjirnya. Oleh karena itu, hanya beberapa kota saja yang dapat tumbuh dan berkembang ditepi sungai Kuning, yaitu : Lanchow, Kaifeng, ChengChow, dan Tsinan.

Sedangkan sungai Yangtze atau biasa dikenal sebagai Chiang Kiang (sungai panjang) merupakan sumber sejarah dan kehidupan bagi bangsa China. Sungai Yangtze dikenal sebagai sungai terpanjang di Asia. Bersama dengan anak-anak sungainya ; Min, Han, Yalung, dan Kiajing, sungai Yangtze mengangkut jutaan ton lumpur pertahun, dan deltanya merupakan daerah penghasil beras utama di China. Oleh sebab itu, ditepi sungai ini, terletak kota-kota penting China seperti Chingking, Wuhan,dan Nanking, yang perdagangannya sebagian dimajukan oleh keberadaan sungai ini. Bahkan, kota kembar tiga Wuhan, salah satu pusat industri terbesar China, terletak dialur rendah Yangtze, dan di wuhan terdapat jembatanYangtze yang menghubungkan China Utara dan China Selatan.

Saat ini, China merupakan negara terbesar ke-4 didunia dan mencakup daratan yang luas. Sebagai negara dengan catatan sejarah lebih dari 4000 tahun, China telah memberikan berbagai sumbangan penting terhadap dunia. Peradaban yang maju selalu ditandai dengan penemuan-penemuan, dan China memberikan beragam penemuan penting bagi dunia, seperti ; bubuk mesiu, kertas, percetakan, kompas, magnet, semuanya bermula dari China.

Dilihat dari sejarahnya, China dibagi atas beberapa periode yang ditandai dengan pergantian Dinasti. Sebuah dinasti baru biasanya muncul setelah suatu periode Dinasti sebelumnya telah terpecah belah atau telah terjadi perang saudara, Dinasti tersebut dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut sebagai Kaisar. Catatan sejarah China pertama kali ditulis oleh Sima Qian, ahli sejarah China pada abad ke 2 SM yang menggambarkan tentang zaman “Tiga Tokoh Mulia” dan “Lima Kaisar”.

Dan semenjak China menjadi suatu kekaisaran pada abas ke 3 SM, di China telah sering terjadi pergantian dinasti atau keluarga penguasa. Secara garis besar, dinasti-dinasti ini terbagi atas dua jenis, yakni Dinasti Besar yang berkuasa lama, misalnya: Dinasti Han (awal abad ke-3 SM hingga tahun 220), Dinasti Tang (618-906), Dinasti Song (960-1279), Dinasti Ming (1368-1644), dan terakhir Dinasti Ching (Qing) atau Manchu (1644-1912). Dan jenis yang kedua, yaitu sejumlah dinasti kecil yang hanya berkuasa sebentar diantara masa pemerintahan dinasti-dinasti besar. Beberapa dinasti kecil ini hanya bertahan selama tidak lebih dari 29 tahun atau bahkan kurang.

Selain itu, perbedaan antara Dinasti juga dapat dibagi menjadi Dinasti Asli dan Dinasti Penakluk. Dinasti Penakluk merupakan dinasti yang berkuasa lewat penaklukan militer, dinasti penakluk yang terkenal adalah Dinasti Yuan yang didirikan oleh Kubilai Khan dan tentara kuda Monglnya pada tahun 1260, dan Dinasti Ching yang didirikan oleh Manchu (yang berasal dari Manchuria).

KEBERAGAMAN AGAMA CHINA

Secara umum, China dikenal sebagai negara yang menjaga tradisi dan agamanya dengan baik. Masyarakat China menganggap, agama memiliki spirit yang berkaitan dengan cara manusia memperlakukan kehidupan ekonominya, sehingga dinamika ekonomi-politik China dipengaruhi oleh perkembangan agamanya.

Menurut kepercayaan agama, China adalah politeisme (menyembah banyak Dewa) bukan monoteisme (menyembah satu tuhan), dan pemujaan bagi arwah leluhur nenek moyang merupakan praktik agama yang tertua di China (kecuali pada masyarakat China yang menganut agama Islam atau Kristen).

1.      Taoisme
Taoisme pada mulanya merupakan suatu filsafat yang diturunkan dari ajaran Lao Tse, yang hidup pada abad ke-6 SM dan ajaran Chuang Tzu yang hidup pada abad ke-4 SM. Taoisme menekankan keselarasan antara manusia dengan alam dan menjungjung perilaku pasif. Setelah berabad-abad, filsafat ini akhirnya menjadi suatu kepercayaan (agama), dan dibawah pengaruh Buddhisme, memiliki dewa, kuil, dan pendeta sendiri.
Taoisme memisahkan alam manusia dengan ruh. Meskipun pembebasan ruh (jiwa) merupakan tujuan puncaknya, penganut Taoisme terlibat dalam penyelidikan dunia fisik. Keterlibatan inilah yang mendorong para Taois kedalam ilmu kimia semu untuk mencari zat pembebas yang akan membawanya kepada kehidupan yang abadi.

2.      Buddhisme
Buddhisme masuk ke China dari India sekitar permulaan Zaman Kristen. Buddha lalu menjadi agama besar dan tersebar luas meskipun banyak pendeta Konfusianisme menyesalkan pengaruh agama Buddha, namun mereka tidak dapat menghentikan penyebarannya.
Salah satu alasannya adalah karena sejak Dinasti Han yang terakhir (abad ke-2) hingga abad ke-6, di China tidak terdapat kedamaian dan persatuan yang menyebabkan banyak orang mencari naungan dibawah Buddhisme, karena didalam biara Buddha, orang tidak perlu merisaukan berbagai masalah dunia yang tidak terpecahkan, dengan membaca kitab, melakukan doa, dan bersemedi.
Buddhisme yang berkembang di China adalah Buddha Mahayana yang mengajarkan bahwa setiap orang dapat ke surge melalui kepercayaan dan kesucian. Jika Konfusianisme mengabaikan masalah kehidupan setelah kematian, Buddhisme menawarkan jalan keluar bagi mereka yang cemas terhadap “dunia lain”. Pada umumnya, Buddhisme memiliki banyak dewa atau ruh, tetapi di China, citra Dewi Kuan Yin (Dewi Kemurahan) merupakan dewa yang paling dikagumi, terbukti dari ditemukannya banyak sekali patung didalam setiap rumah atau kuil.

3.      Islam
Islam masuk pertama kali ke China karena dibawa oleh rombongan yang dikirimkan oleh Khalifah Utsman pada tahun 651, kurang lebih setelah lebih dari dua puluh tahun meninggalnya Nabi Muhammad. Rombongan itu diketuai oleh Sa’ad Ibnu Abi Waqqas, ayah saudara Nabi setelah Ibu.
Yung We, maharaja Tang menerima rombongan tersebut, lalu kemudian ia memerintahkan didirikannya masjid di Canton, yang merupakan masjid pertama yang berdiri di China. 
Pada zaman Dinasti Song, agama Islam dianggap lebih mulia oleh rakyat China, dan agama Islam telah berkembang di China sehingga kawasan kediaman penduduk beragama Islam menjadi lebih luas. Namun, masjid yang berdiri pada masa Dinasti Song sudah tidak banyak lagi berdiri hingga sekarang.
Pada zaman Dinasti Yuan, perkembangan agama Islam mengalami perkembangan paling pesat dan paling makmur, hingga mempengaruhi aspek politik dan mempunyai keuddukan yang penting dalam arena politik serta kehidupan masyarakat. Pada saat itu pula, masyarakat China banyak melakukan hubungan dengan Arab. Masjid juga bertambah banyak, dan arsitekturnya pun telah bercampur antara seni Arab dan seni arsitektur China, yakni dengan banyak menggunakan kayu berukir.
Tetapi, pada zaman Dinasti Ming, perkembangan agama Islam di China menghadapi rintangan, hal ini disebabkan oleh maharaja pertama Dinasti Ming memandang rendah agama Islam. Baginda mengeluarkan perintah untuk melarang rakyat menyembelih sapi secara tersendiri dan beberapa dasar yang mendiskriminasi umat Islam, termasuk orang Islam dilarang menjadi pegawai kejaraan, dan lain-lain.
Namun,   walaupun pada zaman Dinasti Ming perkembangan agama Islam mengalami penyurutan secara besar-besaran, pengaruh agama Islam tetap memberikan peranan penting dalam sejarah masyarakat China.
Umat Islam memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan sains dan teknologi China, seperti penggunaan kalender yang diciptakan umat Islam, alat pandu ruang angkasa yang diciptakan oleh seorang ilmu falak yang bernama Zamaruddin yang popular digunakan pada zaman Dinasti Yuan, ilmu Matematika yang dikembangkan di Arab dan kemudian diterima orang China, Ilmu pengobatan Arab yang juga menjadi bagian dari ilmu pengobatan China, pembuatan meriam yang diciptakan oleh orang Islam China, selain itu orang Islam juga terkenal dengan teknik pembangunan dan menenun.

4.      Kristen
Kristen masuk ke China pada awal abad ke-7, tetapi baru mendapat banyak pemeluk ketika penginjil Yesuit datang pada abad ke-16. Banyak diantara penginjil seperti Matteo Ricci (1552-1610) menjadi terkenal diberbagai pengadilan kekaisaran sehingga diberi jabatan resmi.
Namun, pertikaian dengan misionaris Katolik lainnya serta keputusan paus Benedictus XIV tahun 1742 melarang orang China Katolik menyembah nenek moyang mengakibatkan ditangguhkannya para misionaris. Fase misionaris Kristen modern dimulai sejak kekalahan China oleh Eropa pada pertengahan abad ke-19.

5.      Konfusianisme
Aliran kepercayaan ini bisa dikatakan identik dengan masyarakat China itu sendiri. Awalnya, Taoisme sangat berpengaruh di China, tetapi akhirnya menurun setelah turunnya Buddhisme dan adanya dukungan resmi bagi Konfusianisme yang mempergunakan pemujaan leluhur sebagai ekspresi keagamaan.
Watak tradisi China yang relative tidak berubah pada dasarnya dikarenakan ajaran Konfusianisme yang telah berkembang selama lebih dari 2000 tahun. Karena ajaran Konfusianisme mengutamakan etika, maka konsep dan kekuatan hukum cenderung tetap lemah di China. Sebaliknya, pendidikan selalu ditekankan karena pendidikan dianggap sebagai suatu cara yang paling efektif untuk mengajarkan moral.
Sebagai akibatnya, pendidikan yang diajarkan berdasarkan ajaran Konfusianisme menjadi metode utama untuk memilih para pemimpin dan pejabat pemerintahan serta masyarakat.oelh sebab itu, ajaran tersebut merupakan semacam legitimasi bagi mobilitas sosial dan posisi sosial-politik di China.
Sistem pendidikan Konfusianis dimaksudkan untuk memilih pejabat public dengan bentuk penggemblengan masyarakat yang terbuka secara teratur bagi orang-orang yang terpelajar. Terdapat empat tingkatan gelar yang diberikan setiap akhir ujian, mereka yang telah lulus patut menduduki jabatan dalam pemerintahan dan menjadi pimpinan bagi masyarakat. 
Sebenarnya, Konfusianisme lebih tepat disebut sebagai suatu filsafat moral dan sosial daripada sebuah agama. Penggagas Konfusianisme, Konfucu, menekankan pentingnya hubungan yang etis dan keagungan manusia. Dua ajaran utamanya adalah jen dan i. Jen didefiniskan sebagai cinta kasih antar sesame umat manusia, atau pokok hubungan manusia; sedangkan I adalah kewajiban seseorang terhadap sesama manusia. Pada intinya, Konfusianisme adalah ajaran kemanusiaan China.
Dan menurut pokok pikiran Konfusianisme, peningkatan kesejahteraan manusia harus dimulai dengan pembinaan seseorang melalui pendidikan. Lalu, peningkatan ini melangkah menjadi aturan hidup keluarga dan kehidupan bangsa bagi ketenangan dunia dan bagi terciptanya kesejahteraan yang di idam-idamkan. 
Menurut Konfusianisme, alam manusia akan menjelma dengan baik lewat cinta kasih orangtua dengan anaknya. Oleh karena itu, penekanan diletakkan pada ajaran hormat-menghormati antara orangtua dengan anaknya, juga termasuk patuh kepada penguasa, saudara, dan teman-temannya. Ajaran Konfusianisme mengajarkan perlunya kerja keras, tekun, hemat, dan persaingan untuk maju.
 Kekuatan ajaran Konfusianisme sebenarnya terletak pada kebajikan moralnya. Salah satu kebijaksanaannya adalah penganut Konfusianisme tak pernah mengutuk siapapun betapapun jahatnya orang tersebut. Sejumlah sarjana yang menekuni Konfusianisme melihat bahwa selalu ada persamaan antara pemrintah yang bijaksana dengan kebijakan orang perorang yang menjadi landasan bagi Konfusianisme.

KOMUNIS VS AGAMA

Secara umum, ada anggapan yang menyatakan bahwa komunisme adalah paham yang paling agresif menyerang agama. Kaum Masxis-Komunis beranggapan bahwa dunia kehidupan ini berjalan karena hubungan materi-materi yang saling berkaitan dan tidak ada factor dari luar termasuk kehendak Tuhan.

Menyembah Tuhan dianggap oleh kaum komunis sebagai “ilusi” yang menghalangi manusia untuk melihat realitas bahwa dirinya ditindas, tanpa tahu dirinya ditindas, karena menganggap seluruhnya merupakan takdir Tuhan. Oleh karena itu, kaum Komunis merasa ‘wajib’ untuk menghilangkan ‘ilusi’ agama dan Tuhan yang ada dikepala-kepala orang tertindas.

Tetapi sebenarnya, sebelum kaum komunis muncul, gerakan nasionalisme China sudah mulai merasa jijik terhadap agama. Nasionalisme China mulai membenci kedatangan orang-orang asing yang menawarkan berbagai macam agama.

Karena itu hingga kematian Mao Zedong 1976, pemerintahan komunis tidak mendukung praktik keagamaan. Orang Kristen banyak disiksa karena keterikatannya dengan misionaris asing. Biarawan Buddha dikeluarkan dari klenteng, lalu dihentikan nafkah dan kebikuannya. Namun, hanya Islam sajalah yang diizinkan berjalan karena China hendak memelihara hubungan baiknya dengan negara-nega Islam pada tahun 1978.

AGAMA DI ERA KETERBUKAAN

Pada saat kubu Maois tersingkir dari tubuh partai dan negara RRC, dikomandani oleh Den Xaoping, ajaran Konfusianisme mendapatkan tempatnya kembali di China.

Berbeda dengan Mao yang menganggap bahwa agama akan menjadi penghalang China untuk berkembang, Den Xaoping menganggap spirit Konfusian sangat dibutuhkan oleh masyarakat China, karena prinsip hidupnya yang realistis dan pragmatis.Prinsip Konfusian yang menganggap bahwa segala sesuatu harus dimanfaatkan untuk kepentingan tanah leluhur, sejalan dengan pemikiran Deng. Selain itu ajaran Konfusian seperti ; kerja keras, tekun, hemat, dan persaingan untuk maju dianggap Den Xaoping akan membangun China lebih baik lagi.

Selain itu, Den Xaoping juga memberikan keterbukaan bagi agama yang lain untuk berkembang. Fasilitas keagamaanpun dibangun kembali. Dan pada era 1980-an, kehidupan agama tampak segar kembali seiring dengan keterbukaan yang dijalankan oleh Partai Komunis China dan negara.

Oleh sebab itu, agama atau ajaran Konfusianisme merupakan warisan ribuan tahun dan hingga saat ini masih melekat dalam masyarakat China.China siap memasuki sejarah tanpa harus membuang agama jauh-jauh, tetapi tetap membiarkannya dan menjadikan agama sebagai identitas yang mengikat China sebagai kesatuan budaya yang berbeda dengan masyarakat lainnya.


IMPERIALISME CHINA DI ERA PERGOLAKAN POLITIK

Hubungan China dengan negara luar dimulai melalui hubungan dagang antara raja-raja dengan para pedagang dari Barat. Sebelum terjadinya Perang Candu (1839-1842), selama 200 tahun China telah berhubungan dagang dengan Rusia didaerah perbatasan utara.

Selama bertahtanya Kaisar Kang Si dan Kaisar Jung Ceng di era Dinasti Qing atau disebut juga Dinasti Cing (1644-1911) pernah terjadi perselisihan perdagangan yang menimbulkan pertempuran militer diantara kedua negara ini.Perselisihan itu berakhir dengan ditandatangainya Perjanjian Nercinsk pada tahun 1689 dan Perjanjian Kichta pada tahun 1927.

Terjadinya kematangan kapitalisme Eropa mulai abad ke-16 mengakibatkan adanya tuntutan bangsa-bangsa Barat untuk melakukan ekspansi kedunia lainnya, termasuk China. Para pedagang itu masuk China melalui wilayah pantai provinsi Kuangtung dan Provinsi Fucien dengan bertindak sebagai bajak laut. Spanyol tiba di China pada tahun 1575, Belanda pada tahun 1601, dan Inggris pada tahun 1637.

Pada abad ke-16 bangsa Portugis memonopoli perdagangan Timur Jauh. Kemudian satu abad kemudian, kedudukan mereka diambil alih Belanda. Dan pada abad ke-18, atas usaha EIC (East India Company) Inggris menguasai perdagangan Timur Jauh dan China. Inggris berusaha membuat China lebih terbuka pada orang asing, terutama dalam hal perdagangan, mengingat waktu itu pemerintahan Qing di China menjalankan politik pengasingan diri dari hubungan luar negeri.

Dinasti Qing memang lambat menerima kemodernan yang dibwa oleh Barat, dan merasa ketakutan bahwa kemajuan dibidang teknologi dan budaya yang datang dari Barat akan menjadi ancaman terhadap penguasaan mutlak mereka di China. Ditambah lagi pada dinasti Ming memang anti terhadap kemajuan teknologi. Dapat dilihat dari penggunaan serbuk mesiu yang digunakan secara meluas pada masa Dinasti Song dan Dinasti Ming, justru diharamkan oleh raja-raja pada Dinasti Qing.

Oleh sebab itu, aktivitas perdagangan luar negeri hanya diperbolehkan dipelabuhan Kuangcou saja, dan dikontrol ketat oleh raja Qing. Para saudagar asing itu pun harus patuh terhadap peraturan pemerintah kerajaan, misalnya ; mengenai jangka waktu mereka menetap di China, apa saja aktivitasnya, dan dimana mereka diperbolehkan menginap atau tinggal.

Pemerintah Inggris berulang kali mengirimkan seorang utusan China untuk mengadakan hubungan diplomatic dengan China agar urusan perdagangan dapat berjalan lancar. Namun, berkali-kali juga diplomasi ditolak, hingga akhirnya Dinasti Qing menegaskan untuk masa selanjutnya, utusan dari negara asing manapun tidak diperbolehkan masuk Peking.

Inggris pun mencoba cara lain untuk menguasai China. Hal ini dikarenakan Inggris sangat mempunyai kepentingan-kepentingan untuk menguasai China, China merupakan pintu masuk untuk mebuka pasar ke Timur Jauh. Oleh sebab itu, jika China berhasil dikuasai dan dikontrol, maka negeri-negeri lainnya juga akan mudah dikuasai. Inggris menyebarkan candu, dan ingin menjual candu melewati China, tetapi akhirnya perdagangan candu dilarang keras oleh pemerintahan Qing dan candu-candu tersebut kemudian disita dan dibakar.

Namun pada bulan Februari 1840, Inggris menyulut serangan ke China dengan mengirimkan tentaranya, yang kemudian dikenal dengan Perang Candu (Opium War). Namun Inggris tak pernah mengakui bahwa perang tersebut dilator belakangi oleh perdagangan candu, tetapi dengan alasan bahwa pemerintah China memperlakukan para pedagang Inggris secara tidak sederajat.

Perang Candu menunjukkan adanya ketidak seimbangan kekuatan, karena pasukan dan persenjataan Inggris terlalu kuat. Setelah mendarat dibeberapa tempat, pasukan Inggris membunuh dan merampo seperti halnya kolonialisme yang hendak masuk kesuatu wilayah. Segera terlihat bagaimana watak elit-elit China dihadapan imperialis. Pada saat rakyat mulai membenci penjajah asing, kalangan raja-raja dan elit justru merasa perlu untuk melakukan kompromi dan bersedia diajak negosiasi.

Mula-mula memang pemerintahan Cing takut pada kekuatan asing yang akan merugikan kekuasaannya, tetapi setelah melihat kekuatan lawan jauh lebih tangguh, ia justru mengumumkan perdamaian.

Dan pada tahun 1842, pemerintahan Qing menerima perjanjian yang sangat menguntungkan Inggris, yang dikenal sebagai Perjanjian Nancing. Didalam perjanjian ini, Inggris memperoleh ganti rugi sebesar 21.000.000 yuan serta mendapatkan Hongkong. China juga terpaksa membuka Kuangcu, Fucong, Siamen, Ningpo, dan Shanghai menjadi pelabuhan perniagaan dengan negeri asing, dan dalam praktiknya mengakui bahwa cukai untuk pemasukan barang-barang Inggris harus ditetapkan menurut persetujuan antara kedua negeri itu.

Lima belas tahun setelah Perang Candu, Inggris dan Perancis kembali menyerang China (1857-1860) yang kemudian dikenal dengan Perang Candu II, yang tujuannya adalah untuk melakukan cengkraman yang lebih kokoh pada China.

Tetapi gerakan rakyat mulai terbangun. Perlawanan diungkapkan dengan berbagai cara, bahkan raja dianggap sebagai pengecut yang takut menghadapi kaum penjajah. Gerakan rakyat anti-Inggris muncul dua kali di Kuangcu pada tahun 1641 dan 1842, tetapi kedua-duanya justru ditindas oleh Dinasti Qing. Fase inilah yang memulai adanya sikap yang berbeda antara rakyat dengan penguasa feodal dalam menghadapi penjajah.

Perasaan benci pada dinasti sebagai produk feodal mulai tumbuh. Negara-negara kuat menekan pemerintahan Raja Qing dengan senjata. Kaum penguasa feudal tetap bertahan dalam kekuasaannya dengan cara menjilat penjajah asing, sehingga kebincian rakyat semakin meningkat, namun mereka belum berani mengungkapkan kemarahan mereka, hingga muncullan nama-nama baru dari kelas menangah yang menjadi penganjur perubahan serta pengkritik kekuasaan. Misalnya ; Ma Cien Cung, Sue Fu Ceng, Cen Ce, Wang Tau, Ceng Kuan Jing, Cen Ciu, Sung Ji Den, dan lain-lain. Mereka menginginkan system politik “monarki konstitusional” yang berlawanan dengan kalangan birokrat yang tetap menginginkan tatanan autokrasi yang tradisional (kerajaan).

Ide-ide demokrasi Barat nampaknya mulai merasuki kalangan pemikir China, ide-ide seperti ; dibentuknya dewan perwakilan yang nantinya akan menjadi alat idelogis untuk melawan imperialisme itu sendiri.

Akhirnya terjadi pemberontakan-pemberontakan yang bermula pada abad ke-20, pemberontakan Petinju yang mengancam China utara, yang mencoba memulihkan China kepada cara-cara lama. Tetapi kemudian pasukan sekutu (Inggris, Jepang, Rusia, Italia, Jerman, Prancis dan A.S) berhasil menumpas para pemberontak tersebut dan menuntut lebih banyak lagi konsesi dari kerajaan Qing.

Perlawanan mulai bangkit kembali pada tahun 1898, muncul kudeta yang dilakukan oleh kaum pamong praja (pejabat), terpelajar, dan kaum ningrat yang melakukan aliansi. Tetapi gerakan tersebut gagal lagi, dan pada saat yang hampir bersamaan, muncul gerakan rakyat bawah atau biasa dikenal dengan “Gerakan Ji He Tuan”.

Gerakan Ji He Tuan pada awalnya hanya semacam cabang kelompok rahasia yang bernama “Teratai Putih” yang sebenarnya dibangun atas motivasi agama. Kelompok ini berdiri sejak permulaan abad ke-17, namun kemudian berkembang membentuk sebuah gerakan yang memakai spirit anti Kristen, dan hingga bulan April dan Mei tahun 1900, kota Pekking dan Tiencin hampir seluruhnya dikuasai oleh gerakan ini. Bersama tentara-tentara  pemerintah yang bergabung dan mengeping kedutaan negara-negara asing di Peking. Yang kemudian menyebabkan 8 negara menyerang balik Peking dari Pelabuhan Tangku dan Tiencin, yang menyebabkan kaisar dan ibu suri Ce Si melarikan diri.

Gerakan Ji He Tuan dituduh Kaisar Qing memberontak dan memaksa mereka menunjukkan kesetiaan mereka kembali pada penjajah asing, dan akhirnya gerakan tersebut dibasmi.

CHINA MODERN

 Setelah berbagai peristiwa besar terjadi pada tahun 1900 dan sebelumnya, berbagai gerakan yang berwatak modern, nasionalis, dan revolusioner mulai tumbuh, terutama sejak tahun 1905, gerakan revolusioner kelas menengah pun bangkit.

Nasionalisme modern mulai muncul dengan berbagai ide Barat yang masuk, yang juga dibwa bersamaan dengan penjajahan Barat itu sendiri. Ide nasionalisme identik dengan gerakan anti-asing.

Hingga tahun 1900 sampai 1925, dapat dikatakan semua gerakan politik yang mendapat dukungan rakyat bertujuan untuk menentang campur tangan asing dalam urusan dalam negeri China. Bahkan setelah China merebut kemerdekaannya setelah Perang Dunia II, nuansa anti-asing tersebut juga masih terwarisi. Buktinya adalah terjadinya konflik antara China dan Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Setelah terjadi gejolak politik pada tahun 1911, China dikuasai oleh para panglima perang (war world), dan secara khusus dapat dilihat mulai tahun 1916 hingga tahun 1928. Pusat pemerintahan ada di Peking tetapi kendali kekuasaan sering kali berpindah dari satu pemimpin militer kesatu pemimpin militer lainnya.

Oleh karena itu, Partai Komunis China (PKC) didirikan oleh para pejuang revolusioner China pada tahun 1921, mereka mengobarkan perlawanan dalam upaya melawan para war world  yang berusaha mempertahankan system feodalnya. PKC juga merasa kecewa dengan Koumintang (Partai Nasionalis China) sebagai kekuatan politik yang mandul dan tidak punya perspektif yang maju.

Koumintang (Partai Nasionalis China) awalnya didirikan oleh Dr. Sun Yat Sen (1866-1925) yang berhasil menumbangkan Dinasti Qing dan mulai membangun sebuah pemerintahan republic di China pada tahun 1912.

Akan tetapi, republic baru tersebut dihadapkan pada berbagai masalah, dikarenakan kekuatan militernya yang tidak nyata. Sun Yat Sen akhirnya segera dipaksa untuk menyerahkan kedudukannya sebagai presiden yang digantikan oleh Yuan Shih K’ai yang menguasai tentara di utara. Yuan pun membubarkan republic dan mengganti system pemerintan parlemen dengan monarki absolute. Dan memproklamasikan dirinya sebagai kaisar.

Setelah kematian Yuan pada tahun 1916, dimulailah suatu zaman yang disebut dengan kekuasaan militer. Kaum militer diberbagai tempat saling bertempur, sehingga pemerintah pusat Beijing berpindah-pindah tangan menurut siapa yang memenangkan pertempuran tersebut.

Dan setelah Sun yat Sen meninggal pada tahun 1925, kepemimpinan Koumintang pindah ketangan Chiang Kai Sek, dan pada tahun 1926, Chiang memimpin ekspedisi tentaranya ke utara melawan militer yang berkuasa, dan ia berhasil mengalahkan sebagian besar penguasa militer itu dan akhirnya mendirikan sebuah pemerintahan nasional baru di Nanking.

China dibawah Chiang Kai Sek mengalami banyak masalah dalam negeri serta ancaman dari luar negeri. Ancaman dalam negeri yang terjadi ketika masa pemimpinan Chiang antara lain ; ketika PKC menentang pemerintahan pusat dan mengadakan pemberontakan. Sedangkan ancaman dari luar negeri adalah militerisme Jepang yang ingin memperluas wilayah kerajaannya dengan menaklukan China. Dan kemudian, pada tahun 1931, Jepang menduduki Manchuria.

Namun pada tahun 1937, Jepang menyerang China yang dilatar belakangi oleh kekhawatiran Jepang akan semakin menguatnya persatuan masyarakat China. Akhirnya, pada bulan Juni 1937 dimulailah perang perlawanan selama 8 tahun, dimana kaum Nasionalis dan Komunis membentuk suatu font persatuan karena merasa terancam oleh Jepang.

Ketika Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945, tentara komunis menjadi semakin kuat dan banyak, sedangkan pemerintah nasionalis sedang dihadapkan oleh berbagai macam persoalan.

Ketika itu, moral militer menurun, inflasi tak dapat dikendalikan, dan kemampuan pemerintah untuk memperoleh dukungan rakyat semakin melemah karena pemerintahannya korup dan tidak efisien. Amerika Serikat berupaya untuk mendamaikan partai-partai yang saat itu saling berperang, namun perang saudara tetap menjadi masalah yang tak dapat dikendalikan lagi di China, sehingga akhirnya Chiang dan pemerintahannya terpaksa mundur ke pulau Taiwan (Formosa). Dan pada tanggak 1 Oktober 1949, kaum komunis dibawah Mao Zedong memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat China (RRC) di kota kuno Beijing.

Mao berupaya untuk menyelesaikan masalah yang tak terselesaikan di China dengan memusatkan perhatian pada perbaikan sector-sektor produktif, seperti ; pabrik-pabrik, produksi, fasilitas-fasilitas transportasi, serta mengendalikan inflasi dan mengontrol pengeluaran pemerintah.

Selain itu, factor internasional juga memberikan pengaruh penting akan kemenangan kaum komunis, yaitu keberadaan dan dukungan komunisme di Uni Soviet, karena pada masa-masa perkembangannya, China sangat intensif berhubungan dengan kaum Bolshevik (komunis Rusia) yang dimulai dengan Revolusi 1917 dibawah pimpinan Lenin.


MAO (ISME) DAN REVOLUSI CHINA

Bagi para penggagas Revolusi China 1949 yang dipimpin oleh Mao Zedong dan tokoh-tokoh lain di balik Partai Komunis China (PKC) maupun “Tentara Merah”, komunisme diciptakan sebagai tahapan tertinggi dari masyarakat dimana kelas dan pertentangan kelas menghilang karena sudah tidak lagi monopoli atas alat-alat produksi dan sumber-sumber ekonomi.

Karl Marx menegaskan, bahwa didalam paham komunis akan muncul sebuah kediktatoran proletariat. Berbeda dengan kediktatoran kaum kapitalis yang pada dasarnya adalah kediktatoran kelas, dimana kaum minoritas menguasai alat produksi modal dan menggunakannya untuk menindas mayoritas kaum pekerja, kediktatoran proletariat justru bertujuan untuk menindas segala kemungkinan bangkitnya kembali kekuatan-kekuatan reaksioner dari kaum kapitalis.

Mao percaya bahwa kaum tani memiliki karakter revolusioner (kediktatoran proletariat) yang dilator belakangi peristiwa pemberontakan kaum petani China dalam insiden 30 Mei 1925, selain itu Mao juga menyadari bahwa China adalah negara agraris dengan jumlah kaum tani yang besar.

Oleh karena itu, dalam perjalanan sejarah PKC selanjutnya, terjadi rekonstruksi terhadap pemikiran dasar gerakan komunis di China, yaitu :

1.      Mengutamakan kaum petani sebagai kekuatan pokok revolusi (berbeda dengan Uni Soviet yang mengandalkan kaum buruh)
2.      Mementingkan pembentukan tentara komunis secara tersendiri untuk melindungi kelangsungan hidup partai.
3.      Menjadikan daerah pedesaan sebagai tempat tinggal kaum petani China yang revolusioner sebagai basis perjuangan dan bukan kota-kota besar dimana berpusat kaum buruh.

Dan karena gagasan-gagasannya yang cemerlang, konsistensinya meneriakkan program landreform, memerangi imperialism Jepang, menentang kaum nasionalis yang bobrok dan eksploitatif, Mao segera diangkat menjadi ketua Partai PKC pada tahun 1935 di Zunyi sekaligus menjadi orang terkuat dalam tubuh partai.

Setelah Perang Dunia II, perang saudara antara PKC dan Koumintang berakhir pada tahun 1949 dengan pihak komunis menguasai China Daratan dan Koumintang menguasai Taiwan dan beberapa pulau lepas pantai di Fujian.

EKSPANSI REVOLUSI DAN KONTROL WILAYAH

Obsesi besar kaum komunis dimanapun adalah persatuan dan penyatuan rakyat, termasuk adanya upaya mengontrol wilayah dalam rangka untuk menjalankan kesatuan ekonomi yang terorganisasi atas nama sosialisme-komunisme. Setelah revolusi, mengontrol wilayah menjadi kebutuhan mendesak bagi komunis China. Pertama-tama dilakukan dengan menggusur lawan politiknya, yaitu partai Nasionalis (Koumintang) yang mendesak mereka menyebrangi Taiwan.

Tentara Pembebasan Rakyat mulai merebut wilayah-wilayah di sekitar China, namun hanya dua wilayah yang dibiarkan tak direbut pada waktu itu, yaitu : Tibet dan Taiwan. Namun, Tibet berhasil menjadi wilayah China pada Oktober 1950, hal ini dikarenakan setelah melalui pertimbangan, ternyata Tibet merupakan wilayah yang sangat kondusif bagi strategi menghadapi kekuatan internasional. Komisi Kontrol Militer dibentuk untuk mengontrol wilayah-wilayah yang telah “dibebaskan”.

Dalam kegiatan mengontrol wilayah dan perluasan kekuasaan diberbagai wilayah tersebut, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) atau kekuatan militerlah yang memiliki posisi paling dominan. Dominasi militer sebenarnya dilaksanakan hanya untuk sementara, untuk memastikan terjadinya stabilitas politik hingga akhirnya pemerintahan dapat menjadi pemerintahan sipil seperti yang telah dicita-citakan sebelumnya.

Pemerintahan militer berakhir pada tahun 1954 dan transisi menuju pemerintahan sipil dapat dikatakan lancar. Komisi Kontrol Militer pun dihapuskan. Orang-orang militer ditugaskan untuk membantu tugas-tugas sipil dengan mencopot baju militernya.

Dalam paham komunisme di China, melakukan landreform (pembaruan agraria) yang bermula pada tahun 1950 dengan dibentuknya undang-undang agraria oleh pemerintah pusat. UU Agraria 1950 itu berisikan larangan menyita harta milik tuan tanah dan merusak kegiatan industri serta perdagangan milik tuan tanah. Namun dalam praktiknya, pemerintah sulit memantau situasi tanah di China, hal ini disebabkan oleh wilayah China yang sangat luas, oleh sebab itu semuanya diserahkan kedaerah-daerah.


RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN PERTAMA (1953-1957)

Masa repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) pertama ini merupakan tahap yang penting dalam sejarah RRC, suatu periode pembangunan ekonomi yang cepat mengikuti model Soviet, disertai dengan kecendrungan mengurangi tindakan kekerasan dalam kehidupan politik dibandingkan dengan periode pembangunan kembali.

Industriliasasi merupakan suatu proses untuk menciptakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekaligus memberikan lapangan pekerjaan, oleh sebab itu angka pengangguran menurun.

Revolusi yang dilakukan China dimulai dari wilayah perkotaan, hal ini meniru keberhasilan Uni Soviet akan perkembangan ekonomi negaranya. Selain itu, memang pengaruh Uni Soviet dalam memberikan bantuan terhadap pembangunan China juga menjadi alasan mengapa perkembangan revolusi China terpengaruh oleh Uni Soviet. Selain pembangunan, Uni Soviet juga memberikan modal untuk membantu bidang teknis, desain, mesin, dan konsultasi konstruksi.

Pembangunan di China pun akhirnya berlangsung dengan cukup sukses, dengan pendapatan nasional yang tumbuh dengan angka rata-rata pertahun sebesar 8,9% (diukur dengan harga konstan), output dibidang pertanian tumbuh hingga 3,8%, dan industri dengan 18,7%. Dengan kata lain, prestasi dari program Repelita I sungguh mengesankan.

Namun seiring dengan prestasi tersebut, ketegangan-ketegangan antar partai politik bermunculan. Perbedaan-perbedaan pendapat antara pembangunan pertanian dan industri menjadi latar belakang perbedaan pendapat yang terus menjadi perdebatan.

REVOLUSI KEBUDAYAAN (1966-1969)

 Revolusi Kebudayaan merupakan gerakan politik nasional yang diorganisasi dan dipimpin oleh sekelompok elit politik dibawah pimpinan Mao. Revolusi Kebudayaan berusaha menguji seluruh pejabat negara, khususnya pejabat tinggi, dan memperbarui atau membersihkan mereka yang tidak mengikuti petunjuk-petunjuk Mao bagi masyarakat China.

Revolusi Kebudayaan dibawah pimpinan Mao juga dipicu oleh krisis yang terjadi saat memasuki tahun 1966 dan China dibawah kepemimpinan Liu Shaoqi. Liu Shaoqi ditangkap oleh Pengawal Merah dan diarak dijalanan karena dianggap sebagai pengikut kapitalis, dan kemudian Liu mati dipenjara pada tahun 1969.

Seluruh produk pemerintahan lama dibawah Liu pun diserang dan dilegitimasi oleh Mao dan kelompok Revolusi Kebudayaan. 60 dari 115  orang anggota Kongres Rakyat Nasional (KRN) dewan perwakilan rakyat China, dan partai-partai yang dianggap pengkhianat, kaki tangan musuh, anti rakyat akan ditangkap dan digebuki dijalan-jalan, baru kemudian dipenjarakan.

Dibidang pendidikan, revolusi Kebudayaan diarahkan untuk mengombinasikan dan menyerasikan perkembangan ekonomi dengan revolusi sosial dalam upaya menciptakan kondisi dimana mayoritas rakyat (terutama kaum tertindas) tidak lagi tergantung pada kekuasaan elite teknokrasi yang mengabdi pada kepentingannya sendiri, dan agar tak lagi berada pada lingkungan dominasi kekuasaannya. Pendidikan ideology dan penyadaran politik dilakukan secara massif, terutama ditekankan pada masyarakat pedesaan.

Gerakan Revolusi Kebudayaan 1965 juga secara langsung mengisi bidang seni, sastra, dan drama, dengan menekankan bahwa ekspresi kebudayaan harus menghormati nilai-nilai kebangsaan dan proletar dalam masyarakat sosialis. Banyak rakyat terlibat dalam aktivitas seni ditingkatan bawah, dan mereka gembira dalam suasana estetika.

Namun, banyak orang yang mengatakan bahwa Revolusi Kebudayaan meninggalkan berbagai macam warisan keburukan. Selain itu, garis politik yang ditempuh Mao bersama praktiknya mengakibatkan catatan-catatan kemanusiaan yang buruk.

Orang-orang Mao dianggap melakukan tindakan-tindakan yang keji dan tidak manusiawi. Tercatat 250.000 hingga 500.000 jiwa rakyat tewas selama Revolusi Kebudayaan, selebihnya banyak yang mengalami penderitaan fisik dan jiwa, akibat dikirim ke kamp-kamp kerja paksa yang disebut Mao sebagai “Pembaruan Melalui Kerja” dan “Pendidikan Melalui Kerja” yang berlangsung hingga sepuluh tahun, sehingga menyebabkan porak porandanya seluruh negeri dan menyengsarakan lebih dari 100 juta rakyat RRC.

Kebijakan-kebijakan radikal Mao memang banyak menimbulkan kritikan dari berbagai pihak, bahkan dalam tubuh PKC itu sendiri, hal itulah sebenarnya yang menjadi latar belakang munculnya faksi-faksi dalam tubuh PKC.

PKC dan Mao disebut masyarakat sebagai “Revolusioner Radikal” yang belakangan didominasi oleh yang disebut-sebut sebagai “Kelompok Empat”.

KELOMPOK MODERAT

Kalangan moderat didalam tubuh PKC dan komunis China identik dengan orang-orang yang tidak bersikap ekstrem, low profile, dan berusaha mencegah segala tindakan yang berbau radikalisme. Kebanyakan dari mereka duduk di birokrasi pemerintahan dan berpikir dengan seksama dalam menyusun suatu kebijakan pembangunan, serta mementingkan kepentingan-kepentingan dalam ruang lingkup yang lebih luas.

Kelompok moderat ini diwakili oleh dua orang tokoh yang pernah menjadi perdana menteri (PM) di RRC yaitu ; Zhou Enlai dan Hua Goufeng. Zhou menguasai kursi PM mulai dari berdirinya RRC (1949) hingga akhir hayatnya (1976). Sedangkan, Hua menguasai kursi sesudahnya, sampai kelompok pragmatis-realis (Deng Xiaoping dan para pengikutnya) berkuasa penuh pada tahun 1982.

Zhou dianggap banyak berperan dalam Revolusi Kebudayaan, karena dialah yang digunakan Mao untuk mengimbangi kekuasaan Lin Biao. Zhou dan Mao bahkan pernah mengikrarkan tekad untuk memulihkan kembali kejayaan PKC yang telah merosot setelah Lin Biao menempatkan kader militer dimana-mana. Zhou juga dicatat sebagai orang yang berhasil menggerakkan Kongres Rakyat Nasional untuk memasyarakatkan kebijakan Empat Modernisasi (Si Xiandaihua) dalam sidangnya pada bulan Januari 1975.

Ketika Mao wafat pada tahun 1976, Mao menunjuk Hua Goufeng yang memiliki latar belakang sebagai tokoh KC dari provinsi Hunan yang merupakan provinsi tempat asal Mao. Hua memiliki latar belakang politik yang baik, dan pernah menduduki jabatan wakil PM pada urutan ke-6 dalam Dewan Negara dan Menteri Keamanan  Umum RRC.  Ketika menjabat, Hua menunjukkan kemampuannya yang baik.

Factor lain yang menyebabkan Hua diangkat oleh Mao sebagai PM adalah karena adanya kekhawatiran yang bertambah besar terhadap situasi politik RRC pada masa itu yang dilanda pertentangan sengit antara kelompok pragmatis realis dengan kelompok revolusioner-radikal, yang bisa menjurus kearah perang saudara.

DEN XIAOPING DAN KELOMPOK PRAGMATIS

Pada akhirnya, Hua berhasil melakukan pembersihan terhadap ‘Kelompok Empat’. Pada saat yang sama, Deng Xiaoping terus saja mendapatkan kesempatan untuk tampil dan kadang mengambil langkah berani, keluar dari keadaan yang tak menguntungkan, dan kembali ingin menanamkan pengaruhnya di tubuh PKC.

Pada saat kaum komunis memenangkan pembebasan nasional tahun 1949, Deng Xiaoping adalah Komisaris Politik Tentara Lapangan II dan Gubernur militer di provinsi kelahirannya, Szechwan. Karena berangkat dari seorang militer, ia mendekati orang-orang veteran yang masih memiliki pengaruh di PLA.

Setelah dipenjarakan, Deng mendapatkan rehabilitasi karena jasa-jasa dan peranannya. Dalam Konferensi Kerja Komite Sentral PKC ke-10 yang dilangsungkan pada Maret 1977, Deng diperbolehkan tampil kembali dalam kepemimpinan nasional dengan catatan harus mengakui kesalahan-kesalahannya.

Sidang pleno ke-3 Kongres Komite Sentral PKC ke-10 atas pengangkatan Hua Goufeng sebagai Ketua Partai sekaligus Deng Xiaoping sebagai WakilKetua I Partai, Wakil Ketua Komisi Militer Komite Sentral Partai, wakil PM, serta Kepala Staf Umum. Jadi Deng bukan hanya dikembalikan kedudukannya, tetapi justru ditingkatkan.

Setelah diangkat, Deng terus saja melakukan tekanan dan perluasan politik diberbagai lini. Para pengikutnya disebarkan diberbagai lembaga, partai, dan pemerintahan mulai pusat hingga daerah, dengan hasil yang sangat menggembirakan. Capaian politik untuk menambah kekuatan politik juga didapatkannya melalui Sidang ke-2 Kongres Rakyat Nasional (KRN) yang berakhir pada 1 Juli 1979 dengan menambah orangnya masuk kedalam pemerintahan.

Kemenangan kubu Deng Xiaoping membuka jalan bagi kebijakan ekonomi-politik baru yang bercirikan ditinggalkannya ekonomi yang terpusat dan ketat. Pemerintahan baru RRC dibawah Deng segera melancarkan kritik terhadap pemikiran-pemikiran dan kebijakan ekonomi lama yang begitu identik dengan Maoisme.

Dalam bidang politik, Deng berusaha menghilangkan produk-produk pemikiran da politik pemerintahan Mao, pada tahun 1982 dituliskanlah dua dokumen baru, yaitu “Undang Undang Dasar Negara” dan “Anggaran Dasar Partai” yang menandai perubahan yang ada dalam tubuh pemerintahan dan kenegaraan. UUD 1982 mengenai administrasi negara yang selama ini dikuasai oleh “komite revolusioner” kemudian komite tersebut dibubarkan, lalu seluruh negara dibagi atas tiga tingkatan pemerintahan, yakni : provinsi, kabupaten, dan kecamatan.

Jika pada masa sebelumnya pemerintah dengan keras mengontrol politik, produksi, dan pemerintahan setempat, maka pada masa Deng, pemerintah memperkenalkan usaha-usaha pertanian baru yang dipropagandakan pada khalayak luar sebagai “Sistem Tanggung Jawab (Zerenzhi) yang menyebutkan bahwa setiap keluarga petani tidak lagi bekerja sama dalam sebuah komune, melainkan melakukanperjanjian dengan pemerintahan andministratif setempat untuk mengerjakan sebidang tanah dan mendapatkan keuntungan langsung. Areal pertanian dipercayakan pada keluarga-keluarga petani secara pribadi.

Kebijakan tersebut ternyata membawa hasil yang menggembirakan. Pendapatan para petani meningkat secara tajam, bahkan beberapa petani yang menjadi kaya dari yang lainnya. Output pertanian pada tahun 1982 khusus produksi, meningkat hingga 12% dibandingkan tahun sebelumnya, atau sebesar 161 juta ton. Sementara produksi gandum mengalami kenaikan sebesar 14,7% atau 68,4 juta ton, dan produksi kapas meningkat hingga 21,3%atau sebesar 3,6 juta ton. Sedangkan hasil produktivitas pertanian lainnya seperti ; jagung, kedelai dan lain-lain sangat besar, sehingga dapat dialihkan menjadi komoditas ekspor.

Perubahan lainnya, adalah dihapusnya monopoli negara yang diawali dengan pengumuman pemerintah pada 1 Januari 1985 bahwa pemerintahan RRC menegaskan kembali keputusan untuk menghapus pembelian hasil panen dengan system monopoli oleh negara.

Pada awalnya banyak kalangan yang khawatir dengan kebijakan baru ini, mengingat ekonomi pasar RRC belum melembaga, dan sudah terbiasa dengan pengelolaan ekonomi secara terpusat. Namun prakteknya, terjadi peningkatan karena tidak ada kenaikan harga, dan peran pemerintah sebenarnya tidak hilang sama sekali. Dan sejak dihapuskannya monopoli negara, terdapat banyak sekali pelaku ekonomi.

Liberalisasi dibidang ekonomi juga ditempuh oleh pemerintah, badan usaha swasta diizinkan beroperasi dan China juga terbuka bagi modal asing. Kebijakan terhadap penermaan modal asing kemudian dikenal dengan sebutan “Kebijakan Pintu Terbuka”, kebijakan ini  membuat kota-kota seperti Shenzen, Shuhai, Shantou, dan Xiamen dibuka sebagai Kawasan Ekonomi Luar Biasa; sedangkan 14 kota lainnya disekitar pantai bersama pulau Hunan ditetapkan sebagai “kota-kota bebas” yang setaraf kedudukannya dengan “Kawasan Ekonomi Luar Biasa”.

Selain itu, tiga daerah tempat bermuaranya tiga sungai besar diputuskan pula sebagai kawasan penampungan modal dan teknologi asing, sekaligus sebagai penyalur hasil pertanian daratan.

Kebijakan reformasi ekonomi Deng juga membawa efek jangka panjang, sehingga pertumbuhan ekonomi tahun-tahun setelahnya meningkat luar biasa. Dari tahun 1978 hingga 1995, GDP tumbuh 8% atau 6,8% menurut versi Bank Dunia. Bank Dunia mencatat bahwa pertumbuhan China tidak ada saingannya didunia, kecuali Taiwan dan Korea Selatan.

Modal asing telah membantu ekonomi China untuk bangkit karena mampu memperbanyak kegiatan produksi dan menyerap tenaga kerja yang ada, juga membawa keuntungan berupa alih dan transfer teknologi. Industri China juga tumbuh dengan angka rata-rata 12% pertahun.

Ekonomi China memang menemukan momentumnya kembali pada awal tahun 1990. Selama kunjungan Tahun Baru China pada awal tahun 1992, Deng Xiaoping mengumumkan serangkaian upaya untuk mendorong perekonomian supaya lebih maju lagi. Deng ingin melakukan pembaharuan dalam reformasi pasar, menyatakan bahwa tugas baru China ada;aj menciptakan “ekonomi pasar sosialis”.

Dan hasilnya, selama tahun 1993, output dan harga-harga meningkat, investasi diluar anggaran melonjak, dan perluasan ekonomi dilakukan dengan dikenalkannya lebih dari 2000 zona ekonomi khusus (SEZs) dan aliran modal luar negeri yang difasilitasi oleh SEZs.

Untuk mengatasi terjadinya inflasi yang parah, pemerintah menyediakan pinjaman spekulatif, menaikkan suku bunga, dan mengevaluasi kembali proyek-proyek investasi, pertumbuhan ekonomi agak dikurangi, sedangkan tingkat inflasi menurun dari 17% pertahun (1995) menjadi 18% pada tahun 1996.

Namun ketika seluruh Asia dilanda krisis moneter, hal itu juga turut memengaruhi China, terutama menurunnya investasi langsung luar negeri diikuti dengan penurunan tajam dalam pertumbuhan ekspor. Tetapi bagaimanapun, China memiliki cadangan yang besar, mata uang daya tukarnya tidak mudah berubah, dan tingkat aliran modal yang menguntungkan investasi pada  jangka panjang.

CHINA ABAD XXI : KEKUATAN EKONOMI, GEO POLITIK DAN BUDAYA

China digambarkan sebagai negara komunis yang membuka diri dengan pasar bebas. Sekitar 70 persen seluruh investasi komersial di China berasal maupun mengalir melalui Hongkong, hingga mencapai 5 miliar pada tahun 1990-an, sedangkan investasi China ke Hongkong sekarang sekitar 20 miliar dolar Hongkong.

Perdagangan Hongkong dengan China, terutama dengan Guangdong berjumlah hampir 100 miliar dolar pada tahun 1993, yang meningkat dari 5,7 miliar dolar pada tahun 1980.

Untuk mengantisipasi perubahan dan persaingan, dibuatlah jalan tol senilai 12 miliar dolar oleh pengusaha Gordon Wu untuk menghubungkan SenZhen dan Guangzhou sehingga dapat mempercepat jarak tempuh dari enam menjadi dua jam yang menghubungkan Hongkong dan akhirnya Macao pada masa selanjutnya.

Oleh sebab itu, kembalinya Hongkong kepada China setelah sebelumnya dijajah Inggris, memberikan banyak keuntungan bagi China. Setelah sebelumnya direbut Inggris, China berupaya keras untuk merebut kembali Hongkong  yang merupakan wilayah cosmopolitan paling strategis dan sangat menguntungkan.

Oleh sebab itu, ketika perebutan berhasil dilakukan, China rela memberikan kebijakan kapitalisme dan tidak mengikat Hongkong dengan memaksa pemerintahannya mengikuti alur komunisme. Dengan kata lain, Hongkong dijanjikan akan tetap memperoleh identitas internasional sendiri yang terpisah dari China. Hongkong juga diperbolehkan mengembangkan demokrasi, serta memiliki mata uang sendiri.

CHINA SEBAGAI RAKSASA EKONOMI

Naiknya China sebagai raksasa baru ekonomi dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain adalah factor potensi alamnya yang luas dan kaya serta aliran investasi luar dan dalam negerinya yang amat luar biasanya, khususnya dibidang industri, infrastruktur, dan properti.

Investasi tersebut membuat terbuka luasnya lapangan kerja, sehingga pendapatan perkapitapun meningkat, dari 300 dolar AS pada 20 tahun silam menjadi 1.100 dolar A.S pada tahun 2004 (bahkan dibeberapa kota besar, seperti ; Shanghai, pendapatan perkapita rakyat mencapai 6.700 dollar A.S). Hal tersebut membuat China secra istimewa membawa lebih kurang 220 juta warganya keluar dari kemiskinan yang parah.

Yang lebih mencengangkan, ekspor China ke A.S mencapai 125 miliar dolar AS pada tahun 2002, sebaliknya ekspor AS ke China hanya 19 miliar dolar AS. Perbedaan ini utamanya disebabkan oleh fakta bahwa orang AS mengonsumsi lebih banyak dari yang mereka produksi.

Pemerintah China juga memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, mereka mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi Khusus, dimana hukum investasi diliberalisasi untuk menarik modal asing, yang menyebabkan investasi asing terus meningkat, dan menjadikan China menjadi negara berkembang terbesar dalam hal investasi asing.

Seiring dengan itu, jumlah barang-barang mewah di China semakin meningkat, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri, sehingga dapat melampaui Jepang sebagai konsumen papan atas barang mewah didunia. Saat ini, China menduduki peringkat ketiga didunia, setelah Jepang dan Amerika Serikat.

STRATEGI GEOPOLITIK DAN KEKUATAN MILITER

Republik Rakyat China (RRC) juga dikenal sebagai pemilik pasukan tentara terbesar didunia. Jumlah anggaran belanja militer China diperkirakan mencapai nilai AS$30 miliar pada tahun 2005, namun belum termasuk uang yang digunakan untuk membeli senjata luar, kajian dan pembangunan ketentaraan, ataupun para militer (polisi RRC). Pasukan tentara China dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni laut dan udara.

Pertahanan udara China bersumber dari peralatan ultra modern S-300 Surface yang merupakan system terbaik dalam menahan serangan peluru kendali udara didunia. Pemodernan juga dilakukan RRC untuk angkatan daratnya, yakni dengan memodernkan peralatan elektronik mereka dan memperbaiki kebolehan mereka dalam menembak sasaran yang tepat.

Dan pada tahun 1990-an, China membangun empat puluh pembangkit tenaga atom dan merencanakan pembuatan nuklir dengan sangat ambisius, yang akan diselesaikan pada tahun 2015.


PS: This book is one of the books published in the modern era. The cover is modern, the books is wonderful and easy to read and understood. This is the book truly i recommended for you to read, if u have concern about China history. Don't just copy it, i told you, better to have the real. For real, i also confuse when making summary, because this books is too interesting to read, so i feel like.. i want to put them all at my summary. fiuhhhhhhh~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)

Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...