“A Critical Review”
Tulisan
ini merupakan hasil ulasan yang mengkaji secara kritis terkait tema Perusahaan
Multinasional dan Investasi Global, khususnya dari tulisan P. De Grauwe dan F.
Camerman yang berjudul “How Big are the
Big Multinational Companies?” yang menjadi salah satu referensi bahan
bacaan yang disediakan. Sebagai pembanding, dalam critical review ini akan saya hadirkan pula argumen yang berasal
dari buku Robert Gilpin yang berjudul “Global
Political Economy Understanding the International Economic Order”.
Karena
pada tulisan Grauwe dan Camerman lebih cenderung membahas mengenai argumennya
terkait persoalan MNCs yang lebih powerful
dibandingkan negara-bangsa, maka pada critical
review ini, saya juga akan menjelaskan posisi saya serta beberapa opini saya
terkait perdebatan maupun argumen Grauwe dan Camerman, berikut dengan sumber
argumen tambahan yang berasal dari buku Gilpin.
Pada
buku Grauwe dan Camerman sebenarnya sudah berisikan kritik yang sebenarnya
mendukung opini serta kritik saya terhadap persepsi mayoritas peneliti ilmu
hubungan internasional, seperti Robert Gilpin yang menyatakan bahwa MNCs lebih powerful dibandingkan negara. Tidak
banyak peneliti seperti Grauwe dan Camerman yang menyanggah pernyataan
tersebut. Mayoritas peneliti menggeneralisasikan hasil temuan, dan oleh sebab
itu sejak awal perkembangannya, MNCs selalu dihadapi oleh perdebatan-perdebatan
publik internasional terkait pertumbuhan dan kehadirannya sebagai aktor
internasional.
Robert
Gilpin dan beberapa pakar menganggap bahwa kekuatan MNCs begitu besar sehingga
dapat disebut sebagai predator imperialistik, yang diperkirakan sedikit lagi
akan segera mengendalikan ekonomi dunia. Pada buku Grauwe juga disebutkan
bahwa, kaum anti-globalis pernah mengklaim bahwa berdasarkan penelitian mereka,
dalam daftar 100 ekonomi terbesar didunia, di isi oleh 51 MNCs, sementara hanya
49 nya adalah negara.
Grauwe
meskipun tidak dapat dikatakan sepakat dengan hasil penelitian tersebut,
menyatakan bahwa hal ini juga tidak dapat dikatakan salah. Karena sebenarnya
untuk mendapatkan data statistik yang dapat mendukung klaim bahwa kekuatan MNCs
melebihi kekuatan rata-rata negara tidaklah sulit. Gilpin juga dalam bukunya
menyimpulkan beberapa hal yang dapat memperkuat argumennya bahwa MNCs lebih powerful dibandingkan negara, yakni: 1)
kekuatan MNCs dapat dilihat dari kemampuannya mengelola unit-unit ekonominya di
dua negara atau lebih; 2) kekuatan MNCs juga dapat dilihat dari strategi
investasi langsung yang menimbulkan efek perpanjangan kontrol manajerial
melintasi batas-batas nasional; 3) segi kekuatan sumber daya, MNCs dinilai
Gilpin melebihi kekuatan sumber daya yang dimiliki oleh sebagian besar
negara-negara anggota PBB (dan terus tumbuh); serta 4) lingkup operasi MNCs
lebih luas secara geografis, bahkan menurut Gilpin dibandingkan dengan seluruh
kerajaan yang pernah ada.
Berbanding
dengan pernyataan Gilpin, kaum anti-globalis dalam buku Grauwe juga menjelaskan
darimana hasil tersebut didapatkan, yakni dengan mengukur dan melihat PDB
negara untuk membandingkan ukurannya dengan perusahaan multinasional. Dengan demikian,
ketika anti-globalis mengklaim bahwa dalam 100 ekonomi terbesar diisi oleh 51
perusahaan multinasional dan 49 adalah negara, maka mereka membandingkannya
berdasarkan penjualan perusahaan multinasional dengan GDP negara.
Hal
inilah yang sebenarnya menjadi titik awal dari munculnya perdebatan dan kritik
terhadap kemunculan MNCs sebagai aktor internasional, serta mempengaruhi naik
turunnya perkembangan MNCs di dunia internasional. Grawe dan Camerman bahkan
menggambarkan progress MNC sebagaimana gerakan pendulum, naik dan turun.
Tahun
1960-1970an, kehadiran MNC terutama yang berasal dari Amerika dipandang sebagai
lembaga yang memiliki tekad untuk mendominasi dunia. MNC dinilai oleh banyak
pihak, merupakan alat dan strategi Amerika untuk mengambil alih Eropa dan
dunia. Tahun 1980-an, persepsi negatif tersebut bergeser, dan publik internasional
mulai menerima MNC sebagai sebuah simbol keberhasilan dan kemajuan dunia yang
semakin terintegrasikan. Namun kemudian kembali menuai kontra karena dianggap
kehadiran MNC yang begitu kuat akan menghancurkan tatanan masyarakat yang
demokratis serta menyesatkan lanskap kebudayaan yang sudah ada.
Heitz dalam bukunya the Silent Takeover juga mengklaim bahwa MNC yang hadir dengan
kekuatan begitu kuat akan menghancurkan tatanan masyarakat yang demokratis.
Dengan argumen serupa, Naomi Klein menyatakan bahwa MNC tidak hanya menjual
produk fisik, tetapi juga emosional sehingga dapat menyesatkan lanskap
kebudayaan yang sudah ada.
Menurut
opini saya, persepsi seperti itu merupakan persepsi yang terlalu berlebihan.
Selain itu pula untuk mengukur sebuah kekuatan tidaklah mudah, dan sangat
relatif, tidak dapat di generalisasikan, dan dianggap seluruhnya sama. Pada
prinsipnya, kita harus lebih mencermati wacana tersebut.
Grauwe khususnya menyebutkan bahwa
terdapat kelemahan dalam menghitung besarnya kekuatan negara melalui GDP, yakni
bahwa banyak dari penjualan dan PDB negara yang pada kenyataannya tidak
dimasukkan dalam hitungan, dengan alasan memudahkan penghitungan dan
menghindari terjadinya penghitungan ganda. Penghitungan ganda yang dimaksudkan
ialah sebagai contoh, Bethelem Steel menjual kawat baja untuk bahan pembuatan
ban Bridgestone pada tahun 2002, Bridgestone kemudian menjual bannya untuk
pembuatan mobil Ford Motor ditahun yang sama, hingga akhirnya mobil tersebut
sampai ke tangan konsumen di tahun yang sama pula. Apabila dihitung seluruh
dari awal proses pembuatan mobil hingga dipasarkan ke konsumen, dari mulai,
kawat, baja, ban, mobil, penghitungan penjualan kawat baja misalnya dapat
menjadi tiga kali. Hasilnya nilai produksi yang dilaporkan akan berlebihan.
Untuk menghindari hal ini, para ekonom hanya menghitung nilai tambah di tiga
perusahaan saja yakni pada tahap akhir.
Setelah akhirnya Grauwe dan Camerman
melakukan penelitian melalui caranya sendiri, yang berdasar kepada daftar 500
MNC terbesar didunia versi majalan Fortune di tahun 2000, dengan sumber data
PDB berasal dari Bank Dunia, menunjukkan hasil bahwa 100 ekonomi terbesar
didunia adalah 63 negara dan hanya 37 adalah MNCs, dan yang lebih mengejutkan
adalah, dari 50 daftar ekonomi terbesar didunia 48 adalah negara, dan hanya 2
yang merupakan MNCs (yakni Exxon, dan Wal Mart).
Berdasarkan hasil Grauwe tersebut, dengan
membandingkan tulisan Gilpin, pendapat saya adalah, belum ada indikasi yang
tepat dari ukuran relatif yang dapat menunjukkan secara tepat manakah yang
lebih powerful antara MNCs dan
negara, karena sebuah kekuatan nyatanya sangat relatif, dan menurut saya
kekuatan beberapa negara besar jauh lebih besar dibandingkan MNCs terbesar
didunia sekalipun. Sebagai contoh, Grauwe dalam bukunya juga mencantumkan bahwa
ekonomi AS adalah 200; kali lebih besar dari MNCs terbesar didunia; Jepang
adalah 100 kali lebih besar; Cina adaah 20 kai lebih besar, dan bahkan
negara0negara kecil seperti Belgia, Swedia, Austria dapat tiga sampai lima kali
lebih besar dari MNCs terbesar didunia.
Retorika anti-globalis sebenarnya yang
telah mendorong publik untuk percaya tanpa mengidentifikasi lebih lanjut dan
teliti akan pernyataan tersebut. Akan tetapi memang dalam beberapa contoh lain,
MNCs seperti Wall Mart dinyatakan lebih lanjut oleh Grauwe lebih besar
dibandingkan Pakistan, Peru, dan Aljazair; sementara Exxon disebutkan lebih
besar dari Republik Ceko, Selandia Baru, dan beberapa negara kecil lainnya.
Berkaitan dengan pertumbuhan, pertumbuhan
MNCs sebenarnya sama saja dengan pertumbuhan di negara maupun aspek-aspek
lainnya. Beberapa MNCs tumbuh sangat cepat dibandingkan yang lainnya, namun
beberapa diantaranya juga telah menyusut dalam ukuran relatif, baik diseluruh
kawasan, atau dibeberapa kawasan tertentu saja, sementara di kawasan lainnya
mengalami peningkatan. Begitu pula halnya dengan negara, beberapa negara dengan
kebijakan baru seperti pembebasan perdagangan mengalami pertumbuhan
perekonomian pesat dibandingkan perusahaan multinasional, dan beberapa yang
lain tidak. Seluruhnya bukan merupakan proses yang statis, melainkan terus
menerus berubah, dan tidak pasti, serta sulit untuk dipahami, kemudian di
generalisasikan.
Faktanya, perusahaan MNCs tidaklah
sebesar yang banyak orang pikir, dan perkembangannya tidaklah perlu
dikhawatirkan akan mengancam dan merusak kebudayaan suatu negara, karena hal
ini tidaklah selalu menjadi sebuah masalah. Mengenai masalah kekuatan,
sangatlah sulit untuk diukur.
Jumlah Kata: 1.161
kata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar