Dalam studi HI kita belajar banyak hal, culture, gender, sex, environmental, regional, diplomacy, standar mutu pada produk makanan, hukum laut, hukum internasional, banyak sekali sebenarnya. Kalau sudah sampai lebih dari 4 tahun, saya rasa anda mungkin seperti saya... tertarik "sekali" dan mau lebih dalam terjerumus kedalamnya.
Ketika saya S2 ini contohnya, mayoritas teman-teman saya sudah "ahli" dalam beberapa spesifikasi, misalnya ada yang ahli sekali jika membahas masalah-masalah seputar Timur Tengah, ada yang ahli sekali membahas organisasi internasional, atau kuat sekali pada masalah seputar Filipina, dan sebagainya.
Saya sendiri senang dan condong lebih memperhatikan hal-hal seperti cultural, peace studies, atau masalah gender. Selain daripada itu saya "agak agak" juga. Saya menghindari konflik-konflik apalagi kalau panjang. Selain itu, saya suka ilmu HI karena didalamnya terdapat banyak sekali cara pandang yang akan kita pelajari dalam "studi perspektif". Kalau ada kelas khusus perspektif, sudah jelas saya ambil hanya untuk ingin tahu lebih jauh... apa sih pikiran si ini tentang ini atau tentang itu.
Singkatnya, sekarang saya mau membahas mengenai Kosmopolitanisme.
Dulu sewaktu S1, dosen saya sempat menyinggung sedikit tentang Kosmopolitanisme, sayangnya hanya sedikit sekali padahal "nama" perspektif ini keren banget mengingatkan saya sama majalah Kosmopolitan yang jadi option saya waktu beli majalah. Saya pikir pasti ada artinya dibalik pemilihan nama majalah itu, kenapa Kosmopolitan? apa itu Kosmo? kenapa namanya keliatan modern sekali.
S2 saya disinggung lagi dengan nama Kosmopolitan ini. Sayangnya pada semester 1 saya pusing karena ternyata memahami perspektif ini "katanya" adalah yang paling sulit. Karena pencetusnya sendiri diibaratkan seperti "manusia tong", ia berkhayal sangat jauh bahwa sanya suatu saat nanti semua manusia dalam waktu yang sangat singkat bisa berada di tempat berbeda. Anggap saja pada hari ini, kita bisa bangun di Jakarta - Sarapan di Malaysia - Rapat di Singapura - Istirahat di Thailand - Dinner di Filipina - dan menutup hari dengan tidur di Amerika. Hebatnya hayalan manusia tong itu menjadi kenyataan saat ini. Ya kan? sekarang semua orang bisa melakukan hal seperti ini. Tapi si manusia tong sudah memikirkannya jauuuuh sebelum ada orang yang bisa melakukan ini.
Tetapi untuk memahami Kosmopolitanisme sebenarnya tidak sesederhana ini. Terlalu banyak hal aneh dalam Kosmopolitanisme. Sepertinya semua yang aneh ada didalam perspektif ini. Ada yang mengatakan bahwa teori Kosmopolitanisme ini seperti "Seseorang yang Bersayap namun Juga Berakar" sehingga ia dapat terbang kemanapun ia inginkan, namun tidak pernah bisa lepas dari nasionalitasnya. Meskipun "seseorang" itu seperti homeless atau mengatakan my home is nowhere dan selalu secara melankolis merasa bahwa ia memiliki keterikatan kepada tempat-tempat yang ia datangi pada waktu yang berbeda-beda.
Kembali kepada hayalan manusia tong. Apabila digambarkan maka pada masa lalu, Kosmopolitan hanya berupa Ide, hanya ada didalam pikiran si manusia tong, ia hidup di zaman Yunani. dan masih berupa Ide pada masa kapitalisme. Baru menjadi practice di saat era globalisasi.
Dapat berada ditempat-tempat berbeda dalam sekejap bukanlah inti dari teori Kosmopolitanisme. Memiliki hak yang sama, perasaan yang sama, keinginan yang sama diseluruh belahan dunia juga adalah KOSMOPOLITANISME. Inilah yang diperkenalkan Khant sebagai : "rights" - is universal hospitality".
Kosmopolitanisme intinya adalah sebuah proses imajinasi ideologis -> Bench
Tokoh-tokoh Kosmopolitanisme lainnya, siapa lagi kalau bukan Christoper Colombus yang menjadi orang pertama mengelilingi dunia. Christoper Colombus menyatakan bahwa "Ini bukan soal Hak saja, tetapi seberapa jauh seseorang dapat mengeksplor dirinya". Dalam artian bahwa seorang Kosmopolit adalah seorang yang memiliki toleransi dan keterbukaan pemikiran
Huttington juga melalui Universal Civilization nya menyatakan bahwa Kosmopolitanisme itu adalah "Budaya + Kemanusiaan + Meningkatnya pengakuan atas beberapa nilai, kepercayaan, orientasi, praktek, institusi-institusi, dari manusia dan dunia"
Dengan demikian, Kosmopolitanisme memang sebuah perspektif yang modern, meskipun sudah ada sejak zaman manusia tong hidup yakni zaman Yunani. Karena praktek Kosmopolitanisme itu sendiri baru marak dibuktikan pada era globalisasi. <3
Rabu, 25 Maret 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Resume: Military Technology and Conflict: Geoffrey Kemp PART VI (PROLIFERASI DAN ASIMETRI PEPERANGAN)
Mata kuliah Resolusi Konflik SEMESTER VI Military Technology and Conflict by Geoffrey Kemp Proliferasi dan Asimetri...

-
BERBAGAI PENDEKATAN TERHADAP MANAJEMEN a. Pendekatan Empiris atau Pendekatan Kasus Pendekatan empiris atau pendekatan kasus, m...
-
Masih bingung soal penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif bisa atau tidak bisa dipergunakan? Saya pernah punya tugas short paper un...
-
Mata kuliah Teori Hubungan International SEMESTER IV Tulisan ini merupakan analisis mengenai intervensi Amerika Serikat dalam ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar